Tujuan Penelitian Penelitian Terdahulu Tabel 2.1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ”. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Usia dan Gender Komite Audit Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 2. Apakah Waktu Mengaudit Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah Pergantian Auditor Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 4. Apakah Biaya Eksternal Audit Berpengaruh Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan untuk : 1. Untuk mengetahui pengaruh usia dan gender komite audit terhadap kualitas audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 2. Untuk mengetahui pengaruh waktu mengaudit terhadap kualitas audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Untuk mengetahui pengaruh peergantian auditor terhadap kualitas audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 4. Untuk mengetahui pengaruh biaya eksternal auditor terhadap kualitas audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis, untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis khususnya tentang faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas audit. 2. Bagi Auditor, untuk menambah wawasan auditor mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi kualitas audit serta membantu auditor agar dapat menghindari faktor – faktor tersebut untuk menjaga kualitas audit yang mereka hasilkan. 3. Bagi Manajemen Perusahaan, untuk lebih teliti memilih auditor yang akan digunakan dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan agar laporan audit yang dihasilkan merupakan laporan audit yang berkualitas serta dapat dipercaya oleh masyarakat dan para investor. 4. Bagi Bidang Akademik, dapat memberikasn kontribusi pada perkembangan teori akuntansi terutama yang berkaitan dengan kualitas audit. 5. Bagi Peneliti Selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi didalam melakukan penelitian sejenis serta menambah pengetahuan dan memberikan gambaran dan bukti empiris mengenai UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kualitas audit dan faktor – faktor yang mempengaruhinya, sehingga nantinya hasil yang diperoleh lebih baik dan dapat diterapkan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kualitas Audit

Profesi akuntan publik adalah profesi yang memberikan jasa yang berhubungan dengan auditing, dimana profesi ini sangat membutuhkan kepercayaan masyarakat, maka dalam melaksanakan tugasnya akuntan publik harus senantiasa berpedoman pada Standar Profesional Akuntan Publik yang telah ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Jasa yang diberikan oleh Akuntan Publik adalah melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan dan memberikan pendapat atau opini tentang laporan keuangan tersebut apakah telah wajar dan sesuai dengan Standar Laporan Keuangan yang ditetapkan IAI Suraida, 2005. Informasi yang tersaji dalam laporan keuangan harus bersifat andal, akurat, dan terpercaya karena, informasi tersebut akan digunakan dalam pengembilan keputusan dan akan dipublikasikan agar dapat dilihat dan dipelajari oleh pihak – pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Untuk mencapai hal tersebut maka dibutuhkan pihak ketiga yang akan menjembatani pihak – pihak yang berkepentingan. Pihak ketiga tersebut harus bersifat independen dan biasanya orang yang dipakai sebagai pihak ketiga adalah auditor. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Apabila hal ini disadari oleh auditor, maka yang menjadi fokus utama mereka dalam melaksanakan tugasnya adalah kualitas dari laporan audit yang akan mereka sampaikan. Karena semakin berkualitas laporan audit yang mereka sampaikan, maka akan semakin baik pengaruh dari laporan tersebut kepada pihak yang mereka audit. Istilah “kualitas audit” mempunyai arti yang berbeda – beda bagi setiap orang. