Revitalisasi Perkeretaapian GAMBARAN UMUM PERKERETAAPIAN INDONESIA

Tabel 10. Program Revitalisasi Perkeretaapian Tahun 2008 sampai 2010 Kegiatan Program Revitalisasi 2008 – 2010 Realisasi s.d 2010 Sisa PRASARANA a. Rehab Peningkatan Jalan KA 1.369 km 826 km 543 km b. Pembukaan Lintas yang Tidak Beroperasi 187 km 119 km 68 km c. Pembuatan Jalur KA Baru Jalur Ganda 388 km 232 km 156 km d. Listrik Aliran Atas 132 km 43 km 89 km e. Persinyalan 85 Pkt 36 Pkt 49 Pkt f. Rehab Peningkatan Jembatan 150 Pkt 118 Pkt 32 Pkt SARANA a. KRL 176 Unit 92 Unit 84 Unit b. Kereta Ekonomi 180 Unit 82 Unit 98 Unit c. KRDI KRDE 48 Unit 57 Unit 0 Unit d. Lokomotif 87 Unit 3 Unit 84 Unit e. Gerbong Barang 500 Unit 20 Unit 480 Unit Sumber : Ditjend Perkeretaapian Kemenhub, 2009.

4.2. Revitalisasi Perkeretaapian

Menurut Forum Perkeretaapian Indonesia 2009, revitalisasi perkeretaapiaan adalah pekerjaan besar yang mencakup perubahan struktural dan kultural. Revitalisasi juga mengandung pengertian keterbukaan, akuntabilitas publik, dan dialog dengan seluruh pemangku kepentingan. Program revitalisasi perkeretaapian Indonesia ini merupakan upaya meningkatkan keamanan dan pelayanan moda massal. Penggerak utama dari revitalisasi perkeretaapian nasional adalah terbitnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1992. Undang-Undang ini melepas monopoli pemerintah dan membuka kesempatan bagi masuknya investasi sektor swasta maupun pemerintah daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian mendorong peran pemerintah daerah dalam turut serta menyelenggarakan layanan transportasi di daerahnya. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 mempunyai tujuan dan latar belakang. Adapun tujuannya yaitu: 1. Perlunya pengembangan potensi dan peningkatan peran kereta api sebagai alat transportasi, 2. Peningkatan share kereta api dalam angkutan orang dan barang, 3. Peningkatan kualitas pelayanan kereta api, 4. Menghilangkan monopoli dalam usaha penyelenggaraan perkeretaapian. Latar balakangnya yaitu: 1. Memperlancar perpindahan orang dan atau barang secara massal, 2. Dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancer, tepat waktu, tertib dan efisien, 3. Menunjang pemerataan, pertumbuhan, dan stabilitas, 4. Menjadi pendorong dan penggerak pembangunan nasional. Pemerintah daerah pun harus secara tepat dan cermat memanfaatkan layanan kereta api, dengan semaksimal mungkin untuk tercapainya pembangunan wilayah masing-masing. Undang-undang ini menjadi dasar untuk diadakannya revitalisasi perkeretaapian nasional. Banyak pasal dalam Undang-Undang tersebut yang mengamanatkan perlunya pemerintah melakukan upaya revitalisasi dan restrukturisasi untuk menyelamatkan perkeretaapian dari ancaman keterpurukan berkepanjangan yang dapat membahayakan kelangsungan pelayanan publik dan untuk memperbaiki sistem transportasi nasional. Salah satunya pada pasal 23 dan pasal 31 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 menegaskan bahwa penyelenggaraan prasarana dan sarana perkeretaapian umum dilakukan oleh badan usaha sebagai penyelenggara, baik secara bersama maupun sendiri-sendiri. Maksudnya tidak ada badan usaha yang menyelenggarakan prasarana dan sarana perkeretaapian umum. Pemerintah dan pemerintah daerah dapat menyelenggarakan prasarana dan sarana perkeretaapian. Berbagai rencana strategis oleh departemen perhubungan pada tahun 2005 hingga 2009 dalam hal revitalisasi perkeretaapian, yang terdiri dari beberapa program dan sasaran, yaitu:

4.3. Rehabilitasi Sarana dan Prasarana Kereta Api