IV. GAMBARAN UMUM PERKERETAAPIAN INDONESIA
4.1. Perkeretaapian Indonesia
Perkeretaapian Indonesia dimulai tanggal 17 Juni 1864 dengan pemasangan rel kereta api pertama di Semarang. Proyek tersebut dilaksanakan oleh NISM
Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij dan peresmiannya dilakukan oleh Gubernur Jenderal Sloet Van Beele. Pemasangan lintas pertama bermotif komersial,
karena hasil bumi dari daerah Surakarta dan Yogyakarta yang merupakan bahan ekspor, memerlukan angkutan cepat untuk sampai di pelabuhan Semarang. Pada
tahun 1868 mulai beroperasi Semarang-Tanggung sepanjang 26 km. Pada tahun 1870 selesai dipasang dan dibuka untuk umum lintas Semarang-Gundih-Surakarta. Tahun
1871-1873 dilakukan pemasangan rel Surakarta-Yogyakarta-Lempuyangan. Tanggal 10 April 1869 juga dipasang oleh NISM lintas Jakarta-Bogor selesai tahun 1873.
Lintas ini kemudian diambil oleh pemerintah yang mendirikan perusahaan kereta api, yaitu SS Staaatsspoor Wegen. Kemudian dilanjutkan pemasangan lintas Bogor-
Sukabumi-Bandung-Kroya-Yogyakarta-Surabaya. Pada lintas Yogyakarta-Surakarta terdapat rel triganda jalur dengan tiga batang rel karena NISM menggunakan rel
lebar sedang SS sendiri menggunakanh rel normal. Tahun 1903 mulai dipasang oleh NISM lintas Kedungjati-Ambarawa-Magelang-Yogyakarta. Tahun 1907 lintas
Sacang-Temanggung-Parakan. Tahun 1899-1903 dipasang oleh NISM Semarang- Cepu-Surabaya. Kemudian tertarik oleh keuntungan yang diperoleh NISM menyusul
berdirinya perusahaan-perusahaan kereta api swasta lainnya yang berjumlah sepuluh perusahaan SCS Semarang Cirebon Stoomtram Maatschapij, SJS Semarang
Juwana Stomtram Maatschappij. Pemasangan rel kereta api di Sumatera terjadi tanggal 12 November 1876,
mulai dipasang lintas Ulele-Kota Raja Banda Aceh. Kereta api ini dipasang oleh Departemen Peperangan DVO untuk keperluan perang Aceh. Tanggal 1 Juni 1891
mulai dipasang lintas Pulu Aer-Padang untuk kepentingan tambang batubara. Tahun 1912 mulai dipasang lintas Teluk Betung-Perabumulih, Juli 1886 oleh perusahaan
DSM Deli Spoorweg My dipasang lintas Labuhan-Medan. Sulawesi mulai tanggal 1 Juli 1923 telah dipasang oleh SS lintas Makassar-Takalar dan beberapa tahun
kemudian operasinya dihentikan karena terlalu berat biaya eksploitasinya. Setelah Republik Indonesia berdiri, perkeretaapian Indonesia diambil alih oleh
pemerintah Republik Indonesia. Tanggal 28 September 1945 secara resmi lahirlah Djawatan Kereta Api Republik Indonesia DKARI berpusat tetap di Bandung yang
meliputi perusahaan kereta api di Jawa dan Madura. Pada waktu itu di Sumatera masih dibawah pendudukan Belanda dibawah SSVS Staatspoor-weg En Verenigde
Spoorweg Bedrijr. Setelah Negara RI menjadi Negara kesatuan pada Januari 1950, DKARI berubah menjadi DKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1963 terhitung 22 Mei 1963 status perusahaan kereta api di Indonesia berubah menjadi Perusahaan Negara Kereta Api
PNKA. Sedangkan di Sumatera, Deli Spoorweg My terhitung 1957 dinasionalisasi
dan masuk dibawah perusahaan api pemerintah pada saat itu kemudian bergabung menjadi PNKA.
