Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan Daerah Aliran Sungai

Harimurti dalam Janudianto 2004 memberikan definisi dan batasan yang jelas mengenai tipe penggunaan lahan di atas. Definisi dari masing-masing penggunaan lahan di atas yaitu : • Hutan Lebat: Wilayah yang ditutupi oleh vegetasi pepohonan baik alami maupun yang dikelola dengan tajuk yang rimbun dan besarlebat. • Hutan SemakBelukar: Hutan yang telah dirambah atau dibuka, merupakan area transisi dari hutan lebat menjadi kebun atau lahan pertanian, bisa berupa hutan dengan semak atau belukar dengan tajuk yang relatif kurang rimbun. • Kebun Campuran: Daerah yang ditumbuhi vegetasi tahunan satu jenis maupun campuran baik dengan pola acak, maupun teratur sebagai pembatas tegalan. • Permukiman: Kombinasi antara jalan, bangunan, pekarangan dan bangunan itu sendiri. • Sawah: Daerah pertanian yang ditanami padi sebagai tanaman utama dengan rotasi tertentu yang biasanya diairi sejak saat pertanaman hingga beberapa hari sebelum panen. • Tegalan: Daerah yang umumnya ditanami tanaman semusim, namun pada sebagian lahan tidak ditanami dengan vegetasi. Vegetasi yang umum dijumpai seperti padi gogo, singkong, jagung, kentang, kedelai, dan kacang tanah. • Kebun Teh: merupakan daerah yang digunakan sebagai perkebunan teh baik yang diusahakan pemerintah maupun pihak swasta.

2.4 Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan

Identifikasi perubahan penggunaan lahan pada suatu DAS merupakan suatu proses mengindentifikasi perbedaan keberadaan suatu objek atau fenomena yang diamati pada waktu yang berbeda di DAS tersebut. Indentifikasi perubahan penggunaan lahan memerlukan suatu data spasial temporal Suarna et al., 2008. Penggunaan lahan secara umum dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor alami seperti iklim, topografi, tanah atau bencana alam dan faktor manusia berupa aktivitas manusia pada sebidang lahan. Faktor manusia dirasakan berpengaruh lebih dominan dibandingkan dengan faktor alam karena sebagian besar perubahan penggunaan lahan disebabkan oleh aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya pada sebidang lahan yang spesifik Vink dalam Sudadi et al., 1991. Tabel 2 adalah hasil analisis perhitungan luas penutupanpenggunaan lahan menurut penelitian Sudadi et al. tahun 1981, 1985 dan 1990. Serta hasil analisis perhitungan luas penutupanpenggunaan lahan menurut penelitian Janudianto tahun 1994 dan 2001 di wilayah sub DAS Ciliwung Hulu. Sumber: Sudadi et al. 1991 dan Janudianto 2004

2.5 Daerah Aliran Sungai

Definisi daerah aliran sungai dapat berbeda-beda menurut pandangan dari berbagai aspek. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Menurut Departemen Kehutanan 2001, daerah aliran sungai DAS adalah suatu daerah tertentu yang bentuk dan sifat alaminya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam fungsinya untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya dan kemudian mengalirkannya melalui sungai utamanya single outlet. Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan Ha Ha Ha Ha Ha Hutan Lebat 4469.47 29.96 3869.93 25.94 3143.39 21.07 3143.02 21.07 2993.53 20.06 Hutan SemakBelukar 881.3 5.91 479.39 3.21 873.46 5.85 512.06 3.43 278.69 1.87 Kebun Campuran 1076.96 7.22 1317.45 8.83 1151.73 7.72 1586.41 10.63 1582.01 10.60 Kebun Karet 57.51 0.39 188.53 1.26 0.00 0.00 0.00 Kebun Tteh 2928.05 19.62 3166.06 21.22 3838.64 25.73 3759.16 25.20 3094.77 20.74 Lahan Terbuka 73.65 0.49 540.7 3.62 107.15 0.72 44.44 0.30 11.7 0.08 Pemukiman 699.84 4.69 1765.58 11.83 2482.24 16.64 3016.01 20.21 3954.88 26.51 Sawah 3833.4 25.69 3417.76 22.91 2703.87 18.12 2490.25 16.69 1363.73 9.14 TegalanLadang 899.95 6.03 174.72 1.17 619.63 4.15 368.77 2.47 1640.83 11.00 Total 14920.13 100.00 14920.13 100 14920.13 100.00 14920.13 100.00 14920.13 100.00 PenutupanPenggunaan Lahan 1981 1985 1990 1994 2001 Tabel 2. Luas PenutupanPenggunaan Lahan Sub DAS Ciliwung Hulu dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis ke dalam sub DAS – sub DAS. Menurut Asdak 2010, DAS adalah suatu wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian menyalurkannya ke laut melaluli sungai utama. Wilayah daratan tersebut dinamakan daerah tangkapan air DTA atau catchment area yang merupakan suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam. Menurut Suripin 2002, DAS dapat didefinisikan sebagai suatu wilayah yang dibatasi oleh alam, seperti punggung-punggung bukit atau gunung maupun batas buatan seperti jalan atau tanggul dimana air hujan turun di wilayah tersebut memberi kontribusi aliran ke titik kontrol outlet. Menurut Kamus Webster dalam Suripin 2002, DAS adalah suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi, yang menerima hujan, menampung, menyimpan dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya ke danau atau ke laut. Daerah Aliran Sungai merupakan satu ekosistem yang terdiri atas komponen biotis dan abiotis yang saling berinteraksi membentuk satu kesatuan yang teratur. Aktivitas satu komponen ekosistem selalu mempengaruhi ekosistem yang lain. DAS dibagi menjadi daerah hulu, tengah dan hilir. Secara biogeofisik, daerah hulu DAS dicirikan oleh hal-hal berikut merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, merupakan daerah dengan kemiringan lereng besar lebih dari 15, bukan merupakan daerah banjir, pengaturan pemakaian air dipengaruhi oleh pola drainase dan jenis vegetasi umumnya merupakan tegakan hutan. Ekosistem DAS hulu merupakan bagian yang penting karena mempunyai fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS Asdak, 2010.

2.6 Siklus Hidrologi