Scene 6 Analisis Semiotika Scene Representasi Islam
                                                                                yang sudah nikah gantung tapi belum 100 muhrim karena mereka hanya sebatas diikat tanpa ada akad nikah sebelumnya.
8
Praktik  kawin  gantung,  jika  dilihat  dari  sisi  hukum  agama  maupun  adat, selama  perkawinan  tersebut  memenuhi  semua  rukun  nikah,  perkawinan  tersebut
sah. Namun, keabsahannya hanya sebatas menurut agama dan adat tersebut. Jika dikaitkan  dengan  ketentuan  hukum  positif,  secara  jelas  undang-undang
perkawinan  telah  menyatakan  bahwa “suatu  perkawinan  adalah  sah  bilamana
dilakukan  menurut  hukum  masing-masing  agamnya  dan  kepercayaan  itu,  dan disamping  itu  tiap-tiap  perkawinan  harus  dicatat  menurut  peraturan  perundang-
undangan yang berlaku.”
9
Adapun  yang  dimaksud  dengan  perkawinan  atau  pernikahan,  menurut Wahbah  az-Zuhaili,  adalah  akad  atau  perjanjian  atau  ikatan  yang  menghalalkan
seorang pria dan seorang wanita hidup bersama sebagai suami istri. Sementara itu, kompilasi  hukum  islam  menyebutkan  bahwa  perkawinan  menururt  hukum  islam
adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat. Akad atau perjanjian antara kedua belah pihak itu diwujudkan dalam bentuk  ijab dan qabul. Ijab adalah pernyataan
kehendak  yang  diucapkan  oleh  wali  calon  mempelai  wanita  atau  wakilnya, sedangkan  qabul    adalah  penerimaan  sebagai  persetujuan  yang  diucapkan  oleh
8
Fajar Bustomi, Wawancara Pribadi Pada 22 mei 2016
9
Aditya Manjorang, Intan Aditya, Hukum  SeputarPranikah , Pernikahan dan Perceraian di Indonesia VisiMedia,2015, h. 96.
calon mempelai pria atau wakilnya. Ijab qabul  perkawinan hukumnya sah apabila dihadiri sekurang-kurangnya oleh dua orang saksi yang memenuhi syarat.
10
Memang  pada  masa  awal  islam  tidak  dikenalkan  adanya  pencatatan perkawinan.  Tuntutan  perkembangan  masyarakatlah,  dan  dengan  berbagai
pertimbangan  kemaslahatan  munculah  tuntutan  pencatatan  perkawinan. Pencatatan perkawinan bertujuan untuk mewujudkan ketertiban perkawinan dalam
masyarakat. Ini merupakan suatu upaya yang diatur melalui perundang-undangan, untuk melindungi martabat dan kesucian perkawinan, dan lebih khusus lagi untuk
melindungi hak-hak perempuan dalam kehidupan berumah tangga.
11
Melalui  pencatatan  perkawinan  yang  dibuktikan  dengan  akta  nikah, dimana  masing-masing  suami  istri  mendapat  salinannya,  karena  dengan  akta
tersebut  suami  isteri  memiliki  bukti  otentik  atas  perbuatan  hukum  yang  telah mereka  lakukan.
12
Bila  diteliti  dari  hadits  Rasulullah  yang  menyangkut  masalah perkawinan  ini,  maka  pada  dasarnya  perkawinan  itu  merupakan  suatu  hal  yang
dianjurkan oleh islam. Seperti hadis Rasulullah SAW diantaranya ialah:
َرَشْعَم اَي ُ ملسو هيلع ها ىلص ِهللَا  ُلوُسَر اَنَل  َلاَق هنع ها يضر ٍدوُعْسَم ِنْب ِهللَا ِدْبَع ْنَع َعاَطَتْسا ِنَم   ِباَبشلَا
ْمَل ْنَمَو ,  ِجْرَفْلِل ُنَصْحَأَو , ِرَصَبْلِل ضَغَأ ُهنِإَف , ْجوَزَ تَيْلَ ف َةَءاَبْلَا ُمُكْنِم َ ٌءاَجِو ُهَل ُهنِإَف ; ِمْوصلاِب ِهْيَلَعَ ف ْعِطَتْسَي
ِهْيَلَع ٌقَف تُم
10
Tafsir Al- qur’an Tematik, Membangun Keluarga Harmonis Departemen Agama RI,
2008, h. 125.
11
Mona Eliza, Pelanggaran Terhadap UU Perkawinan dan Akibat Hukumnya, Tangerang: Adelina Bersaudara, 2009, h. 33.
12
Mona Eliza, Pelanggaran Terhadap UU Perkawinan dan Akibat Hukumnya, Tangerang: Adelina Bersaudara, 2009, h. 32-33
Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud ra, ia berkata: telah berkata kepada kami Rasulullah
SAW:  hai  sekalian  pemuda,  barang  siapa  yang  telah  sanggup  di  antara  kamu kawin,  maka  hendaklah  ia  kawin.  Sesungguhnya  kawin  itu  menghalangi
pandangan    kepada  hal-hal  yang  dilarang  oleh  agama  dan  memelihara kehormatan.  Dan  barang  siapa  yang  tidak  sanggup,  hendaklah  ia  berpuasa.
Sesungguhnya puasa itu adalah perisai baginya”. HR. Bukhari dan Muslim Dari hadits diatas sudah cukup jelas bahwa kawin adalah disyariatkan oleh
agama  islam.  Dan  arti  perkawinan  itu  dalam  islam  merupakan  suatu  ikatan  lahir batin antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk hidup bersama dalam
suatu  rumah  tangga  dan  untuk  berketurunan  yang  dilaksanakan  menurut ketentuan-ketentuan hukum syariat islam.
13