Penetapan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 01 Tahun 1971 status pekeretaapian berubah menjadi Perusahaan Djawatan Kereta Api PJKA.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1990, yang berlaku elektif mulai tanggal 1 Januari 1991 berubah menjadi Perusahaan Umum Kereta Api
Perumka. Pada tahun 1992, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian. Keluarnya Undang-Undang tersebut
mengakibatkan banyak peraturan perkeretaapian sejak jaman Belanda dinyatakan tidak berlaku lagi. Status kereta api sekarang P.T. Kereta Api Persero. Undang-
Undang kereta api yang terbaru adalah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007, dengan adanya Undang-Undang tersebut maka Undang-Undang Nomor 13 Tahun
1992 sudah dinyatakan tidak berlaku lagi. Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 disebutkan bahwa pemerintah
telah membuka kesempatan bagi pihak swasta untuk ikut mengembangkan bisnis perkeretaapian di Indonesia. Jadi P.T. Kereta Api Persero harus menyiapkan diri
agar mampu menghadapi persaingan bisnis kereta api di Indonesia yang sebelumnya menjadi hak monopoli mereka. Perusahaan tersebut telah melakukan banyak
pembenahan agar tetap eksis di bisnis kereta api dan mampu memanfaatkan segala potensi yang dimiliki. Kereta api ini memiliki potensi bisnis yang belum tergali
dengan maksimal. Masih banyak jasa angkutan barang maupun penumpang yang belum mampu di tangani oleh perusahaan tersebut.
Perjalanan panjang kereta api di Indonesia dimulai dari zaman penjajahan Belanda Tahun 1840 sampai dengan saat ini 2010, yang sampai saat ini belum
berhasil dengan baik. Infrastruktur yang beroperasi semakin lama semakin turun jumlah maupun kualitasnya dan belum pernah ada upaya untuk melakukan
modernisasi. Dari sisi efisiensi energi dan rendahnya polutan yang dihasilkan, moda kereta api sangat unggul dibandingkan moda lain. Moda ini mampu menjadi leading
transportation mode khususnya sebagai lintas utama transportasi nasional. Penentuan kebutuhan anggaran dana yang diperlukan dalam melakukan
revitalisasi perkeretaapian memerlukan perhitungan yang baik agar kebutuhan dan realisasi anggaran dana yang diperlukan dalam revitalisasi tidak jauh berbeda. Dari
enam tahun terakhir dapat dilihat bahwa dana yang dianggarkan diawal dan realisasinya di lapangan memiliki perbandingan yang jauh. Kebutuhan anggaran
untuk revitalisasi perkeretaapian paling kecil terlihat pada tahun 2005 sebesar 1,52 triliun, namun pada tahun berikutnya anggaran dana yang dibutuhkan jauh lebih
besar, hingga mencapai 10,39 triliun. Realisasi anggaran dana tahun 2011 sebesar 4,64 triliun, dan ini merupakan anggaran realisasi dana terbesar dibanding tahun
sebelumnya. Tabel 9 menunjukkan kebutuhan dan realisasi anggaran ditjen perkeretaapian dalam hal revitalisasi perkeretaapian, yaitu:
Tabel 9. Kebutuhan dan Realisasi Anggaran Dana Revitalisasi Perkeretaapian Keterangan
2005 2006 2007 2008 2009
2010 2011 Jumlah
Kebutuhan triliun 1.52
6.67 7.27
9.55 10.39
9.2 9.59
54.19
Realisasi triliun 1.38
2.79 3.05
3.21 3.69
3.92 4.64
22.68
Realisasi
90.7 41.83
41.9 33.6
35.51 42.61 48.3
41.85 Sumber : Ditjend Perkeretaapian Kemenhub, 2009.
Sumber : Ditjend Perkeretaapian Kemenhub, 2009. Gambar 2. Progress Anggaran dan Realisasi Revitalisasi Perkeretaapian Tahun 2008-
2010 Dari Gambar 2 dapat kita lihat sebagai berikut:
1. Total kebutuhan Anggaran Revitalisasi Perkeretaapian sebesar Rp. 19,36 Triliun.
2. Pada tahun 2009 terdapat alokasi Program Stimulus TA.2009 sebesar Rp.601,9 Milyar.
3. Pagu Definitif TA.2010 sebasar Rp.3.729,46 Milyar Usulan sebesar Rp.8.672 Milyar.
4. Realisasi program revitalisasi 3 tahun total sebesar Rp.11,451 Triliun. Program revitalisasi perkeretaapian yang sudah dimulai tahun 2008 hingga saat ini
mengalami peningkatan, jika dilihat dari program yang akan dilakukan. Pada Tabel 10 dapat dilihat bagaimana progres pembangunan prasarana dan sarana dalam
revitalisasi perkeretaapian.
1 2
3 4
5 6
7 8
9
2008 2009
2010
4,655 7,154
7,556 4,600
7,500 8,600
73,6 3.428
60,0 4,294
49,4 3.729
Tr il
iun
Kebutuhan Usulan
Realisasi
Tabel 10. Program Revitalisasi Perkeretaapian Tahun 2008 sampai 2010