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa kualitas audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material no material misstatements atau kecurangan fraud dalam laporan keuangan auditee. Sedangkan, auditor sendiri memandang kualitas audit terjadi apabila mereka bekerja sesuai dengan standar professional yang ada, dapat menilai resiko bisnis auditee dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi, dapat meminimalisasi ketidakpuasan auditee dan menjaga reputasi auditor. Kualitas audit adalah kemampuan dari seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya dimana dalam melakukan audit auditor dapat menemukan kesalahan klien dan melaporkannya serta memberikan rekomendasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dalam standar Pemeriksaan Keuangan Negara menyatakan definisi kualitas audit yaitu, laporan hasil pemeriksaan yang memuat adanya kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan, dari ketentuan peraturan perundang – undangan dan ketidakpatutan, harus UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dilengkapi tanggapan dari pimpinan atau pejabat yang bertanggungjawab pada entitas yang diperiksa mengenai temuan dan rekomendasi serta tindakan koreksi yang direncanakan. Cara yang paling efektif untuk menjamin bahwa suatu laporan audit telah dibuat secara wajar, lengkap, dan objektif adalah dengan mendapatkan review dan tanggapan dari pejabat yang bertanggungjawab pada entitas yang diperiksa. Tanggapan atau pendapat dari pejabat yang bertanggungjawab tidak hanya mencakup kelemahan dalam pengendalian intern, kecurangan, penyimpangan terhadap ketentuan peraturan perundang – undangan, atau ketidakpatutan yang dilaporkan oleh pemeriksa, tetapi juga tindakan perbaikan yang direncanakan.Pemeriksaan harus memuat komentar tersebut dalam laporan auditnya. Menurut De Angelo 1981 dalam Justinia Castellani 2008 kualitas audit adalah : “ kemungkinan probability didalam auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien auditee. ” Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Kantor Akuntan Publik KAP besar akan berusaha menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan KAP yang kecil. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Indikator kualitas audit menurut Justiana Castellani 2008, yaitu 1 perencanaan, 2 pelaksanaan, 3 administrasi akhir, 4 kemampuan menemukan kesalahan, 5 keberanian melaporkan kesalahan. Wooten 2003 telah mengembangkan model kualitas audit dari membangun teori dan penelitian empiris yang ada. Model yang disajikan oleh Wooten dalam penelitian ini dijadikan sebagai indikator untuk kualitas audit, yaitu 1 deteksi salah saji, 2 kesesuaian dengan SPAP, 3 kepatuhan terhadap SOP, 4 risiko audit, 5 prinsip kehati – hatian, 6 proses pengendalian atas pekerjaan oleh supervisor, dan 7 perhatian yang diberikan oleh manajer atau partner. Widagdo 2002 melakukan penelitian tentang atribut – atribut kualitas audit oleh kantor akuntan publik yang mempunyai pengaruh terhadap kepuasan auditee. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 7 atribut kualitas audit yang berpengaruh terhadap kepuasan auditee, antara lain pengalaman melakukan audit, memahami indrutri auditee, responsif atas kebutuhan auditee, taat pada standar umum, komitmen terhadap kualitas audit dan keterlibatan komite audit. Sedangkan 5 atribut lainnya yaitu independensi, sikap hati – hati, melakukan pekerjaan lapangan dengan tepat, standar etika yang tinggi dan tidak mudah percaya, tidak berpengaruh terhadap kapuasan auditee. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.2 Teori Motivasi Motivasi dapat diartikan sebagai faktor pendorong yang berasal dari dalam diri manusia, yang mempengaruhi cara bertindak seseorang. Dengan demikian maka, motivasi kerja akan berpengaruh terhadap performansi kerja. Menurut Stephen P. Robbins 2008:222 motivasi motivations adalah : “ proses yang menjelaskan intensitas, arah, dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya.” Tiga elemen utama dalam defenisi motivasi diatas adalah intensitas, arah dan ketekunan untuk mencapai suatu tujuan. Intensitas berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha untuk mencapai tujuannya. Arah berhubungan dengan apa yang akan kita tuju. Sedangkan ketekunan merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang bisa memepertahankan usahanya dalam mencapai tujuannya Stephen P. Robbins, 2008:223. Menurut teori kebutuhan yang dikemukakan oleh McClelland didalam menjalankan tugasnya banyak karyawan yang membutuhkan penghargaan atas apa yang mereka kerjakan, karena dengan adanya penghargaan yang mereka terima maka mereka akan merasa lebih termotivasi lagi didalam mereka mengerjakan tugas dan tanggung jawab mereke. Selain itu juga, pada situasi – situasi tertentu mereka ingin mendapatkan tanggung jawab untuk menyelesaikan atau mencari sebuah solusi dari sebuah masalah yang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sedang terjadi, karena dengan demikian mereka akan mendapat umpan balik dan mereka dapat menentukan apakah mereka berkembang atau tidak. Karyawan yang demikian lebih menyukai tantangan daripada menerima hasil dari individu lain Stephen P. Robbins, 2008:230. Belakangan ini ada sebuah teori motivasi yang paling diterima yaitu teori harapan expectancy theory yang dikemukakan oleh Victor Vroom. