Hubungan Curah Hujan dengan Banjir

yang cekung dan kondisi daerah aliran sungai. Peristiwa alam yang dinamis yang menjadi faktor penyebab terjadinya banjir yaitu hujan dalam jangka waktu panjang atau hujan deras selama berhari-hari. Debit maksimum dan selisih debit maksimum-minimum yang selalu meningkat, berhubungan dengan kualitas banjir dan kejadian banjir yang juga meningkat. Walaupun pada periode tahun 1990-2001 terjadi penurunan kejadian banjir yang sangat kecil namun terjadi peningkatan kualitas banjir, secara umum dapat dikatakan terjadi penurunan kualitas hidrologi bila dilihat dari karakteristik banjir.

5.6 Hubungan Curah Hujan dengan Banjir

Berikut adalah grafik yang menggambarkan hubungan curah hujan dengan banjir. Tabel 12. Kejadian Banjir dengan Curah Hujan Sama Gambar 8. Grafik hubungan Curah Hujan dengan Banjir Kejadian banjir dengan curah hujan yang relatif sama h-1 h banjir rata2 1990 24 Januari 28.84 48.55 38.70 85 2001 11 Februari 35.24 41.28 38.26 90 2001 12 Februari 41.28 25.23 33.26 90 2010 9 Februari 19.06 48.89 33.98 150 Tahun Tanggal CHmmhr h banjir cm Berdasarkan pendapat Kristianto 2010 hujan menjadi faktor penyebab banjir yaitu hujan dalam jangka waktu yang panjang selama berhari-hari. Seperti banjir yang terjadi pada Februari tahun 2007 di Jakarta disebabkan karena hujan deras pada dua hari berturut-turut. Untuk mengetahui pengaruh dari curah hujan terhadap debit banjir yang ditimbulkan dapat dilihat melalui Gambar 7. Berdasarkan teori tersebut, maka curah hujan yang digunakan adalah curah hujan yang tertinggi pada tiga tahun pengamatan. Curah hujan tersebut merupakan curah hujan rata-rata dari kejadian hujan sebelum dan pada hari kejadian hujan. Pada Gambar 8, dapat diketahui bahwa dengan curah hujan yang sama yaitu berkisar antara 30 – 40 mm menghasilkan banjir yang berbeda untuk tahun yang berbeda. Terjadi peningkatan banjir dengan nilai curah hujan yang sama. Pada tahun 1990 tinggi air saat banjir hanya 85 cm, tahun 2001 tinggi air 90 cm dan pada tahun 2010 tinggi air mencapai 150 cm. Hal ini membuktikan bahwa terjadi penurunan kualitas karakteristik hidrologi sub DAS Ciliwung Hulu, yaitu dengan curah hujan yang relatif sama, menimbulkan banjir yang selalu meningkat. Walaupun curah hujan yang berpengaruh terhadap banjir adalah curah hujan selama berhari-hari, namun curah hujan pada saat kejadian banjir juga menentukan banjir yang terjadi. Kenaikan tingkat banjir yang sangat tinggi pada tahun 2010 disebabkan karena curah hujan yang turun pada hari kejadian banjir mencapai 48,89 mmhr sehingga kenaikan banjir sangat tinggi. Namun dengan pola yang sama yaitu curah hujan saat hari h banjir yang tinggi pada tahun 1990 menyebabkan banjir yang lebih rendah dari tahun 2010. Curah hujan pada hari kejadian banjir di tahun 1990 mencapai 48,55 mmhr, namun tinggi banjir yang dihasilkan hanya 85 cm. Kejadian banjir yang disebabkan karena hujan berkaitan erat dengan aliran permukaan yang terjadi. Air yang tidak terserap ke tanah saat hujan menjadi aliran permukaan yang kemudian terkumpul di outlet dan menjadi banjir. Parameter hujan yang berpengaruh terhadap aliran permukaan meliputi intensitas, waktu atau durasi hujan. Laju dan volume aliran permukaan akan mencapai harga terbesar jika hujan menyebar di seluruh bagian DAS Suripin, 2002. Menurut Suripin 2002, salah satu karakteristik DAS yang berpengaruh terhadap aliran permukaan adalah luas dan bentuk DAS. Laju dan volume aliran permukaan bertambah besar dengan bertmbahnya luas DAS. Bentuk DAS memanjang dan sempit cenderung menghasilkan laju aliran permukaan yang lebih kecil dibandingkan DAS yang berbentuk melebar atau melingkar. Hal ini terjadi karena waktu konsentrasi DAS yang memanjang lebih lama dibandingkan dengan DAS melebar, sehingga terjadinya konsentrasi air di titik kontrol lebih lambat yang berpengaruh pada laju dan volume aliran permukaan. Faktor bentuk juga berpengaruh pada aliran permukaan apabila hujan yang terjadi tidak serentak di seluruh DAS, tetapi bergerak dari ujung yang satu ke ujung lainnya misalnya dari hilir ke hulu. Pada DAS memanjang laju aliran akan lebih kecil karena aliran permukaan akibat hujan di hulu belum memberikan kontribusi pada titik kontrol ketika aliran permukaan dari hujan di hilir telah habis. Sebaliknya pada DAS melebar, datangnya aliran permukaan dari dari semua titik di DAS tidak terpaut banyak, artinya air dari hulu sudah tiba sebelum aliran dari hilir habis. 