Citra landsat dari masing-masing tahun memiliki kenampakan yang sedikit berbeda, namun secara umum masih banyak kesamaan. Perbedaan penampakan
citra masing-masing tahun untuk setiap penutupan lahan terlihat pada perbedaan rona citra. Tingkat kecerahan dari ketiga citra yaitu 1990, 2010 kemudian 2001.
Namun secara keseluruhan citra tahun 2010 memiliki kualitas gambar yang lebih baik dari dua citra landsat lainnya. Penampakan penutupan lahan dari masing-
masing citra dapat dilihat dalam Tabel Lampiran 1. Foto penggunaan lahan existing terdapat pada Tabel Lampiran 2.
5.2 Pola Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan
Pola penutupanpenggunaan lahan wilayah sub DAS Ciliwung Hulu tahun 1990, 2001 dan 2010 masing-masing disajikan pada lampiran 1, 2 dan 3.
Berdasarkan peta tersebut, daerah penelitian memiliki luas 15.057 hektar dengan 7 tipe penutupanpenggunaan lahan yaitu hutan lebat, hutan semakbelukar, kebun
camapuran, kebun teh, pemukiman, sawah dan tegalan. Luas masing-masing tipe penutupanpenggunaan lahan untuk masing-masing tahun tersaji dalam Tabel 5 .
Perlu diketahui sebelumnya bahwa terdapat perbedaan makna dari penutupan dan penggunaan lahan. Berdasarkan Liliesand Kiefer 1997 istilah
penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi. Istilah penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang
lahan tertentu. Dalam artikel Beni Raharjo mengutip Townshend dan Justice pada tahun 1981 penutupan lahan adalah perwujudan secara fisik visual dari vegetasi,
benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut. Peta yang dihasilkan
dari analisis citra pada tahun 1990 dan 2001 merupakan peta penutupan lahan dikarenakan tidak terdapat data lapangan mengenai penggunaan lahan sebenarnya
Tabel 5. Luas PenutupanPenggunaan Lahan Tahun 1990, 2001 dan 2010
Luas ha Peringkat
Luas ha Peringkat Luas ha
Peringkat Hutan Lebat
4300.4 28.6
1 4077.8
27.1 1
3946.0 26.2
1 Hutan SemakBelukar
2125.1 14.1
4 1765.5
11.7 4
1370.1 9.1
6 Kebun Campuran
2411.1 16.0
2 2130.2
14.1 3
1833.0 12.2
5 Kebun Teh
2378.7 15.8
3 2469.2
16.4 2
2514.8 16.7
2 Pemukiman
883.3 5.9
7 1521.4
10.1 6
2170.6 14.4
3 Sawah
1563.8 10.4
5 1454.9
9.7 7
1227.0 8.1
7 Tegalan
1394.8 9.3
6 1638.2
10.9 5
1995.6 13.3
4 2010
PenutupanPenggunaan Lahan
1990 2001
pada tahun tersebut. Namun peta hasil analisis citra pada tahun 2010 merupakan peta penggunaan lahan karena dilakukan pengecekan lapang terhadap penggunaan
lahan sesungguhnya pada tahun yang berdekatan. Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa penutupan pada tahun 1990 masih
didominasi berturut-turut oleh hutan lebat, kemudian kebun campuran dan kebun teh. Masing-masing memiliki luas wilayah sebesar 4300,4 ha, 2411,1 ha dan
2378,7 ha. Dengan persentase untuk masing-masing dari seluruh wilayah penelitian yaitu 28,6, 16 dan 15,8. Penutupanpenggunaan lahan lainnya
yaitu hutan semak 2125,1 ha dengan persentase 14,1, sawah 1563,8 ha dan persentase 10,4 , tegalan 1394,8 ha dan persentase 9,3 dan pemukiman
883,3 ha dan persentase 5,9. Untuk tahun 2001 tutupan lahan didominasi secara berturut-turut oleh
hutan lebat dengan luas area dan persentase sebesar 4077,8 ha dan 27,1, kemudian kebun teh dengan luas area dan persentase sebesar 2469,2 ha dan 16,4
dan kebun campuran dengan luas area dan persentase sebesar 2130,2 dan 14,1. Untuk penutupan lahan lainnya yaitu hutan semakbelukar 1765,5 ha dan
persentase 11,7, tegalan 1638 ha dan persentase 10,9, pemukiman 1521 ha dan persentase 10,1 dan sawah 1454,9 ha dan persentase 9,7.