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya tersebut. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalannya tampak terbuka untuk memperolehnya maka yang bersangkutan akan berupaya untuk mendapatkannya Stephen P. Robbins, 2008:253. Dari kedua teori diatas dapat disimpulkan bahwa karyawan memiliki kebutuhan dan harapan atas apa yang mereka kerjakan baik untuk memenuhi kebutuhan individu mereka maupun kebutuhan pekerjaan mereka. 2.1.3 Komite Audit 2.1.3.1 Definisi dan Karakteristik Komite Audit Konsep komite audit mulai diperkenalkan kepada dunia usaha di Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Kemudian pada tahun 1970-an, New York Stock Exchange NYSE mulai mewajibkan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA keberadaan komite audit sebagai persyaratan pencatatan, sejak itu banyak Negara yang membuat ketentuan mengenai komite audit. Sejalan dengan kecenderungan internasional tersebut, persyaratan semacam ini juga telah ditetapkan di Indonesia melalui pedoman Good Corporate Governance GCG yang diterbitkan pada bulan Mei 2002. Keberadaan komite audit diatur melalui Surat Edaram Bapepam Nomor SE-03PM2002 bagi perusahaan publik dan keputusan Menteri BUMN Nomor KEP-103MBU2002 bagi BUMN. Komite audit terdiri dari sedikitnya tiga orang, diketuai oleh komisaris independen perusahaan dengan dua orang eksternal yang independen serta menguasai dan memiliki latar belakang akuntansi dan keuangan. Menurut KNKG 2006, jumlah komite audit harus disesuaikan dengan kompleksitas perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan keputusan. Komite audit timbul sebagai akibat peran pengawas dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan pada umumnya belum memadai. Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan prinsip Good Corporate Governance GCG. Komite ini dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan. Anggota komite audit harus memiliki keahlian yang memadai. Komite audit memiliki kewenangan dan fasilitas untuk mengakses data perusahaan. Komite audit dituntut untuk dapat bertindak secara independen. Independensi komite audit tidak dapat dipisahkan dari moralitas yang melandasi integritasnya. Hal ini perlu disadari karena komite audit merupakan pihak yang menjembatani antara eksternal auditor dan perusahaan yang juga sekaligus menjembatani antara fungsi pengawasan dewan komisaris dengan internal auditor. Komite audit adalah suatu komite yang beranggotakan satu atau lebih anggota dewan komisaris. Anggota komite audit dapat berasal dari kalangan luar dengan berbagai keahlian, pengalaman dan kualitas lainnya yang dibutuhkan guna mencapai tujuan komite audit. Komite audit harus bebas dari pengaruh direksi, eksternal auditor dan hanya bertanggung jawab kepada dewan komisaris Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, 2008 : 145. Kebutuhan akan komite audit disebabkan oleh belum memadainya peran pengawasan dan akuntabilitas dewan komisaris perusahaan. Pemilihan anggota dewan komisaris yang berdasarkan kedudukan dan kekerabatan menyebabkan mekanisme check and balance terhadap direksi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Fungsi audit internal dan eksternal belum berjalan optimal mengingat secara struktural, auditor tersebut berada pada posisi yang sulit untuk bersikap independen dan objektif. Oleh karena itu, muncul tuntutan adanya auditor independen. Komite audit timbul untuk memenuhi tuntutan tersebut. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.3.2 Tugas, Tanggung Jawab dan Wewenang Komite Audit Indra Surya dan Ivan Yustiavandana 2006 : 148 , komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang, yaitu : 1. Laporan Keuangan financial reporting Tanggung jawab komite audit di bidang laporan keuangan adalah untuk memastikan bahwa laporan yang dibuat manajemen telah memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kondisi keuangan, hasil usaha, rencana dan komitmen perusahaan jangka panjang. 