8
1.5.2 Gaya Kepemimpinan
Menurut Rivai 2004:64 gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh
bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, ketrampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang.
Gaya kepemimpinan menunjukkan secara langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang pemimpin terhadap kemampuan bawahannya. artinya,
gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin
ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Sedangkan menurut Thoha 2010:49 gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan
oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang disukai, diketahui dan diterapkan oleh seorang
pemimpin leader dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan untuk mengerjakan pekerjaannya mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan di organisasi dia berada. Menurut Rivai 2002:122 ada tiga macam gaya kepemimpinan yang
mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu :
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan otoriter disebut juga kepemimpinan direktif atau diktator.
Pemimpin memberikan instruksi kepada bawahan, menjelaskan apa yang
9
harus dikerjakan, selanjutnya karyawan menjalankan tugasnya sesuai dengan yang diperintahkan oleh atasan. Gaya kepemimpinan ini
menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling
diuntungkan dalam organisasi.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang
pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dalam gaya kepemimpinan ini, ada kerjasama antara
atasan dengan bawahan. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu
kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas Laizzes Faire Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada bawahan,
struktur organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Peran utama pimpinan adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika
diminta bawahan. Selain dari gaya kepemimpinan yang diatas Hersey dan Blanchard dalam
Thoha 2010:63 mengemukakan sebuah gaya kepemimpinan yang didasarkan pada situasi yang ada di dalam organisasi tersebut yaitu gaya kepemimpinan
situasional.
10
Menurut Ivancevich dkk 2007:207 gaya kepemimpinan situasional merupakan gaya yang lebih menekankan pada pengikut dan tingkat kematangan
mereka. Dengan kata lain gaya kepemimpinan situasional merupakan gaya atau cara kepemimpinan yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin untuk
membimbing, melaksanakan, mengarahkan, mendorong bawahan untuk mencapai tujuan dan mendayagunakan segala kemampuan secara optimal dengan
mengkombinasikan situasi yang ada berkenaan dengan perilaku pemimpin dan bawahannya.
Gaya kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blandchard dalam Thoha 2010:63 adalah didasarkan pada saling berhubungannya di antara hal-hal
berikut ini:
a. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan perilaku pengarahan.
b. Jumlah dukungan sosio-emosional yang diberikan oleh pemimpin perilaku mendukung.
c. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam
melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan perilaku
pengarahan dapat dirumuskan sebagai sejauh mana seorang pemimpin melibatkan dalam komunikasi satu arah. Bentuk pengarahan dalam komunikasi
11
satu arah ini antara lain, menetapkan peranan yang seharusnya dilakukan pengikut, memberitahukan pengikut tentang apa yang seharusnya bisa dikerjakan,
di mana melakukan hal tersebut, bagaimana melakukannya, dan melakukan pengawasan secara ketat kepada pengikutnya.
Jumlah dukungan sosio-emosional yang diberikan oleh pemimpin perilaku mendukung Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang
pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan interaksi, dan melibatkan
para pengikut dalam mengambil keputusan. Kedua norma perilaku tersebut ditempatkan pada dua poros yang terpisah
dan berbeda seperti Gambar 2.1 sehingga dengan demikian dapat diketahui empat gaya dasar kepemimpinan.
Gambar 2.1 Empat Dasar Gaya Kepemimpinan
Tinggi Dukungan dan
Rendah Pengarahan
G3 Tinggi
Pengarahan dan Tinggi
Dukungan G2
Rendah Dukungan dan
Rendah Pengarahan
G4 Tinggi
Pengarahan dan Rendah
Dukungan G1
Sumber: Thoha, 2010.
Dalam gaya 1 G1, seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak memberikan pengarahan namun sedikit dukungan. Pemimpin ini
memberikan instruksi yang spesifik tentang peranan dan tujuan bagi para pengikutnya, dan secara ketat mengawasi pelaksanaan tugas mereka.
12
Dalam gaya 2 G2, seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak mengarahkan dan banyak memberikan dukungan. Pemimpin dalam gaya
seperti ini mau menjelaskan keputusan dan kebijaksaan yang ia ambil dan mau menerima pendapat pengikutnya. Tetapi pemimpin dalam gaya ini masih tetap
harus memberikan pengawasan dan pengarahan dalam penyelesaian tugas-tugas pengikutnya.
Dalam gaya 3 G3, perilaku pemimpin menekankan pada banyak memberikan dukungan namun sedikit dalam pengarahan. Dalam gaya seperti ini
pemimpin menyusun keputusan bersama-sama dengan para pengikutnya, dan mendukung usaha-usaha mereka dalam menyelesaikan tugas.
Adapun gaya 4 G4, pemimpin memberikan sedikit dukungan dan sedikit pengarahan. Pemimpin dengan gaya seperti ini mendelegasikan keputusan-
keputusan dan tanggung jawab pelaksanaan tugas kepada pengikutnya. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam
melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu. Kematangan dalam kepemimpinan situasional dapat dirumuskan sebagai suatu kemampuan dan
kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilakunya sendiri. Kemampuan yang merupakan salah satu unsur dalam
kematangan, berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, latihan dan atau pengalaman. Adapun unsur yang lain
dari kematangan bertalian dengan keyakinan diri dan motivasi seseorang. Ada empat tingkat kematangan menurut Hersey dan Blanchard dalam Thoha,
2010:71 yang dapat dilihat pada tabel berikut.
13
Gambar 2.2. Empat Tingkat Kematangan
Mampu dan Mau Mampu tetapi
tidak mau atau kurang yakin
Tidak mampu tetapi mau
Tidak mampu dan tidak mau atau
tidak yakin M4
M3 M2
M1
Sumber: Thoha, 2010.
Tabel 2.2 menggambarkan hubungan antara tingkat kematangan para pengikut atau bawahan dengan gaya kepemimpinan yang sesuai untuk diterapkan
ketika para pengikut bergerak dari kematangan yang sedang ke kematangan yang telah berkembang dari M1 sampai dengan M4.
Ada empat dasar perilaku pemimpin dalam pengambilan keputusan pada berbagai situasi tersebut menurut Hersey dan Blanchard dalam Thoha, 2010:67
yaitu: a.
Instruksi Gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin
memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana, bilamana dan di mana melaksanakan berbagai
tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata- mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan
diumumkan, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin. b.
Konsultasi Pada gaya ini pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan
masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan perilaku
mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang
14
keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan
keputusan tetap pada pemimpin. c.
Partisipasi Dengan gaya ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide
dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah aktif mendengar.
Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada ada pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya
karena pengikut mempunyai kemampuan melaksanakan tugas. d.
Delegasi Pada gaya ini bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan
tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan pertunjukan
mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka
sendiri. Dari berbagai gaya kepemimpinan yang telah diuraikan yang akan menjadi
pembahasan adalah gaya kepemimpinan situasional, gaya kepemimpinan ini merupakan gaya yang sesuai untuk diterapkan seorang pemimpin saat ini
mengingat bahwa penerapan gaya kepemimpinan disesuaikan dengan tingkat kematangan bawahanpengikut karena mengingat setiap bawahan memiliki tingkat
kematangan yang berbeda yang tentu memerlukan gaya kepemimpinan yang dapat disesuaikan dengan keadaan bawahannya.
15
1.5.3 Kinerja