Penggunaan lahan tahun 2010 menunjukkan pola yang agak berbeda dengan dua tahun yang lain yaitu hutan lebat menjadi dominasi utama dengan luas
area dan persentase sebesar 3946,0 ha dan 26,2, kemudian kebun teh dengan luas area dan persentase 2514,8 ha dan 16,7 lalu pemukiman dengan luas area
2170,6 ha dan persentase 14,4. Pola penutupanpenggunaan lahan lainnya yaitu tegalan 1995,6 ha dan persentase 13,3, kebun campuran 1833 ha dan
persentase 12,2, hutan semakbelukar 1370,1 ha dan persentase 9,1 dan sawah 1227 ha dan 8,1.
Dari pola penutupanpenggunaan lahan masing-masing tahun dapat dilihat bahwa tipe penutupanpenggunaan lahan yang mengalami perubahan pesat adalah
pemukiman dari peringkat terakhir di tahun 1990 kemudian naik satu peringkat di tahun 2001 dan naik tiga peringkat di tahun 2010 menjadi peringkat ke tiga.
Penutupanpenggunaan lahan lain yang mengalami peningkatan yang tinggi adalah tegalan naik satu peringkat setiap sepuluh tahun. Sedangkan
penutupanpenggunaan lahan yang mengalami penurunan yaitu kebun campuran, sawah dan hutan semakbelukar. Penutupanpenggunaan lahan yang cenderung
tetap adalah hutan lebat dan kebun teh. Persentase proporsi penutupanpenggunaan lahan dalam wilayah penelitian
yang terjadi dari tahun 1990, 2001 dan 2010 menunjukkan bahwa pemukiman mengalami peningkatan tertinggi yaitu dari tahun 1990 sebesar 5,9 kemudian
tahun 2001 sebesar 10,1 dan tahun 2010 sebesar 14,4. Tegalan juga mengalami peningkatan yaitu di tahun 1990 sebesar 9,3, tahun 2001 sebesar
10,9 dan tahun 2010 sebesar 13,3. Penutupanpenggunaan lahan yang mengalami penurunan persentase tertinggi adalah hutan semakbelukar yaitu di
tahun 1990 persentasenya adalah 14,1, tahun 2001 sebesar 11,7 dan tahun 2010 sebesar 9,1. Kemudian kebun campuran pada tahun 1990 adalah 16,
tahun 2001 14,1 dan 2010 12,2. Penutupanpenggunaan lahan lain yang mengalami penurunan persentase lainnya adalah sawah yaitu 10,4 pada tahun
1990, 9,7 tahun 2001 dan 8,1 tahun 2010.
5.3 Perubahan Penutupan Penggunaan Lahan Gambar 3 merupakan grafik yang menggambarkan luas masing-masing
tipe penutupanpenggunaan lahan tahun 1990, 2001 dan 2010. Dari grafik tersebut diketahui bahwa penutupanpenggunaan lahan yang mengalami penurunan luasan
area pada dua periode tahun yaitu hutan semakbelukar, kebun campuran, hutan lebat dan sawah. Sedangkan penutupanpenggunaan lahan yang mengalami
kenaikan luasan area yaitu kebun teh, pemukiman, dan tegalan.