2. Tata Kelola Perusahaan corporate governance Tanggung jawab komite audit dalam bidang tata kelola perusahaan adalah untuk memastikan bahwa perusahaan telah dijalankan sesuai undang – undang dan peraturan yang berlaku dan etika, melaksanakan pengawasan secara efektif terhadap benturan kepentingan dan kecurangan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan. 3. Pengawasan Perusahaan corporate control Komite audit bertanggung jawab untuk pengawasan perusahaan termasuk didalamnya hal – hal yang berpotensi mengandung risiko dan sistem pengendalian intern serta memonitor proses pengawasan yang dilakukan oleh auditor internal. Sedangkan menurut pedoman GCG, tugas dan tanggung jawab komite audit adalah : 1. Mendorong terbentuknya struktur pengawasan intern yang memadai. Adanya pengawasan intern ditujukan untuk mewujudkan prinsip pertanggungjawaban responsibility. 2. Meningkatkan kualitas keterbukaan dan pelaporan keuangan. Prinsip transparansi transparency dikembangkan dalam tugas ini. 3. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan eksternal audit, kewajaran biaya eksternal audit, serta kemandirian dan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA objektivitas eksternal auditor. Komite audit dalam hal ini menjalankan prinsip akuntabilitas accountability. 4. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab komite audit selama tahun buku yang sedang diperiksa eksternal audit. Hal ini terkait dengan prinsip pertanggungjawaban responsibility. Komite audit juga memiliki wewenang, yaitu : 1. Menyelidiki semua aktivitas dalam batas ruang lingkup tugasnya ; 2. Mencari informasi yang relevan dari setiap karyawan ; 3. Mengusahakan saran hokum dan professional lainnya yang indepenten apabila dipandang perlu ; 4. Mengundang kehadiran pihak luar dengan pengalaman sesuai, apabila dianggap perlu. Komite audit merupakan organ yang dibentuk dan berada dibawah dewan komisaris. Keberadaan komite audit dalam suatu perseroan terbatas untuk membantu pemberdayaan empowerment dewan komisaris. Oleh karena itu, pertanggungjawaban komite audit kepada dewan komisaris. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.1.4 Stres Kerja Pekerjaan audit harus dilakukan oleh auditor yang profesional. Artinya audit harus dilakukan oleh orang yang memiliki pengetahuan dan kemampuan teknis yang disyaratkan demi menjamin kegiatan audit dilakukan secara efektif, efisien, ekonomis dan berkualitas. Demi menjamin terwujudnya kegiatan audit tersebut, seorang auditor diharapkan memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, rasa ingin tahu yang tinggi, serta memiliki jiwa pantang menyerah. Di sisi lain, kualitas audit tidak dapat dipisahkan dari keberadaan auditor dan kondisi lingkungan kerja yang dihadapi pada saat itu. Yang dimaksud kondisi lingkungan kerja di sini bisa berasal dari lingkungan dalam yakni sifat bawaan yang melekat pada individu auditor seperti pengetahuan, usia, pendidikan dan sebagainya, dan lingkungan luar auditor misalnya teman sejawat, atasan, pihak yang diaudit auditee, pihak yang mempunyai kepentingan dengan audit. Tuntutan dan lingkungan kerja yang dihadapi auditor ketika menjalankan tugas audit sangat dinamis, sehingga tidak semua tuntutan tersebut dapat dipenuhi auditor. Lingkungan kerja yang dihadapi auditor juga membutuhkan penyesuaian, dan belum tentu dapat juga dipenuhi oleh auditor. Kondisi tersebut apabila tidak ditemukan jalan keluarnya dapat menimbulkan stress pada diri auditor. Karena stress, auditor tidak mampu bekerja dengan baik, yang berakibat pada temuan audit menjadi tidak akurat, saran atau rekomendasi UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang diberikan tidak tepat. Oleh karena itu, stress yang dialami auditor sangat merugikan organisasi yang diaudit, dimana hasil auditnya tidak dapat digunakan untuk menghilangkan masalah yang dihadapi organisasi, dan bagi organisasi audit juga dirugikan karena audit yang dilakukan auditor tidak ekonomis atau terjadi pemborosan. Menurut Stephen P. Robbins 1996 : 222 stres adalah “ suatu kondisi dinamik dimana seorang individu dikonfrontasikan dengan suatu peluang, kendala constaints, ataupun tuntutan demands yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting.” Tuntutan – tuntutan atau faktor – faktor lingkungan yang menimbulkan stres disebut stressor. Dengan kata lain stressor adalah suatu prasyarat untuk mengalami respon stress. Respon stress adalah suatu langkah yang penting dan perlu dalam upaya untuk mengatasi stress secara efektif. Istilah respon stress menggambarkan serangkaian respon yang berbeda yang dibuat oleh tubuh manusia terhadap tuntutan atau tekanan yang dihadapinya. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungannya. Sebagai hasilnya, pada diri karyawan berkembang berbagai gejala stress yang dapat mengganggu pekerjaan karyawan. Stres kerja dapat diukur dengan beberapa komponen yaitu UNIVERSITAS SUMATERA UTARA konflik peran, kelebihan beban kerja, waktu kerja, ketidakjelasan peran dan pengaruh pimpinan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wastman, stress kerja terjadi jika tuntutan kerja melebihi kemampuan atau kapasitas yang dimiliki seorang karyawan. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Anatan 2007 yakni pemberian beban kerja yang berlebihan terhadap pegawai dapat menimbulkan stress yang berkepanjangan, yaitu kondisi atau keadaan yang tidak menyenangkan yang dihadapi oleh setiap orang baik secara fisik maupun mental. Menurut Gitosudarmo dan Sudito 1997 dalam Sungkawati 2007, stress mempunyai dampak positif dan negatif. Dampak positif pada tingkat rendah sampai moderate dapat berperan sebagai motivasi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya, sedangkan dampak negatif stress pada tingkat tinggi overstress adalah kinerja karyawan menurun secara drastis. Kondisi ini terjadi karena karyawan akan lebih banyak menggunakan tenaganya untuk melawan stress daripada untuk melakukannya. Ada beberapa aspek pembangkit tekanan kerja stres yaitu : 1. Faktor Interinsik, meliputi faktor yang berkaitan dengan tugas atau beban kerja. 2. Faktor yang berkaitan dengan individu, meliputi hubungan karyawan dengan peran pekerjaan dan peran karyawan dalam organisasi. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Faktor yang berkaitan dengan lingkungan atau tuntutan fisik, meliputi ketidaknyaqmanan yang terjadi dilingkungan kerja. 4. Faktor ancaman personal terhadap individu, berkaitan dengan pengembangan karier karyawan. Menurut Sedarmayanti 2011, berdasarkan penelitian, dengan karakteristik kehidupan di Asia yang memungkinkan menyebabkan timbul dan berkembangnya stress, adalah hal-hal yang berhubungan dengan: cara hidup, cara mengadakan rekreasi, cara bekerja, sifat pekerjaan, harapan untuk berprestasi kegagalan berprestasi, dan cuaca. Cara bekerja dan sifat pekerjaan, harapan berprestasi dan kegagalan berprestasi merupakan situasi yang secara nyata dialami dan harus dihadapi oleh pegawai. Beberapa gejala stress dalam pekerjaan meliputi hal – hal sebagai berikut : a. Tidak merasa dihargai atas pekerjaan mereka, tidak mengetahui bagaimana merayakan kesuksesan. b. Mereka merasa hidup mereka tidak seimbang, terlalu banyak energy difokuskan pada pekerjaan dan terlalu sedikit untuk keluarga dan pribadi. c. Perasaan bahwa tidak peduli seberapa banyak mereka bekerja, tetap tidak mencukupi. d. Adanya biaya perawatan kesehatan yang berkaitan dengan stress. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA e. Adanya perasaan bahwa atasan mereka tidak memperdulikan mereka. f. Malu untuk mendiskusikan permasalah pribadi mereka ditempat kerja. g. Selalu memikirkan bagaimana melindungi karir mereka dari pada melayani pelanggan. h. Tidak mengikuti aturan yang ada. i. Membicarakan ketidaksetujuan melalui saluran komunikasi informal yang bukan formal. Dr. Karl 2001 menyarankan hal-hal berikut untuk mengurangi stress dalam pekerjaan : 1. Membina hubungan yang bermanfaat, menyenangkan, dan kooperatif dengan kolega dan pegawai. 2. Membina hubungan yang efektif dan suportif dengan atasan. 3. Negosiasikan batas waktu yang realistik dalam melaksanakan proyek-proyek penting dengan atasan. Bersiap-siap untuk mengajukan batas waktu anda sendiri, dari pada hal itu ditetapkan orang lain. 4. Sisihkan waktu setiap hari untuk beristirahat dan santai. 5. Berolahraga untuk tetap menyegarkan badan dan siap siaga. 6. Adakan survey kebisingan dalam kantor anda dan cari pemecahan untuk mengurangi suara-suara yang tidak perlu. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 7. Kurangi jumlah hal-hal sepele dari perhatian anda. Delegasikan tugas-tugas rutin kepada orang lain apabila dimungkinkan. 8. Batasi pernyataan. Usahakan untuk menjadwalkan periode tertentu “tanpa tersela” 9. Jangan berusaha menunda-nunda menanggulangi masalah yang tidak anda senangi seperti menyuluh pegawai yang menghadapi masalah.

