Solusi Terhadap Pernikahan Dini dan Janda Muda

memberikan kemudahan untuk melakukan praktek nikah di bawah umur atau menikahkan anak yang belum cukup umurnya. 12

C. Persepsi Masyarakat Tentang Tradisi Ngemblok dan Janda Muda

Sebelum jenjang perkawinan biasanya orang tua pria mendatangi keluarga pihak wanita untuk menyatakan keinginannya mempersunting anak gadisnya dengan tidak mengikutsertakan anak gadisnya karena biasanya gadis tersebut masih duduk di bangku SD ataupun SLTP dan juga tidak langsung menjawab maksud si pria tersebut. Setelah kurang lebih sebulan, datanglah rombongan pihak wanita ke keluarga pria dengan membawa aneka makanan khas desa sebagai jawaban. Inilah yang dimaksud dengan Ngemblok. Dan apabila sudah terjadi Ngemblok maka pihak wanita juga memberikan sebuah kerbau kepada pihak pria  dan mengadakan acara Tayub yang merupakan bagian dari tradisi Ngemblok. Adapun persepsi mereka mengenai tradisi Ngemblok yang menikahkan anaknya di bawah umur antara lain: 1. Takut disebut „Perawan Kasep’ Sebagian orang tua di Desa Tegaldowo tak berpikir panjang dalam menerima pinangan laki-laki  dan keluarga yang tidak mampu secara ekonomi cenderung menerima begitu saja saat datang pinangan tanpa mempertimbangkan masa depan  ketidaksiapan mental anak gadisnya dan kriteria yang cocok untuk anak gadisnya. Persepsi masyarakat disana akan 12 Wawancara pribadi dengan Bapak Abdul Ghoni, Kepala KUA Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang  pada tanggal 23 Februari 2015. perkawinan itu sederhana yaitu kecocokan akan datang dengan sendirinya dan akan kenal satu sama lain dengan sendirinya. Bahkan orang tua pihak wanita masih mempercayai dukun apabila anaknya sudah perawan namun belum punya pacar ataupun dilamar . Konon katanya pada masyarakat Desa Tegaldowo masih sering terjadi dan mempercayai hal-hal seperti dukun yang merupakan perbuatan syirik menurut agama. 13 Makna pernikahan bagi masyarakat desa Tegaldowo sebagai sesuatu yang simple sederhana saat datang pinangan maka jalani saja  para orang tua mereka tak terlalu berpikir panjang. Masalah bagaimana nanti anaknya menjalani kehidupan rumah tangga  mereka menerima saja. Mereka berkaca pada pada rumah tangga mereka sendiri yang biasanya dilakukan secara dini  kalau terpaksa tidak ada kecocokan maka bercerai saja. 14 Adanya dispensasi nikah yang merupakan produk Pengadilan Agama membuat masyarakat Desa Tegaldowo mengajukan permohonan dispensasi nikah  bahkan pejabat desa terkadang memanipulasi data sang calon pengantin yang masih dibawah umur. Masyarakat mengetahui adanya dispensasi nikah tidak lepas dari gethok tular sosialisasi informasi secara perorangan yang telah berhasil melaksanakan perkawinan anak mereka yang belum cukup umur. Bapak Drs. Abdul Ghoni, sebagai pihak Kepala KUA merangkap 13 Wawancara dengan Bapak Fathurrohman selaku Penghulu Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang  pada tanggal 23 Februari 2015. 14 Wawancara dengan Bapak Mukhson selaku Penghulu Kabupaten Rembang  pada tanggal 29 Mei 2015. sebagai pihak pelaksana perkawinan, berdasarkan informasinya menjelaskan sebagai berikut: “Katanya, anak Desa Tegaldowo umur masih duduk dibangku 5 SD dan belum ada yang melamar ikhtiar orang tuanya luar biasa sampai datang ke dukun agar anak gadisnya ada yang melamar. Maka warga sekitar mengetahui anak tersebut telah menjadi perawan kasep perawan yang sudah tidak laku atau sudah kelewatan walaupun masih kelas 5 SD  karena tradisinya begitu. Masyarakat menganggap mudah saja melangsungkan pernikahan walaupun masih dibawah umur  karena mereka mengetahui adanya dispensasi nikah, mereka mengajukannya ke Pengadilan”. 15 Berikut data pengelompokan umur calon pengantin tahun 2012-2014 yang penulis peroleh dari KUA Kecamatan Gunem 16 : Tabel 1.8 No Tahun Kurang 16 tahun 16 s.d 18 Thn 19 s.d 24 Thn 25 s.d 30 Thn 31 Thn Ke atas Jumlah 1 2012 80 167 148 133 528 2 2013 3 79 193 119 114 508 3 2014 13 164 193 86 50 506 Sumber: Data Peristiwa Nikah Kementerian Agama Bimas Islam. Dan data khusus peristiwa pernikahan untuk pengelompokkan umur Calon Pengantin Desa Tegaldowo Tahun 2012-2014 adalah 17 : 15 Wawancara dengan Bapak Abdul Ghoni, Kepala KUA Kecamatan Gunem, Kabupaten Rembang  pada tanggal 23 Februari 2015. 16 Data Tahunan Kementerian Agama bagian Bimas Islam Kota Rembang. Tabel 1.9 No Tahun Usia Nikah 19 tahun Usia Nikah 19- 25 tahun Usia Nikah 26-30 tahun Usia 31 tahun ke atas Jumlah 1 2012 36 19 8 5 68 2 2013 31 18 4 14 67 3 2014 23 42 5 12 85 Sumber: Simkah Gunem Sistem Informasi Nikah Kecamatan Gunem. Tabel diatas merupakan jumlah peristiwa nikah yang terjadi di Desa Tegaldowo  namun bapak Fathurrohman selaku Penghulu Kecamatan Gunem menyatakan bahwa terkadang masih ada yang melakukan nikah dibawah tangan. Bahkan Ibu Suwanti selaku perias pengantin menyatakan bahwa terkadang beliau merias pengantin yang masih seumur jagung  dengan kata lain yang masih belum cukup umur. Terkadang pernikahannya pun hanya diselenggerakan oleh pihak keluarga besar calon pengantin laki-laki dan calon pengantin perempuan  dengan melihat realita yang terjadi maka masih ada korelasi antara pernikahan dini dengan nikah sirri. 2. Lebih Baik Menjadi Janda Muda Perceraian yang terjadi pada Masyarakat Desa Tegaldowo bukanlah hal yang ditabukan. Para orang tua mereka lebih memilih anak-anak mereka menjadi janda muda  Permasalahan yang terjadi pada masyarakat pegunungan Desa Tegaldowo mereka tidak berani menolak lamaran sang pria karena realita yang terjadi apabila menolak lamaran sang pria  keluarga sang pria akan sakit hati karena lamarannya ditolak dan akan datang ke dukun. Dalam 17 Materi diakses pada tanggal 20 Februari 2015 dari simkah.bimasislam.com