Gambar 3. Grafik Luas PenutupanPenggunaan Lahan tahun 1990, 2001 dan 2010
Dari Grafik 4 dan Tabel 6 dapat diketahui bahwa pertambahan luas area tertinggi terdapat pada lahan pemukiman baik pada periode tahun 1990-2001
638,1 ha dengan persentase 72,2 dari penutupanpenggunaan lahan pemukiman sebelumnya dan periode tahun 2001-2010 649,1 ha dengan persentase 42,7
dari penutupanpenggunaan lahan pemukiman sebelumnya. Untuk periode tahun 1990-2001 luas penutupanpenggunaan lahan lain
yang bertambah adalah tegalan 243,4 ha dengan persentase pertambahan 17,5 kemudian kebun teh 90,4 ha dengan persentase kenaikan 3,8. Pada periode
tahun 2001 – 2010 luas penutupanpenggunaan lahan yang bertambah adalah tegalan 357.4 ha dengan persentase pertambahan 21.8 dan kebun teh 45.6 ha
dengan persentase kenaikan 1.8. Sedangkan tipe penutupanpenggunaan lahan yang berkurang luasannya
pada periode 1990-2001 adalah hutan semakbelukar -359,6 ha dengan persentase penurunan -16,9 , kebun campuran -280,9 ha dengan persentase penurunan
Tabel 6. Luas Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan Tahun 1990, 2001 dan 2010
Gambar 4. Grafik Luas Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan tahun 1990, 2001 dan 2010
1990 2001
2010 ha
ha Hutan Lebat
4300.4 4077.8
3946.0 -222.6
-5.2 -131.8
-3.2 Hutan SemakBelukar
2125.1 1765.5
1370.1 -359.6
-16.9 -395.3
-22.4 Kebun Campuran
2411.1 2130.2
1833.0 -280.9
-11.7 -297.1
-13.9 Kebun Teh
2378.7 2469.2
2514.8 90.4
3.8 45.6
1.8 Pemukiman
883.3 1521.4
2170.6 638.1
72.2 649.1
42.7 Sawah
1563.8 1454.9
1227.0 -108.8
-7.0 -227.9
-15.7 Tegalan
1394.8 1638.2
1995.6 243.4
17.5 357.4
21.8 PenutupanPenggunaan
Lahan Luas ha
Luas Perubahan 1990
‐2001 2001
‐2010
luas -11,7, hutan lebat -222,6 ha dengan persentase penurunan -5,2 dan sawah -108,8 ha dengan persentase penurunan -7,0. Tipe
penutupanpenggunaan lahan yang mengalami penurunan luasan untuk periode 2001-2010 adalah hutan semakbelukar -395,3 ha dengan persentase penurunan
-22,4, kebun campuran -297,1 ha dengan persentase penurunan -13,9, sawah -227,9 ha dengan persentase penurunan -15,7 dan hutan lebat -131,8
ha dengan persentase penurunan -3,2.
Hal penting yang perlu diketahui dari pola perubahan penutupanpenggunaan lahan adalah perubahan yang terjadi dari jenis tertentu
menjadi jenis yang lain. Untuk mengetahui hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8. Pada periode tahun 1990-2001, pengurangan luas penutupanpenggunaan
lahan terbesar adalah hutan semakbelukar yang terkonversi menjadi kebun teh 180,1 ha, tegalan 54,2 ha, sawah 37,3 ha dan pemukiman 37,0 ha.
Kemudian kebun campuran yang terkonversi menjadi tegalan 411,3 ha, pemukiman 127,8 ha, sawah 65,7 ha dan kebun teh 26,6 ha Hutan lebat
banyak terkonversi menjadi kebun teh 104,7 ha, tegalan 21,1 ha, sawah 1,9 Tabel 7. Perubahan tipe dan luas tutupan lahan periode tahun 1990-2001
Tabel 8. Perubahan tipe dan luas tutupan lahan periode tahun 2001-2010
Hutan Lebat 4077.8
89.7 5.2
104.7 0.0
1.9 21.1
4300.4 Hutan SemakBelukar
0.0 1675.8
140.7 180.1
37.0 37.3
54.2 2125.1
Kebun Campuran 0.0
