48 bestlinier unbiased estimator.Uji asumsi klasik dilakukan karena
menjadipersyaratan regresi agar model linier tidak bias sebagai estimator. Uji asumsi klasik yang dilakukan meliputi:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal.Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal.Kalau asumsi ini dilanggar
maka maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal
yaitu uji statistik dan analisis grafik Ghozali, 2011. Analisis dilakukan dengan melihat tampilan grafik histogram
maupun grafik normal plot.Data dikatakan berdistribusi normal apabila titik-titik dalam normal plot menyebar di sekitar garis diagonal, serta
penyebarannya mengikuti arah garis diagonal atau dengan melihat grafik histogram, data berdistribusi normal apabila gambar data
menyerupai lonceng.Kedua grafik ini dapat digunakan untuk menunjukkan normalitas data sehingga data layak untuk model regresi,
tetapi dalam penelitian ini hanya menggunakan grafik nomal plot untuk pengujian asumsi klasik normalitas.
Selain menggunakan grafik sebagai mengintepretasikan hasil data dalam penelitian ini.Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
uji kolmogorof-smirnov dan shapiro-wilk, yaitu jika nilai Asymp. Sig.
49 2- tailed 5 maka data residual berdistribusi tidak normal, jika
nilai Asymp. Sig. 2-tailed 5 maka data residual berdistribusi normal Ghozali, 2011.
b. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Imam Ghozali 2011 “uji heteroskedastisitas bertujuan
menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain
”.Model regresi yang baik, yaitu jika tidak terjadi heteroskedastisitas.Untuk pengujian
heteroskedastisitasnya menampilkan scatter plot nilai prediksi dependen ZPRED dengan residual SRESID, karena skala pengukuran
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio.Untuk menguji apakah varian dari residual homogen atau tidak digunakan uji
korelasi spearman rho. Jika nilai koefisien korelasi dibawah 5 0,05 maka artinya heteroskedastisitas. Sebaliknya jika nilai koefisien
korelasi diatas 5 0,05, artinya tidak terjadi heteroskedastisitas.
c. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.Uji
multikolonieritas dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflantion Factor VIF Ghozali,2011.Untuk mendeteksi adanya problem
multikolinearitas, maka dapat dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor VIF serta besaran korelasi
antar variabel independen. Regresi yang baik memiliki VIF di sekitar
50 angka 1 satu dan mempunyai angka Tolerance mendekati 1
Santoso, 2010. Apabila nilai VIF kurang dari 10 dan nilai Tolerance T lebih dari
0,1 dan kurang atau sama dengan 10, berarti tidak terjadi multikolinearitas. Sebaliknya jika diketahui nilai VIF lebih dari
sepuluh dan nilai Tolerance T kurang dari 0,1 dan lebih dari 10, berarti terjadi multikolinearitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam satu model regresi ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode saat ini
t dengan kesalahan pada periode sebelumnya t-1.Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi Ghozali,
2011. Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan cara uji Durbin-Watson
DW test. Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi sebagai berikut yaitu dengan ketentuan durbin watson sebagai berikut pada
tabel 3.1 Algifari,2010.
Tabel 3.1 Pengukuran Autokorelasi
Durbin Watson Kesimpulan
Kurang dari 1,08 1,08 sampai dengan 1,66
1,66 sampai dengan 2,34
Ada autokorelasi Tanpa kesimpulan
Tidak ada autokorelasi
51 2,34 sampai dengan 2,92
Lebih dari 2,92 Tanpa kesimpulan
Ada autokorelasi
Sumber data: Algifari,2010 3. Pengujian Hipotesis
Menurut Kuncoro 2001 pengujian hipotesis digunakan untuk mengukur ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir aktual secara
statistik hal ini dapat diukur dari koefisien determinasi R2, uji statistik t, uji statistik F, dan analisis regresi berganda.Adapun variabel independen dalam
penelitian ini terdiri atas tingkat leverage, ukuran dewan komisaris, kepemilikan saham publik, kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan
saham asing. Sedangkan variabel dependennya adalah Corporate Social Responsibility Disclosure CSRD.
Untuk menguji hipotesis dari variabel-variabel tersebut, maka rumus persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = α + β
1
X
1
+ β
2
X
2
+ β
3
X
3
+ β
4
X
4
+ β
4
X
5 +
e
Dimana: Y = pengungkapan Corporate Social Responsibility
α = konstanta β = koefisien regresi.
X1= tingkat leverage. X2= ukuran dewan komisaris.
X3= kepemilikan publik. X4= kepemilikan manajerial.
52 X5= Kepemilikan asing.
e = eror residual.
a. Uji Koefisien Determinasi R2
Koefisien Deteminasi R2 digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model
dalam menerangkan
variasi variabel
dependen.Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen sangat terbatas.Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen Ghozali, 2011.
b. Uji Signifikansi Paramater Individual Uji t
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen secara individual terhadap
variabel dependen yang diuji Ghozali, 2011. Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel
dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Langkah- langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
1Pengujian Hipotesis Ho : β = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen.
53 Ha : β ≠ 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel
independen terhadap variabel dependen. 2
Menentukan tingkat signifikansi α, yaitu sebesar 5 3Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan
melihat nilai signifikan : Jika Sig 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima.
Jika Sig 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak. 4 Pengambilan keputusan
Uji t dilakukan dengan membandingkan p-value t-hitung yang regresi di atas dengan derajat signifikansinya
α yaitu 0,05. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan hipotesa diatas yaitu jika p-value t
hitung αα= 0,05 maka Ho ditolak atau Ha Diterima.
c. Uji Signifikansi Simultan Uji Statistik F
Uji statistik F F-test atau uji simultan digunakan untuk mengetahui apakah variabel-variabel independen yang dimasukkan
dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel dependen. Langkah
–langkah pengujiannya adalah
sebagai berikut :
1 Perumusan Hipotesis Ho : ρ = 0, berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel
Ha : ρ ≠ 0, berarti ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen.
2 Menentukan tingkat signifikansi α, yaitu sebesar 5
54 3Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan Ho, yakni dengan
melihat nilai signifikan : Jika Sig 0,05 maka Ho ditolak atau Ha diterima.
Jika Sig 0,05 maka Ho diterima atau Ha ditolak. 4
Pengambilan keputusan Uji F dilakukan dengan membandingkan p-value F hitung yang
dihasilkan dari model regresi dengan derajat signifikansinya α yaitu
0,05. Kriteria yang digunakan untuk menarik kesimpulan hipotesa diatas adalah jika p-value F hitung
α α = 0,05 maka Ho ditolak.
G. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
Variabel penelitian adalah obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel utama
yaitu: 1.
Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 2.
Variabel independen adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian
ini adalah tingkat leverage, ukuran dewan komisaris dan struktur kepemilikan saham perusahaan yang dimana dalam penelitian ini di
proksikan kepada kepemilikan saham publik, kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan saham asing.
55
1. Corporate Social Responsicility Disclosure
Variable pengungkapan sosial perusahaan diukur dengan metode content analysis.contetnt analysis adalah suatu metode pengklasifikasian
teks dan ciri ciri yang sama untuk ditulis dalam berbagai kelompok kategori tergantung pada kriteria yang ditentukan. Agar content analysis
dapat dilaksanakan dengan cara yang replicable maka dapat dilakukan
salah satunya dengan checklist.
Checklist dilakukan dengan melihat pengungkapan sosial perusahaan dalam 6 kategori yaitu :economy performance, environmental
performance, labour practices and decent work performance, human rights
performance, society
performance, product responsibility
performance. Berdasarkan Indikator Global Reporting Initiatives Generation 3.1 GRI G3.1 terdapat 84 item Corporate Social
Responsibility Disclosure. Item pengungkapan dalam penelitian ini kemudian dinyatakan dalam bentuk indeks pengungkapan sosial.Apabila
item pengungkapan tersebut ada dalam laporan tahunan perusahaan maka diberi skor 1, dan jika item pengungkapan tersebut tidak ada dalam
laporan tahunan perusahaan maka diberi skor 0.Maka pengungkapan sosial dapat dihitung dengan.
CSRIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index perusahaan j nj
: jumlah item untuk perusahaan j, nj ≤ 84 =
56
Xij
: dummy variable: 1 = jika item i diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan.
2. Tingkat Leverage
Rasio leverage dalam hal ini merupakan sebuah ukuran untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melunasi semua hutang-
hutangnya. Jika dalam struktur permodalannya perusahaan mempunyai tingkat hutang lebih banyak maka perusahaan tersebut juga
akanmempunyai biaya keagenan yang lebih besar. Oleh sebab itu perusahaan yang mempunyai tingkat leverage lebih tinggi maka
perusahaan tersebut mempunyai kewajiban lebih untuk mengungkapkan kewajiban akan informasi sosialnya Suripto 1999 dalam Amalia 2005.
Leverage dapat dihitung dengan menggunakan rasio.
3. Ukuran Dewan Komisaris
Keberadaan dewan komisaris di Indonesia telah diatur dengan berbagai peraturan. Menurut peraturan Pencatatan Nomor IA tentang
Ketentuan Umum Pencatatan Efek bersifat Ekuitas di bursa yaitu jumlah komisaris independen minimum 30. Lebih lanjut dalam rangka
penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang baik GCG, perusahaan tercatat wajib memiliki komisaris independen yang jumlahnya
proporsional sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki oleh bukan
Leverage DER = Total Hutang Total Ekuitas