Komite Audit .1 Definisi dan Karakteristik Komite Audit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sedang terjadi, karena dengan demikian mereka akan mendapat umpan balik dan mereka dapat menentukan apakah mereka berkembang atau tidak. Karyawan yang demikian lebih menyukai tantangan daripada menerima hasil dari individu lain Stephen P. Robbins, 2008:230. Belakangan ini ada sebuah teori motivasi yang paling diterima yaitu teori harapan expectancy theory yang dikemukakan oleh Victor Vroom. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya tersebut. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalannya tampak terbuka untuk memperolehnya maka yang bersangkutan akan berupaya untuk mendapatkannya Stephen P. Robbins, 2008:253. Dari kedua teori diatas dapat disimpulkan bahwa karyawan memiliki kebutuhan dan harapan atas apa yang mereka kerjakan baik untuk memenuhi kebutuhan individu mereka maupun kebutuhan pekerjaan mereka. 2.1.3 Komite Audit 2.1.3.1 Definisi dan Karakteristik Komite Audit Konsep komite audit mulai diperkenalkan kepada dunia usaha di Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Kemudian pada tahun 1970-an, New York Stock Exchange NYSE mulai mewajibkan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA keberadaan komite audit sebagai persyaratan pencatatan, sejak itu banyak Negara yang membuat ketentuan mengenai komite audit. Sejalan dengan kecenderungan internasional tersebut, persyaratan semacam ini juga telah ditetapkan di Indonesia melalui pedoman Good Corporate Governance GCG yang diterbitkan pada bulan Mei 2002. Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaram Bapepam Nomor SE-03PM2002 bagi perusahaan publik dan keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103MBU2002 bagi BUMN. Komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Menurut KNKG 2006, jumlah komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan. Komite audit timbul sebagai akibat peran pengawas dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan pada umumnya belum memadai. Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance GCG. Komite ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Anggota komite audit harus memiliki keahlian yang memadai. Komite audit memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan. Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan dari moralitas yang melandasi integritasnya. Hal ini perlu disadari karena komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor. Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris. Anggota komite audit dapat berasal dari kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas lainnya yang dibutuhkan guna mencapai tujuan komite audit. Komite audit harus bebas dari pengaruh direksi, eksternal auditor dan hanya bertanggung jawab kepada dewan komisaris Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2008 : 145. Kebutuhan akan komite audit disebabkan oleh belum memadainya peran pengawasan dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan. Pemilihan anggota dewan komisaris yang berdasarkan kedudukan dan kekerabatan menyebabkan mekanisme check and balance terhadap direksi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Fungsi audit internal dan eksternal belum berjalan optimal mengingat secara struktural, auditor tersebut berada pada posisi yang sulit untuk bersikap independen dan objektif. Oleh karena itu, muncul tuntutan adanya auditor independen. Komite audit timbul untuk memenuhi tuntutan tersebut. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.3.2 Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Komite Audit Indra Surya dan Ivan Yustiavandana 2006 : 148 , komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu : 1. Laporan Keuangan financial reporting Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang. 2. Tata Kelola Perusahaan corporate governance Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang – undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. 3. Pengawasan Perusahaan corporate control Komite audit bertanggung jawab untuk pengawasan perusahaan termasuk didalamnya hal – hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal. Sedangkan menurut pedoman GCG, tugas dan tanggung jawab komite audit adalah : 1. Mendorong terbentuknya struktur pengawasan intern yang memadai. Adanya pengawasan intern ditujukan untuk mewujudkan prinsip pertanggungjawaban responsibility. 2. Meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan. Prinsip transparansi transparency dikembangkan dalam tugas ini. 3. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan eksternal audit, kewajaran biaya eksternal audit, serta kemandirian dan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA objektivitas eksternal auditor. Komite audit dalam hal ini menjalankan prinsip akuntabilitas accountability. 4. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab komite audit selama tahun buku yang sedang diperiksa eksternal audit. Hal ini terkait dengan prinsip pertanggungjawaban responsibility. Komite audit juga memiliki wewenang, yaitu : 1. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya ; 2. Mencari informasi yang relevan dari setiap karyawan ; 3. Mengusahakan saran hokum dan professional lainnya yang indepenten apabila dipandang perlu ; 4. Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman sesuai, apabila dianggap perlu. Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada dibawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas untuk membantu pemberdayaan empowerment dewan komisaris. Oleh karena itu, pertanggungjawaban komite audit kepada dewan komisaris. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.4 Stres Kerja Pekerjaan audit harus dilakukan oleh auditor yang profesional. Artinya audit harus dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis yang disyaratkan demi menjamin kegiatan audit dilakukan secara efektif, efisien, ekonomis dan berkualitas. Demi menjamin terwujudnya kegiatan audit tersebut, seorang auditor diharapkan memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, rasa ingin tahu yang tinggi, serta memiliki jiwa pantang menyerah. Di sisi lain, kualitas audit tidak dapat dipisahkan dari keberadaan auditor dan kondisi lingkungan kerja yang dihadapi pada saat itu. Yang dimaksud kondisi lingkungan kerja di sini bisa berasal dari lingkungan dalam yakni sifat bawaan yang melekat pada individu auditor seperti pengetahuan, usia, pendidikan dan sebagainya, dan lingkungan luar auditor misalnya teman sejawat, atasan, pihak yang diaudit auditee, pihak yang mempunyai kepentingan dengan audit. Tuntutan dan lingkungan kerja yang dihadapi auditor ketika menjalankan tugas audit sangat dinamis, sehingga tidak semua tuntutan tersebut dapat dipenuhi auditor. Lingkungan kerja yang dihadapi auditor juga membutuhkan penyesuaian, dan belum tentu dapat juga dipenuhi oleh auditor. Kondisi tersebut apabila tidak ditemukan jalan keluarnya dapat menimbulkan stress pada diri auditor. Karena stress, auditor tidak mampu bekerja dengan baik, yang berakibat pada temuan audit menjadi tidak akurat, saran atau rekomendasi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang diberikan tidak tepat. Oleh karena itu, stress yang dialami auditor sangat merugikan organisasi yang diaudit, dimana hasil auditnya tidak dapat digunakan untuk menghilangkan masalah yang dihadapi organisasi, dan bagi organisasi audit juga dirugikan karena audit yang dilakukan auditor tidak ekonomis atau terjadi pemborosan. Menurut Stephen P. Robbins 1996 : 222 stres adalah “ suatu kondisi dinamik dimana seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala constaints, ataupun tuntutan demands yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.” Tuntutan – tuntutan atau faktor – faktor lingkungan yang menimbulkan stres disebut stressor. Dengan kata lain stressor adalah suatu prasyarat untuk mengalami respon stress. Respon stress adalah suatu langkah yang penting dan perlu dalam upaya untuk mengatasi stress secara efektif. Istilah respon stress menggambarkan serangkaian respon yang berbeda yang dibuat oleh tubuh manusia terhadap tuntutan atau tekanan yang dihadapinya. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri karyawan berkembang berbagai gejala stress yang dapat mengganggu pekerjaan karyawan. Stres kerja dapat diukur dengan beberapa komponen yaitu UNIVERSITAS SUMATERA UTARA konflik peran, kelebihan beban kerja, waktu kerja, ketidakjelasan peran dan pengaruh pimpinan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wastman, stress kerja terjadi jika tuntutan kerja melebihi kemampuan atau kapasitas yang dimiliki seorang karyawan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Anatan 2007 yakni pemberian beban kerja yang berlebihan terhadap pegawai dapat menimbulkan stress yang berkepanjangan, yaitu kondisi atau keadaan yang tidak menyenangkan yang dihadapi oleh setiap orang baik secara fisik maupun mental. Menurut Gitosudarmo dan Sudito 1997 dalam Sungkawati 2007, stress mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif pada tingkat rendah sampai moderate dapat berperan sebagai motivasi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya, sedangkan dampak negatif stress pada tingkat tinggi overstress adalah kinerja karyawan menurun secara drastis. Kondisi ini terjadi karena karyawan akan lebih banyak menggunakan tenaganya untuk melawan stress daripada untuk melakukannya. Ada beberapa aspek pembangkit tekanan kerja stres yaitu : 1. Faktor Interinsik, meliputi faktor yang berkaitan dengan tugas atau beban kerja. 2. Faktor yang berkaitan dengan individu, meliputi hubungan karyawan dengan peran pekerjaan dan peran karyawan dalam organisasi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Faktor yang berkaitan dengan lingkungan atau tuntutan fisik, meliputi ketidaknyaqmanan yang terjadi dilingkungan kerja. 4. Faktor ancaman personal terhadap individu, berkaitan dengan pengembangan karier karyawan. Menurut Sedarmayanti 2011, berdasarkan penelitian, dengan karakteristik kehidupan di Asia yang memungkinkan menyebabkan timbul dan berkembangnya stress, adalah hal-hal yang berhubungan dengan: cara hidup, cara mengadakan rekreasi, cara bekerja, sifat pekerjaan, harapan untuk berprestasi kegagalan berprestasi, dan cuaca. Cara bekerja dan sifat pekerjaan, harapan berprestasi dan kegagalan berprestasi merupakan situasi yang secara nyata dialami dan harus dihadapi oleh pegawai. Beberapa gejala stress dalam pekerjaan meliputi hal – hal sebagai berikut : a. Tidak merasa dihargai atas pekerjaan mereka, tidak mengetahui bagaimana merayakan kesuksesan. b. Mereka merasa hidup mereka tidak seimbang, terlalu banyak energy difokuskan pada pekerjaan dan terlalu sedikit untuk keluarga dan pribadi. c. Perasaan bahwa tidak peduli seberapa banyak mereka bekerja, tetap tidak mencukupi. d. Adanya biaya perawatan kesehatan yang berkaitan dengan stress. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA e. Adanya perasaan bahwa atasan mereka tidak memperdulikan mereka. f. Malu untuk mendiskusikan permasalah pribadi mereka ditempat kerja. g. Selalu memikirkan bagaimana melindungi karir mereka dari pada melayani pelanggan. h. Tidak mengikuti aturan yang ada. i. Membicarakan ketidaksetujuan melalui saluran komunikasi informal yang bukan formal. Dr. Karl 2001 menyarankan hal-hal berikut untuk mengurangi stress dalam pekerjaan : 1. Membina hubungan yang bermanfaat, menyenangkan, dan kooperatif dengan kolega dan pegawai. 2. Membina hubungan yang efektif dan suportif dengan atasan. 3. Negosiasikan batas waktu yang realistik dalam melaksanakan proyek-proyek penting dengan atasan. Bersiap-siap untuk mengajukan batas waktu anda sendiri, dari pada hal itu ditetapkan orang lain. 4. Sisihkan waktu setiap hari untuk beristirahat dan santai. 5. Berolahraga untuk tetap menyegarkan badan dan siap siaga. 6. Adakan survey kebisingan dalam kantor anda dan cari pemecahan untuk mengurangi suara-suara yang tidak perlu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7. Kurangi jumlah hal-hal sepele dari perhatian anda. Delegasikan tugas-tugas rutin kepada orang lain apabila dimungkinkan. 8. Batasi pernyataan. Usahakan untuk menjadwalkan periode tertentu “tanpa tersela” 9. Jangan berusaha menunda-nunda menanggulangi masalah yang tidak anda senangi seperti menyuluh pegawai yang menghadapi masalah.

2.1.5 Pergantian Auditor

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 33

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 1 3

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 15

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 30

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 9

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 11