0.0 1779.7
26.6 127.8
65.7 411.3
2411.1 Kebun Teh
0.0 0.0
125.1 2155.1
26.0 46.9
25.7 2378.7
Pemukiman 0.0
0.0 0.0
0.0 883.3
0.0 0.0
883.3 Sawah
0.0 0.0
13.3 2.8
208.5 1242.7
96.6 1563.8
Tegalan 0.0
0.0 66.1
0.0 238.8
60.4 1029.4
1394.8 Grand Total
4077.8 1765.5
2130.2 2469.2
1521.4 1454.9
1638.2 15057.2
PenutupanPenggunaan Lahan tahun 1990ha
PenutupanPenggunaan Lahan tahun 2001ha Hutan
Lebat Hutan
SemakBelukar Kebun
Campuran Kebun
Teh Pemukim
an Sawah
Tegalan Grand
Total
Hutan Lebat 3946.0
64.9 0.0
61.2 0.0
0.9 4.9
4077.8 Hutan SemakBelukar
0.0 1305.3
22.8 107.1
77.0 144.9
108.4 1765.5
Kebun Campuran 0.0
0.0 1538.1
39.3 176.2
47.1 329.5
2130.2 Kebun Teh
0.0 0.0
16.4 2275.9
35.8 11.2
129.9 2469.2
Pemukiman 0.0
0.0 0.0
0.0 1521.4
0.0 0.0
1521.4 Sawah
0.0 0.0
78.2 11.1
231.3 921.5
212.8 1454.9
Tegalan 0.0
0.0 177.7
20.2 128.9
101.4 1210.0
1638.2 Grand Total
3946.0 1370.1
1833.0 2514.8
2170.6 1227.0
1995.6 15057.2
PenutupanPenggunaan Lahan tahun 2001ha
Kebun Campuran
Kebun Teh
Pemukim an
Sawah Tegalan
PenutupanPenggunaan Lahan tahun 2010ha Hutan
Lebat Hutan
SemakBelukar Grand
Total
ha dan kebun campuran 5,2 ha. Terakhir sawah yang terkonversi menjadi pemukiman 208,5 ha, tegalan 96,6 ha, kebun campuran 13,3 ha dan kebun
teh 2,8 ha. Dari Tabel 7 dan 8, juga dapat diketahui pertambahan luas tipe
penutupanpenggunaan lahan tertentu adalah hasil konversi dari penutupanpenggunaan lahan yang lain. Pertambahan luas penutupanpenggunaan
lahan yang tertinggi pada periode tahun 1990-2001 adalah pemukiman hasil konversi dari tegalan 238,8 ha, sawah 208,5 ha, kebun campuran 127,8 ha
dan kebun teh 26,6 ha. Kemudian tegalan adalah hasil konversi dari kebun campuran 411,3 ha, sawah 96,6 ha, hutan semakbelukar 54,2 ha, kebun teh
25,7 ha dan hutan lebat 21,1 ha. Kebun teh adalah hasil konversi dari penutupanpenggunaan lahan hutan semakbelukar 180,1 ha, hutan lebat 104,7
ha, kebun campuran 26,6 ha, dan sawah 2,8 ha. Pada periode tahun 2001-2010, pengurangan luas penutupanpenggunaan
lahan terbesar adalah hutan semak belukar yang terkonversi menjadi sawah 144,9 ha, tegalan 108,4 ha, kebun teh 107,1 ha, pemukiman 77,0 ha dan kebun
campuran 22,8 ha. Kebun campuran terkonversi menjadi jenis penutupanpenggunaan lahan tegalan 329,5 ha, pemukiman 176,2 ha, sawah
47,1 ha dan kebun teh 39,3 ha. Hutan lebat terkonversi menjadi kebun teh 61,2 ha, hutan semakbelukar 64,9 ha, tegalan 4,9 ha dan sawah 0,9 ha.
Sawah terkonversi menjadi pemukiman 231,3 ha, tegalan 212,8 ha, kebun campuran 78,2 ha dan kebun teh 11,1 ha.
Pertambahan luas penutupanpenggunaan lahan periode tahun 2001-2010 yang tertinggi adalah pemukiman merupakan hasil konversi dari lahan sawah
231,3 ha, kebun campuran 176,2 ha, tegalan 128,9 ha, hutan semakbelukar 77 ha dan kebun teh 35,8 ha. Kebun teh merupakan hasil konversi tipe
penutupanpenggunaan lahan hutan semakbelukar 107,1 ha, hutan lebat 61,2 ha, kebun campuran 39,3 ha, tegalan 20,2 ha, dan sawah 11,1 ha. Tegalan
konversi dari kebun campuran 329,5 ha, sawah 212,8 ha, kebun teh 129,9 ha, hutan semakbelukar108,4 ha dan hutan lebat 4,9 ha.