5.7 Pengaruh Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan dengan Karakteristik Hidrologi DAS Banjir dan Debit Maksimum- Minimum. DAS Daerah Aliran Sungai merupakan suatu ekosistem yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Aktifitas komponen ekosistem selalu memberi pengaruh terhadap komponen ekosistem yang lain. Aktifitas dalam DAS yang menyebabkan perubahan ekosistem misalnya perubahan tata guna lahan Asdak, 2010 . Tabel 13 merupakan ringkasan dari hasil penelitian yang dilakukan. Telah diketahui sebelumnya bahwa pola perubahan penutupanpenggunaan lahan yang terjadi adalah mengarah kepada perkembangan pemukiman dan pertanian intensif yaitu tegalan. Area pemukiman merupakan hasil konversi dari tegalan dan sawah. Dengan berkurangnya area budidaya pertanian menyebabkan terkonversinya area hutan semakbelukar. Budidaya pertanian yang paling diminati masyarakat adalah tegalan sehingga menyebabkan area terutama kebun campuran terkonversi. Parameter karakteristik hidrologi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu frekuensi kejadian banjir, kualitas banjir dan debit maksimum-minimum. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara umum terjadi penurunan kualitas karakteristik hidrologi pada dua periode tahun, namun penurunan kualitas lebih tajam pada periode tahun 2001-2010. Dengan luasan hutan lebat yang relatif tetap dan masih dominan dalam wilayah sub DAS Ciliwung hulu, perubahan kualitas karakteristik hidrologi tetap terjadi. Perubahan pola penggunaan lahan yang berpengaruh adalah perubahan ke arah area pemukiman dan tegalan yang menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidrologi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudadi et al. 1991, Suarna et al. 2008 serta Asdak 2010. Menurut penelitian Suarna et al. 2008, semakin banyak area terbangun DAS maka proses peresapan air permukaan menjadi air tanah akan terganggu. Hal ini berakibat pada tingginya aliran permukaan serta tingginya debit sungai pada saat musim hujan yang dapat menyebabkan terjadinya banjir. Selain itu kondisi tersebut juga berdampak pada minimnya debit sungai pada saat musim kemarau yang berdampak pada menurunnya kualitas air sungai. Penelitian yang dilakukan oleh Sudadi et al. 1991 menyatakan bahwa pengaruh perubahan penggunaan lahan tehadap perubahan karakteristik aliran Tabel 13. Hubungan Perubahan PenutupanPenggunaan Lahan dengan Karakteristik Hidrologi 1990-2001 2001-2010 Frekuensi Banjir turun naik Kualitas Banjir naik naik Rasio Qmax-Qmin turun naik Perubahan Karakteristik DAS Kebun Campuran -- Tegalan 411.3 ha, Tegalan -- Pemukiman 238.8 ha, Sawah -- Pemukiman 208.5 ha Kebun Campuran -- Tegalan 329.5 ha, Sawah - - Pemukiman 231.3 ha, Sawah -- Tegalan 212.8 ha Parameter Tutupan Lahan Periode Hutan ke lahan budidaya Hutan Semak -269.9 ha, Hutan Lebat -222.6 ha : Total -492.5 ha Hutan Semak -374.1 ha, Hutan Lebat -131.8 ha : Total -441 ha Hutan ke pemukiman 37 ha 77 ha Tutupan Lahan Terkonversi Hutan SemakBelukar -359.6 ha, Kebun Campuran -280.9 ha, Hutan Lebat -222.6 ha, Sawah 108.8 ha Kebun Campuran -914.2 ha, Hutan SemakBelukar -374.1 ha, Sawah -204.2 ha, Hutan Lebat -131.8 ha Tutupan Lahan yg bertambah luasannya Pemukiman 638.1 ha, Tegalan 243.4 ha, Kebun teh 90.4 ha Pemukiman 649.1 ha, Kebun teh 45.6 ha, Tegalan 357.4 ha Perubahan tutupan lahan dominan sungai berkaitan dengan berubahnya areal konservasi menjadi areal pertanian ekstensif dan selanjutnya menjadi areal pertanian intensif dan pemukiman yang dapat menurunkan kemampuan tanah dalam menahan air. Menurut Asdak 2010, pola perubahan penutupan lahan yang umum terjadi kemudian meningkatkan debit aliran adalah apabila diantaranya jenis vegetasi diganti dari tanaman berakar dalam menjadi tanaman berakar dangkal. Perubahan pola penutupanpenggunaan lahan ke area pemukiman dan tegalan pertanian intensif dari kebun campuran serta terkonversinya area hutan menyebabkan aliran permukaan tinggi. Aliran permukaan yang tinggi disebabkan karena perubahan perakaran tanaman yang semakin dangkal dan pengurangan tajuk vegetasi sehingga laju dan volume aliran permukaan semakin tinggi. Aliran permukaan inilah yang menyebabkan debit maksimum saat musim hujan menjadi tinggi yang kemudian menimbulkan banjir. Kejadian tersebut memberikan gambaran bahwa perubahan penutupanpenggunaan lahan yang terjadi pada wilayah sub DAS Ciliwung hulu telah memberikan pengaruh terhadap penurunan kualitas karakteristik hidrologi DAS tersebut. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suripin 2002 yaitu komponen hidrologi yang terkena dampak kegiatan pembangunan di dalam DAS meliputi koefisien aliran permukaan, koefisien regim sungai, nisbah debit maksimum-minimum, kadar lumpur atau kandungan sedimen sungai, laju, frekuensi dan periode banjir serta keadaan air tanah. Serta teori dari Leopold dan Dunne 1978 dalam Sudadi et al. 1991 mengatakan secara umum perubahan penggunaan lahan akan mengubah 1 karakteristik aliran sungai, 2 total aliran permukaan, 3 kualitas air dan 4 sifat hidrologi yang bersangkutan Dari penelitian ini, karakteristik hidrologi yang diamati adalah banjir dan debit- maksimum-minimum yang ternyata mengalami perubahan karena adanya perubahan penutupanpenggunaan lahan.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan