Scene 5 Analisis Semiotika Scene Representasi Islam

Berdasarkan ilmu pengetahuan dapat diartikan sifat memabukkan tersebut yaitu suatu sifat dari suatu bahan yang menyerang syaraf yang mengakibatkan ingatan kita terganggu. Apabila kita sedang dalam keadaanmambuk segala perilaku kita tidak dapat kita control karena kesadaran kita untuk berfikir rasional akan terganggu, dan banyak sekali kriminalitas yang terjadi disebabkan pengaruh minuman yang memabukkan. Jadi, mengkomsumsi minuman keras bukan hanya merugikan diri sendiri tapi juga merugikan orang lain. Wine sendiri merupakan salah satu minuman yang memabukkan yang terbuat dari anggur dan setiap minuman yang memabukkan adalah haram. Bahkan dalam hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Amr Nabi SAW bersabda “ orang yang meminum khamar lalu mabuk, tidak diterima shalatnya 40 hari. Bila dia mati masuk neraka, bila dia taubat, maka Allah akan mengampuninya. Namun bila kembali minum khamar dan mabuk, maka hak Allah untuk memberinya minum dari Radghatul Khabal di hari kiamat” Para sahabat bertanya apakah Radghatul Khabal?Beliau menjawab perasan penduduk neraka.HR Ibnu Majah.

6. Scene 6

Scene ini memperlihatkan dimana Sophie dan Jali yang sedang mengalami masalah tentang kawin gantung mereka. Dimana Sophie yang sudah mendapatkan hidayah setelah pulang dari pesantrenmencoba menjelaskan kepada Jali bahwa pelajaran yang ia dapat dari pesantren selama ini telah menyadarkannya dan masalah yang selama ini ia alamipun mulai menuju titik terang salah satunya ia ingin mengesahkan perkawinan mereka secara hukum dan resmi di mata agama maupun negara. Tabel 4.6 Visual Dialog Type of Shot Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3 Gambar 4 Sophie: so, jali kamu mau jadi muhrim aku yang sah? Jali : teriak bahagia insha allah Jali : mengucap ijab Kabul Penghulu : bagaimana ini sah? Saksi : SAH Penghulu : ini buku nikahnya, ini buat suami dan satu lagi buat istri, sekarang kalian sudah sah 100 menjadi suami istri dan sudah sah MUHRIM Medium close up, menampikan gambar dengan ukuran dari dada ke atas. Medium long shot, memperlihatkan gambar dari bawah lutut ke atas. Medium shot, memperlihatkan tampilan gambar dari batas pinggang ke atas. Medium close up, menampilkan gambar dengan ukuran dada ke atas. Denotasi: Pada gambar pertama memperlihatkan Sophie dan Jali yang sedang berbicara. Pada gambar kedua memperlihatkan ekspresi bahagia dari keduanya. Pada gambar ketiga memperlihatkan suasana akad nikah Jali yang sedang mangucapkan akad dengan penghulu dan Pak Mardi yang berada ditengah sebagai saksi. Dan pada gambar terakhir memperlihatkan ekspresi bahagia Jali dan Sophie dan orang-orang disekitarnya. Konotasi: Sophie yang setelah pulang dari pesantren mengalami banyak perubahan pada dirinya. Salaha satnya ia menemukan petunjuk atas segala masalah yang ia hadapi selama ini tentang kawin gantungnya bersama Jali. Dan ia merasa bahwa perkawinannya selama ini tidak 100 muhrim karena mereka hanya melakukan kawin gantung tanpa adanya proses akan nikah yang seharusnya dijalani sebagai pengantin. Akhirnya mereka berduapun memutuskan untuk mengesahkan pernikahan mereka agar sah dimata hukum agama maupun negara. Pada scene ini menggambarkan bahwa ikatan pernikahan adalah salah satu rukun islam yang harus dijalani. Mitos: Film Get Married 99 Muhrim ini dibuat dengan tambahan 99 Muhrim karena alasan bahwa seseorang dikatakan muhrim apabila ia sudah memiliki mahromnya. Dan diceritakan dalam film tersebut terdapat karakter Jali dan Sophie yang sudah nikah gantung tapi belum 100 muhrim karena mereka hanya sebatas diikat tanpa ada akad nikah sebelumnya. 8 Praktik kawin gantung, jika dilihat dari sisi hukum agama maupun adat, selama perkawinan tersebut memenuhi semua rukun nikah, perkawinan tersebut sah. Namun, keabsahannya hanya sebatas menurut agama dan adat tersebut. Jika dikaitkan dengan ketentuan hukum positif, secara jelas undang-undang perkawinan telah menyatakan bahwa “suatu perkawinan adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum masing-masing agamnya dan kepercayaan itu, dan disamping itu tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku.” 9 Adapun yang dimaksud dengan perkawinan atau pernikahan, menurut Wahbah az-Zuhaili, adalah akad atau perjanjian atau ikatan yang menghalalkan seorang pria dan seorang wanita hidup bersama sebagai suami istri. Sementara itu, kompilasi hukum islam menyebutkan bahwa perkawinan menururt hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat. Akad atau perjanjian antara kedua belah pihak itu diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabul. Ijab adalah pernyataan kehendak yang diucapkan oleh wali calon mempelai wanita atau wakilnya, sedangkan qabul adalah penerimaan sebagai persetujuan yang diucapkan oleh 8 Fajar Bustomi, Wawancara Pribadi Pada 22 mei 2016 9 Aditya Manjorang, Intan Aditya, Hukum SeputarPranikah , Pernikahan dan Perceraian di Indonesia VisiMedia,2015, h. 96.