Perubahan tipe penutupanpenggunaan lahan yang dominan dapat
dilihat pada Tabel 9 untuk tahun 1990-2001 dan Tabel 10 untuk tahun 2001-2010. Perubahan penutupanpenggunaan lahan dominan tahun 1990-2001 yaitu kebun
campuran menjadi tegalan dengan luas perubahan 411,3 ha dan persentase dari luas total perubahan sebesar 18,6. Kemudian tegalan menjadi pemukiman
dengan luas perubahan 238,8 ha dan persentase dari total luas perubahan sebesar 10,8 serta sawah menjadi pemukiman sebesar 208,5 ha dan persentase dari total
Tabel 9. Tipe Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan Dominan tahun 1990-2001
Tabel 10. Tipe Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan Dominan tahun 2001-2010
1 Kebun Campuran--Tegalan
411.3 18.6
2 Tegalan--Pemukiman
238.8 10.8
3 Sawah--Pemukiman
208.5 9.4
4 Hutan SemakBelukar--Kebun Teh
180.1 8.1
5 Hutan SemakBelukar--Kebun Campuran
140.7 6.4
6 Kebun Campuran--Pemukiman
127.8 5.8
7 Kebun Teh--Kebun Campuran
125.1 5.7
8 Hutan Lebat--Kebun Teh
104.7 4.7
9 Sawah--Tegalan
96.6 4.4
10 Hutan Lebat--Hutan SemakBelukar
89.7 4.1
11 Lainnya
490.2 22.1
2213.33 100.0
Tipe Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan tahun 1990-2001
Total Luas ha
No
1 Kebun Campuran--Tegalan
329.5
14.1
2 Sawah--Pemukiman
231.3
9.9
3 Sawah--Tegalan
212.8
9.1
4 Tegalan--Kebun Campuran
177.7
7.6
5 Kebun Campuran--Pemukiman
176.2
7.5
6 Hutan SemakBelukar--Sawah
144.9
6.2
7 Kebun Teh--Tegalan
129.9
5.6
8 Tegalan--Pemukiman
128.9
5.5
9 Hutan SemakBelukar--Tegalan
108.4
4.6
10 Hutan SemakBelukar--Kebun Teh
107.1
4.6
11
Lainnya 592.0
25.3 2338.84
100.0 Tipe Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan
tahun 2001-2010 Luas ha
Total No
luas perubahan sebesar 9,4. Perubahan penutupanpenggunaan lahan dominan pada tahun 2001-2010 yaitu kebun campuran menjadi tegalan dengan perubahan
329,5 ha dan persentase dari luas total perubahan sebesar 14,1. Kemudian sawah menjadi pemukiman dengan perubahan 231,3 ha dan persentase dari luas
total perubahan sebesar 9,9 dan sawah menjadi tegalan dengan perubahan 212,8 ha dan persentase dari luas total perubahan sebesar 9,1.
Dari data-data yang sudah dipaparkan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa kecenderungan perubahan yang terjadi adalah perubahan menuju area
pemukiman dan tegalan. Hal ini menunjukkan bahwa tegalan merupakan jenis budidaya pertanian yang diminati masyarakat dibandingkan budidaya pertanian
lainnya seperti kebun campuran dan sawah. Hal tersebut dikarenakan mengelola tegalan lebih mudah dari pada sawah dikarenakan pasokan air untuk budidaya
hanya mengandalkan air hujan tidak perlu irigasi, tegalan juga lebih cepat menghasilkan dari pada kebun campuran. Hal tersebut diduga menjadi alasan
masyarakat lebih memilih tegalan menjadi alternatif usaha budidaya pertanian. Pemukiman yang selalu meningkat menggambarkan kebutuhan penduduk
akan pemukiman semakin meningkat, secara tidak langsung menggambarkan terjadinya peningkatan jumlah penduduk. Namun terjadinya peningkatan
pemukiman ini tidak hanya disebabkan .penduduk yang terus meningkat. Fenomena yang menyebabkan terjadinya peningkatan area pemukiman adalah
wilayah ini cocok untuk dijadikan sarana rekreasi keluarga sehingga banyak vila serta tempat wisata yang dibangun. Dengan adanya pembangunan tersebut
menyebabkan dibangunnya sarana dan prasarana pendukung. Hal tersebut berpengaruh pada peningkatan area pemukiman masyarakat karena lokasi wisata
merupakan salah satu sumber kegiatan ekonomi. Kenyataan tersebut sesuai dengan yang pernyataan Haryadi 2007, bahwa
pada wilayah dengan curah hujan tinggi berpenduduk jarang, pola penutupanpenggunaan lahannya lebih dominan pada tanaman tahunan,
sebaliknya pada wilayah curah hujan tinggi berpenduduk padat pola penutupanpenggunaan lahannya lebih dominan pada tananan semusim. Hal ini
sesuai dengan peningkatan area tegalan sebagai budidaya pertanian yang diiringi dengan peningkatan area pemukiman.
Dari fakta di atas dapat diketahui kecenderungan perubahan penutupanpenggunaan lahan adalah perubahan ke area pemukiman, dari
penutupanpenggunaan lahan sebelumnya yaitu terutama tegalan, sawah dan kebun campuran. Dengan berkurangnya area lahan budidaya pertanian tegalan dan
sawah menyebabkakan lahan kebun campuran dan sebagian hutan semakbelukar terkonversi menjadi lahan tegalan dan sawah.
Pola perubahan penutupanpenggunaan lahan pada periode tahun 2001- 2010 yang terjadi dalam skala yang lebih besar. Hasil dari penelitian ini juga
menunjukkan fakta bahwa hutan lebat relatif tetap, yaitu berkurang sekitar 1 setiap sepuluh tahun. Hutan yang menjadi pilihan masyarakat untuk dikonversi
adalah hutan semakbelukar. Pola perubahan yang tidak berbeda terjadi pada periode tahun 1981-1990 di wilayah yang sama, berdasarkan hasil penelitian
Sudadi et al. 1991 terjadi arah perubahan pola penggunaan lahan ke areal pemukiman.
Perubahan pola penutupanpenggunaan lahan yang terjadi pada sub DAS Ciliwung Hulu memperkuat pernyataan Vink dalam Sudadi et al. 1991 yaitu
penggunaan lahan secara umum dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor alami seperti iklim, topografi, tanah atau bencana alam dan faktor manusia berupa
aktivitas manusia pada sebidang lahan. Faktor manusia dirasakan berpengaruh lebih dominan dibandingkan dengan faktor alam karena sebagian besar perubahan
penggunaan lahan disebabkan oleh aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhannya pada sebidang lahan yang spesifik.
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan sudah disebutkan di atas bahwa banyak dibangun vila dan area rekreasi lain yang menyebabkan bertambah pula
sarana lain yang mendukung dan area pemukiman di sekitarnya. Pertambahan penduduk juga menyebabkan terjadinya kebutuhan pemukiman dan area
pemukiman meningkat. Hal ini membuktikan bahwa manusia menjadi faktor utama dalam perubahan penggunaan lahan yang terjadi. Kenyataan ini diperkuat
dengan artikel yang dimuat dalam Kompas 2010 yang menyatakan bahwa pembangunan kawasan puncak sudah tidak mengindahkan peraturan tata ruang.
Hutan yang tersisa di Puncak pun terus tergerus pembangunan vila dan perluasan pemukiman warga tanpa izin. Menurut data Dinas Tata Bangunan dan
Permukiman Kabupaten Bogor 2010, dari 59.486 bangunan di Kecamatan Ciawi, Megamendung, dan Cisarua baru 12.844 bangunan yang memiliki izin mendirikan
bangunan atau sekitar seperlimanya. Kawasan di sepanjang jalan utama sudah dibangun menjadi berbagai sarana atau fasilitas umum untuk masyarakat, ketika
menelusuri jalan sempit ataupun gang di kiri dan kanan jalan utama, ditemukan lebih banyak lagi vila yang disewakan.
Dari fakta-fakta yang dipaparkan di atas, dapat dibuat ringkasan perubahan penutupanpenggunaan lahan yang terjadi dalam Gambar 5 dan 6.
Gambar 5. Pola perubahan penutupanpenggunaan lahan tahun 1990-2001
Keterangan menunujukkan perubahan tipe penutupanpenggunaan lahan
meniunjukkan perubahan tipe penutupanpenggunaan lahan dominan
Gambar 6. Pola perubahan penutupanpenggunaan lahan tahun 2001-2010
Keterangan menunujukkan perubahan tipe penutupanpenggunaan lahan
meniunjukkan perubahan tipe penutupanpenggunaan lahan dominan
Sumberdaya tanah menjadi semakin penting seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dengan laju yang masih tinggi serta akibat dari berkembangnya
kegiatan ekonomi. Keadaan ini akan membawa konsekuensi semakin besarnya tekanan permintaan demand akan tanah untuk berbagai keperluan yang semakin
beragam seperti untuk perluasan tanah pertanian, perkebunan, hutan produksi, pemukimanperumahan, pertambangan maupun lokasi kegiatan
perdaganganbisnis dan industri serta keperluan pembangunan infrastruktur Rustiadi et al., 2001.