2.1.5 Pergantian Auditor

Pergantian auditor merupakan perpindahan auditor atau perpindahan KAP yang dilakukan oleh perusahaan klien. Pergantian auditor ini dapat terjadi karena adanya regulasi dari pemerintah yang membatasi pemberian jasa audit yang diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 17PMK.012008, dimana pemberi jasa audit umum atas laporan keuangan dari entitas dilakukan KAP paling lama 6 enam tahun buku berturut – turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama 3 tiga tahun buku berturut – turut, sehingga perusahaan memiliki beberapa alasan dan pertimbangan sehingga melakukan pergantian auditor tersebut. Jika suatu pergantian auditor terjadi karena pelaksanaan regulasi terkait dengan pembatasan jasa audit maka pergantian tersebut diistilahkan dengan rotasi audit. Jika suatu pergantian auditor dilakukan bukan karena masa pemberian jasa audit sesuai regulasi telah selesai tetapi karena alasan diluar itu maka diistilahkan sebagai pergantian auditor yang disebut auditor switching Damayanti, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2007. Penelitian ini membatasi diri pada kajian tentang pergantian auditor yang disebabkan bukan karena adanya regulasi dari pemerintah. Regulasi terkain dengan jasa akuntan publik di Indonesia diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 43KMK.0171997, kemudian diubah dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 470KMK.0171999. Regulasi ini kemuadian diubah kembali dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 423KMK.062002, dimana salah satu hal yang diatur dalam KMK ini adalah bahwa pembeerian jasa audit umu atas laporan keuangan dari satu entitas dilakukan Kantor Akuntan Publik KAP paling lama 5 lima tahun berturut – turut dan oleh akuntan publik paling lama untuk 3 tiga tahun. Regulasi ini kemudian disempurnakan kembali dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 17PMK.012008, dimana pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas dilakukan oleh KAP paling lama 6 enam tahun buku berturut – turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama 3 tiga tahun buku berturut – turut. Selain karena adanya regulasi dari pemerintah, ada alasan lain yang mempengaruhi manajemen perusahaan untuk mengganti auditor atau KAPnya Mardiyah, 2003, antara lain karena manajemen merasa opini yang disampaikan auditor tidak sesuai dengan yang diinginkan, disamping itu juga karena adanya tekanan keuangan dalam perusahaan. Misalnya, perusahaan cenderung membuat income naik saat laporan keuangan distress, yaitu dengan mengubah metode akuntansi disbanding jika kondisi keuangan perusahaan sehat. Dalam kondisi seperti ini terdapat bad news dalam UNIVERSITAS SUMATERA UTARA laporan keuangan, maka perusahaan akan mencari auditor baru. Bila dilihat dari sudut pandang perusahaan sebagai klien, manajemen memerlukan auditor yang kompeten sesuai dengan PABU Prinsip – prinsip Auditing yang Berlaku Umum. Jika auditor mempunya kredibilitas, maka auditor bias mendeteksi adanya penyajian kesalahan yang material dan memberikan nasehat kepada pihak manajemen perusahaan. Implikasi selanjutnya jika auditor yang dipilih berkualitas, maka shareholders akan puas dengan kinerja manajemen. Klien yang diaudit oleh KAP baru mungkin akan merasa lebih puas bila dibandingkan dengan KAP yang lama. Terdapat banyak alasan mengenai hal tersebut, antara lain sebagai berikut : a. Adanya kecenderungan perusahaan melakukan pergantian auditor karena merasa kurang puas dengan pelayanan yang diberikan KAP sebelumnya, atau karena mereka menghadapi berbagai kendala dengan KAP sebelumnya. b. Adanya ketidakpastian pada sebagian manajemen klien tentang kualitas pelayanan yang diberikan oleh KAP. Hasilnya, ada dorongan yang kuat pada KAP untuk mengutamakan pelayanan pada klien yang baru didapatkannya. Klien baru mungkin menerima perhatian khusus dank lien baru tersebut menikmati perhatian tersebut. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA c. Auditor banyak menurunkan fee mereka untuk memperoleh klien baru. Pada awal tahun beberapa klien percaya bahwa mereka akan memperoleh keuntungan dari penurunan fee tersebut. Sehingga tingkat kepuasan mereka juga akan meningkat. d. Adanya penurunan hasil usaha menyebabkan perusahaan akan mempertimbangkan untuk melakukan pergantian auditor, dan biasanya untuk menghemat pengeluaran perusahaan maka perusahaan akan mengganti KAP-nya dengan KAP yang menawarkan fee yang lebih rendah. Hasil penelitian Behn 1997 dalam Imam Hanafi 2004 menunjukkan bahwa pergantian auditor mempengaruhi kepuasan klien. Seorang auditor baru akan cenderung memperlihatkan kinerjanya pada tahun – tahun pertama saat auditor melakukan audit. Pada awal tahun kontrak pelaksanaan audit, auditor baru akan berusaha mencari tahu kinerja auditor lama, dan untuk itu auditor baru akan membandingkannya dengan kinerja yang mungkin dapat dicapainya. Harapan seorang auditor baru adalah pelaksanaan audit sebaik – baiknya, tanpa mengurangi sikap profesionalnya sebagai seorang auditor. Hal tersebut dilakukan karena kainginan auditor memenuhi harapan dan memuaskan klien. Penelitian R.M Aloysius Pangky Wijaya 2011 menunjukkan ada beberapa faktor yang mempengaruhi pergantian auditor antara lain opini auditor, ukuran KAP dan pertumbuhan perusahaan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Beberapa