tabel, kemudian menghitung dengan excel luas perubahan penutupanpenggunaan lahannya.
Perubahan luas = {TL i t1 – TL i t0 TL i t0} x 100
TL i adalah Penutupanpenggunaan Lahan tahun ke i t0 adalah tahun awal analisis
t1 adalah tahun akhir analisis
3.3.7 Poligon Thiessen
Teknik poligon thiessen dilakukan dengan cara menghubungkan satu alat penakar hujan dengan lainnya menggunakan garis lurus. Pada peta daerah
tangkapan air untuk masing-masing alat penakar hujan, daerah tangkapan tersebut dibagi menjadi beberapa poligon jarak garis pembagi dua penakar hujan yang
berdekatan lebih kurang sama. Hasil pengukuran pada setiap alat penakar hujan terlebih dahulu diberi
bobot dengan menggunakan bagian-bagian wilayah dari total daerah tangkapan air yang diwakili oleh alat penakar hujan masing-masing lokasi, kemudian
dijumlahkan. Curah hujan tahunan rata-rata di daerah tersebut diperoleh dari persamaan berikut:
R1 a1A + R2 a2A + … + Rn anA
Keterangan: R1, R2, …, Rn
= curah hujan untuk masing-masing wilayah a1, a2, ….., an
= luas untuk masing-masing daerah poligon ha A adalah luas total daerah tangkapan air ha
Asdak, 2010.
Pada penelitian ini, stasiun penakar hujan yang digunakan untuk menentukan curah hujan wilayah ada tiga yaitu Stasiun Katulampa, Stasiun
Gunung Mas dan Stasiun Citeko. Untuk mengetahui pembobotan curah hujan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan software arcgis, dengan cara
memasukan titik koordinat dari masing-masing stasiun kemudian diproses di
analysis tool -- poligon thiesseen. Berikut pembobotannya :
Tabel 3. Pembobotan Curah Hujan Poligon Thiessen No
Stasiun CH Pembobotan
1 Citeko
0.43 2
Katulampa 0.16
3 Gunung Mas
0.41
3.3.8 Banjir
Kejadian banjir pada tahun 1990, 2001 dan 2010 diketahui dari data debit sungai pada outlet bendung Sub DAS Ciliwung Hulu di Katulampa serta pedoman
Sistem Peringatan Dini Early Warning System Siaga Banjir yang digunakan oleh DKI Jakarta sebagai karakteristik pedoman banjir. Dari pedoman SPDEWS ini,
dapat ditentukan frekuensi serta kualitas banjir. Berikut ini status kondisi siaga di DKI Jakarta berdasarkan tinggi muka air dari Pos Katulampa tersebut :
• Siaga IV : Kondisi normal dimana Katulampa 80 cm • Siaga III : Katulampa 80 cm
• Siaga II : Katulampa 150 cm • Siaga I
: Katulampa 200 cm.
Gambar 2. Bagan Alir Penelitian
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Sub DAS Ciliwung Hulu