Terjadinya ketimpangan antara permintaan dan penawaran tentunya merupakan suatu indikasai bahwa tanah dapat dikategorikan sebagai sumberdaya
yang mempunyai sifat kelangkaan scarcity. Kelangkaan tanah tersebut akan berimplikasi terhadap melambungnya harga tanah itu sendiri, yang dapat
dibedakan berdasarkan 1 nilai intrinsik yang terkandung dalam sebidang tanah seperti kesuburan dan topografinya, sehingga mempunyai keunggulan
produktifitas dari tanah lain Ricardiant rent; 2 nilai yang disebabkan oleh perbedaan lokasi locational rent; dan 3 nilai perlindungan terhadap lingkungan
enviromental rent. Konsekuensi lanjut dari kedaan demikian akan berpengaruh terhadap pola kepemilikan masyarakat terhadap tanah.
Dengan berkembangnya area wisata pada wilayah penelitian, menyebabkan terciptanya kegiatan ekonomi yang diikuti oleh peningkatan jumlah
penduduk. Peningkatan jumlah penduduk ini menyebabkan permintaan akan lahan meningkat untuk area pemukiman sehingga nilai tanah menjadi tinggi untuk lahan
pemukiman dengan lokasi yang dekat dengan kegiatan ekonomi yaitu area wisata. Hal ini mengakibatkan pemilik lahan cenderung menjual tanahnya karena income
yang akan diterima lebih banyak jika lahan dijual untuk dijadikan area pemukiman dibandingkan dengan pemanfaatan yang sudah ada terutama yaitu
budidaya pertanian. Dengan berkurangnya area budidaya pertanian, maka masyarakat akan mengkonversi lahan yang pemanfaatannya cenderung tidak
memberikan income yang banyak bagi mereka yaitu hutan untuk dijadikan area budidaya pertanian.
Tegalan menjadi area yang paling banyak diminati oleh masyarakat menjadi alternatif budidaya pertanian karena lahan tegalan memberikan income
yang lebih besar dibandingkan dengan budidaya pertanian lainnya. Pola perubahan yang terjadi pada wilayah ini, mengikuti teori land rent yaitu nilai atau
profit yang diterima dari lahan tersebut. Perubahan yang terjadi akan mengarah kepada jenis penggunaan lahan yang memberikan income terbesar. Bagan pola
perubahan penutupanpenggunaan lahan menunjukkan perubahan kearah pemukiman dan tegalan. Urutan nilai land rent dari yang terkecil hingga terbesar
tiap jenis penutupanpenggunaan lahan yaitu hutan lebat, hutan semakbelukar, kebun teh, kebun campuran, sawah, tegalan dan pemukiman.
Laju perubahan penutupanpenggunaan lahan dapat diminimalisir dengan adanya upaya dari pemerintah. Pemerintah dapat membuat program berupa
reward and punishment kepada masyarakat yang memiliki ataupun yang melakukan usaha di lahan tersebut. Yaitu dengan memberikan insentif kepada
masyarakat yang tetap mempertahankan penggunaan lahannya dan memberikan pajak yang tinggi pada lahan yang telah dikonversi atau dirubah penggunaan
lahannya. Selain dapat memperlambat laju perubahan, program ini juga dapat merubah arah perubahan penggunaan lahan, karena masyarakat akan cenderung
memilih nilai yang lebih tinggi yang dapat diterima. Program lain yang dapat dilakukan pemerintah untuk mengubah arah perubahan penggunaan lahan lainnya
adalah dengan penertiban penggunaan lahan sesuai dengan ketentuan RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah yang ada. Sehingga penggunaan lahan yang
menyimpang dari ketetapan RTRW akan secara paksa diubah. Program ini sudah dijalankan oleh pemerintah setempat terutama untuk penggunaan lahan
pemukiman yang tidak memiliki IMB Izin Mendirikan Bangunan.
5.4 Analisis Debit Maksimum-Minimum