variable penyebab klien berpindah auditor atau KAP seperti yang dinyatakan Halim 1997 dalam Cendana Tampubolon 2011, adalah sebagai berikut : 1. Merger antara dua perusahaan yang Kantor Akuntan Publiknya berbeda. Dua perusahaan yang meger dan diaudit oleh KAP yang berbeda, dapat menyebabkan perusahaan tersebut meneruskan pada salah satu KAP terdahulu atau menunjuk KAP baru. 2. Ketidakpuasan terhadap Kantor Akuntan Publik yang terdahulu, misalnya : a. Klien merasa fee KAP lama terlalu tinggi, dank lien merasa keberatan. b. Klien membutuhkan jasa professional yang lebih luas yang tidak sekedar audit atas laporan keuangan saja, tetapi jasa profesi lainnya. c. Klien mencari KAP yang kredibilitasnya tinggi untuk meningkatkan kredibilitas laporan kauangan dimata pemakainya. d. Tuntutan lembaga yang berwenang, misalnya : Bapepam, Dirjen Pajak, dan sebagainya agar laporan keuangan perusahaan tersebut diaudit oleh KAp yang berlisensi dari lembaga tersebut. 3. Merger antar Kantor Akuntan Publik. Adanya merger dari dua atau lebih KAP dapat berakibat pada berpindahnya klien yang merka miliki sebelumnya. Hal ini menyebabkan merger antar KAP UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tersebut menjadi lebih besar dank lien tidak dapat mengimbangi keinginan KAP yang merger tersebut sehingga klien berpindah ke KAP lain.

2.1.6 Biaya Eksternal Audit Fee Audit Eksternal

Fee audit adalah besaran biaya yang diterima oleh auditor dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian dan lain – lain. Menurut Sukrisno Agoes 2012 ; 18 fee audit adalah : “ Besarnya biaya tergantung antara lain penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutandan pertimbangan professional lainnya “. Menurut Sukrisno Agoes 2012 : 18 indikator dari fee audit dapat diukur dari : 1. Resiko penugasan 2. Kompleksitas jasa yang diberikan 3. Struktur biaya Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan dan pertimbangan profesi lainnya 4. Ukuran Kantor Akuntan Publik UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Di Indonesia besarnya fee audit masih menjadi perbincangan yang cukup penjang, mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya seperti yang disebutkan diatas. Selain faktor tersebut, dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan Publik harus mempertimbangkan hal – hal sebagai berikut : 1. Kebutuhan klien 2. Tugas dan tanggungjawab menurut hukum statutory duties 3. Independensi 4. Tingkat keahlian levels of expertise 5. Tanggung jawab 6. Banyaknya waktu yang diperlukan dan secara efektif digunakan Akuntan Publik. Penetapan jasa audit yang dilakukan oleh KAP biasanya didasari perhitungan dari biaya pokok pemeriksaan yang terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung terdiri biaya tenaga, yaitu : Manager, Supervisor, Auditor Senior dan Auditor Junior. Sedangkan, biaya tidak langsung seperti : percetakan, biaya penyusutan komputer, gedung dan asuransi. Selain itu, dalam menetapkan imbalan jasa atau fee audit, Akuntan Publik juga harus memperhatikan tahapan – tahapan pekerjaan audit dan tahap pelaporan. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Besarnya fee audit yang ditetapkan oleh kantor akuntan publik merupakan salah satu objek yang menarik untuk diteliti. Selama dua decade terakhir penelitian mengenai pasar jasa audit telah tumbuh secara signifikan. Namun, penelitian mengenai fee audit di Negara – Negara berkembang masih jarang dilakukan. Di Indonesia sendiri penelitian mengenai fee audit di Indonesia mungkin dilakukan tetapi tidak terpublikasikan dijurnal ilmiah. De Angelo dalam Putri Dyah R. 2011 menyatakan bahwa fee audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi karena tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, ukuran perusahaan klien, kompleksitas jasa audit yang dihadapi auditor, risiko audit yang dihadapi auditor dari klien serta nama Kantor Akuntan Publik yang melakukan jasa audit. Sedangkan menurut Sankaraguruswamy et al. 2003 fee audit merupakan pendapatan yang besarnya bervariasi tergantung dari beberapa faktor dalam penugasan audit seperti, keuangan klien, ukuran perusahaan klien, ukuran auditor KAP, keahlian yang dimiliki auditor tentang industry, serta efisiensi yang dimiliki auditor. Institusi Akuntan Publik Indonesia IAPI menerbitkan Surat Keputusan No.KEP.024IAPIVII2008 pada tanggal 2 Juli 2008 tentang Kebijakan Penentuan Fee Audit.Dalam bagian lampiran 1 dijelaskan bahwa panduan ini dikeluarkan sebagai panduan bagi seluruh Anggota Institusi Akuntan Publik Indonesia yang menjalankan praktik sebagai akuntan publik UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dalam menetapkan besaran imbalan yang wajar atas jasa professional yang diberikannya. Lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam menetapkan imbalan jasa yang wajar sesuai dengan martabat profesi akuntan publik dan dalam jumlah yang pantas untuk dapat memberikan jasa sesuai dengan tungtutan standar professional akuntan publik yang berlaku. Imbalan jasa yang terlalu rendah atau secara signifikan jauh lebih rendah dari yang dikenakan oleh auditor atau akuntan pendahulu atau dianjurkan oleh auditor atau akuntan lain, akan menimbulkan keraguan mengenai kemampuan dan kompetensi anggota dalam menerapkan standar teknis dan standar professional yang berlaku.

2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1

Tinjauan Peneliti Terdahulu No Peneliti Tahun Judul Variabel Alat Analisis Hasil Penelitian 1. Ni Wayan Rustriarini 2011 Komite Audit Dan Kualitas Audit: Kajian Berdasarkan Karakteristik, Kompetensi, Dan Aktivitas Komite Audit Variabel Independen Karakteristik Komite Audit usia dan gender, Kompetensi Komite Audit independensi, tingkat pendidikan, keahlian di bidang akuntansi dan pengalaman Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Regresi Linier Berganda Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa usia, gender, tingkat pendidikan, keahlian dibidang akuntansi dan frekuensi pertemuan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sedangkan UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kerja dan Aktivitas Komite Audit frekuensi pertemuan, jumlah anggota dan komitmen waktu. Variabel Dependen Kualitas Audit independensi, komitmen waktu, pengalaman kerja dan jumlah anggota tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. 2. Achmad Badjuri 2012 Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Hasil Pemeriksaan Audit Sektor Publik Studi Empiris pada BPKP Perwakilan Jawa Tengah Variabel Independen Pengalaman kerja auditor, Independensi, Obyektivitas, Integritas auditor, Kompetensi auditor. Variabel Dependen Kualitas hasil pemeriksaan Analisis Regresi Berganda Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa integritas dan kompetensi audit sektor publik berpengaruh signifikan positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Sedangkan, pengalaman kerja audit, independensi dan obyektivitas auditor sector publik tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil audit. 3. Handriyani Dwilita 2008 Analisis Pengaruh Motivasi, Stres dan Rekan Kerja Terhadap Kinerja Auditor Di Kantor Akuntan Publik Medan Variabel Independen Motivasi, Stres Kerja, dan Rekan Kerja Variabel Dependen Kinerja Auditor Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Analisis Statistik Deskriptif Hasil dari penelitian ini menunjukkan : Motivasi tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas kinerja auditor Stress kerja UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berpengaruh signifikan terhadap kualitas kinerja auditor Rekan kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas kinerja auditor 4. Fitriani Kartika Purba 2013 Pengaruh Fee Audit dan Pengalaman Auditor Eksternal Terhadap Kualitas Audit Variabel Independen Fee Audit Pengalaman Auditor Eksternal Variabel Dependen Kualitas Audit Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : Secara parsial, Fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dengan arah positif. Hubungan positif menunjukkan bahwa ketika fee audit yang diterima tinggi maka kualitas yang dihasilkan akan baik. Secara parsial, pengalaman auditor eksternal berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit dengan arah positif. Yang artinya semakin banyak pengalaman auditor eksternal dalam bidang audit maka UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kualitas audit yang dihasilkan menjkadi lebih baik. Secara simultan, fee audit dan pengalama auditor eksternal berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 5. Bambang Hartadi 2009 Pengaruh Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi Auditor Terhadap Kualitas Audit Di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen Fee Audit, Rotasi KAP, dan Reputasi KAP Variabel Dependen Kualitas Audit Analisis Statistik Deskriptif Uji Normalitas, Uji Multikolinearitas, Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Hasil penelitian ini menunjukkan : Fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Rotasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit Reputasi KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

2.3 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 33

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 1 3

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 15

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 2 30

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 9

Pengaruh Karakteristik Komite Audit, Stres Kerja, Pergantian Auditor dan Biaya Eksternal Audit Terhadap Kualitas Audit pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 11