3
menjalankan fungsi dalam organisasi tersebut karena pimpinanlah yang memiliki daya kemampuan mempengaruhi dan menggerakan manusia lainnya untuk
bekerja mencapai tujuan. Seorang pemimpin merupakan unsur yang menentukan dalam mengembangkan suatu organisasi, berhasil atau gagalnya suatu organisasi
pemerintahan banyak ditentukan oleh kualitas kepemimpinan tersebut. Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin membawa pengaruh yang besar terhadap
kelangsungan kegiatan dan perkembangan dalam suatu organisasi. Peran pemimpin menjadi sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi
yaitu dalam mengelola bawahannya agar bekerja secara maksimal sehingga tercapai kinerja yang tinggi. Dalam suatu organisasi setiap pemimpin memiliki
gaya kepemimpinan yang berbeda-beda dalam melaksanakan kepemimpinannya serta mengarahkan bawahannya agar mampu bekerja sama dengan baik, oleh
karena itu seorang pemimpin harus menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan organisasi yang nantinya akan mempengaruhi
keberhasilan pencapaian tujuan dari organisasi tersebut. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan atau
mengadakan penelitian yang berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi
dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Gunungsitoli”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini
adalah ”Seberapa Besar Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja
4
Pegawai Pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Gunungsitoli?”
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis Seberapa Besar Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Gunungsitoli.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai
berikut: 1. Secara Praktis, bagi organisasi terkait yaitu Dinas Perindustrian
Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Gunungsitoli, penelitian ini diharapkan dapat mampu memberikan
masukan informasi dan saran yang dapat digunakan untuk mengembangkan kepemimpinan dan pembinaan kepegawaian.
2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan
Ilmu Administrasi Negara secara khusus dalam menambah bahan bahan referensi dan menambah wawasan dan pengetahuan bagi yang
5
menggunakannya khususnya di bidang Manajemen Sumber Daya Manusia.
1.5 Kerangka Teori
Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman dasar berfikir yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut seorang peneliti perlu
menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih. Teori adalah
serangkaian asumsi, konsep, konstruk, defenisi, dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara mengonstruksi hubungan
antara konsep dan proporsi dengan menggunakan asumsi dan logika tertentu Singarimbun, 2012:35. Oleh karena itu, dalam hal ini penulis mengemukakan
beberapa teori yang relevan dengan tujuan penelitian ini.
1.5.1 Kepemimpinan
Dalam suatu organisasi, kepemimpinan merupakan faktor yang harus diperhatikan. Hal ini dimaksudkan agar tercapainya tujuan yang telah ditetapkan
organisasi dibutuhkan seorang pemimpin yang mampu mengarahkan dan memimpin pegawai untuk melaksanakan tugas, meningkatkan mutu guna
pencapaian rencana dan tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas
kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan kepemimpinannya.
6
Istilah kepemimpinan berasal dari bahasa latin yaitu leader adalah orang yang membimbing orang lain atau kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
dengan kemampuan sendiri. Menurut Kartono 2006:10 kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat, dan kekuatan moral yang
kreatif, yang mampu mempengaruhi para anggota untuk mengubah sikap, sehingga mereka menjadi conform dengan keinginan pemimpin. Sedangkan
menurut Rivai 2004:2 kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dalam menentukan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan,
mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, kepemimpinan adalah
kemampuan yang dipilih seseorang untuk memimpin suatu organisasi dalam mempengaruhi seseorang atau kelompok sehingga mampu mencapai sasaran
maupun tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam suatu kepemimpinan dibutuhkan syarat-syarat tertentu yang harus
dipenuhi untuk dapat menjalankan tugas dan kewajibannya untuk mencapai tujuan bersama.
Kartono 2006:36 mengungkapkan bahwa konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu sebagai
berikut: a. Kekuasaan adalah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan
wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.
7
b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu membawa atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut
patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.
c. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan atau keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari
kemampuan anggota biasa. Siagian 2003:24 mengatakan bahwa sukses tidaknya seorang pemimpin
dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya ditentukan oleh tingkat: a. Keterampilan teknis technical skill yang dimilikinya, akan tetapi lebih
banyak ditentukan oleh keahliannya menggerakkan orang lain untuk bekerja lebih baik managerial skill
b. Kecakapan konseptual conceptual skill merupakan kemampuan menciptakan kebijaksanaan managerial organisasi secara simultan,
konseptif dan menyeluruh. Sekalipun adanya fungsi yang berdiri sendiri tetapi kenyataannya yang terjadi perubahan pada suatu bagian akan
berdampak dan mempengaruhi terhadap yang lain. c. Kecakapan kemanusiaan human skill merupakan kemampuan untuk
bekerja sama disalam suatu kelompok untuk membangun suatu usaha kerja sama dimana ia bertindak sebagai seorang pemimpin.
d. Kecakapan teknis technical skill mencakup kegiatan-kegiatan menggunakan metode, prosedur dan teknik yang berkaitan dengan
tugasnya.
8
1.5.2 Gaya Kepemimpinan
Menurut Rivai 2004:64 gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh
bawahannya. Gaya kepemimpinan menggambarkan kombinasi yang konsisten dari falsafah, ketrampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang.
Gaya kepemimpinan menunjukkan secara langsung maupun tidak langsung, tentang keyakinan seorang pemimpin terhadap kemampuan bawahannya. artinya,
gaya kepemimpinan adalah perilaku dan strategi, sebagai hasil kombinasi dari falsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang sering diterapkan seorang pemimpin
ketika ia mencoba mempengaruhi kinerja bawahannya. Sedangkan menurut Thoha 2010:49 gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan
oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat.
Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu pola perilaku yang disukai, diketahui dan diterapkan oleh seorang
pemimpin leader dalam proses mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan untuk mengerjakan pekerjaannya mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan di organisasi dia berada. Menurut Rivai 2002:122 ada tiga macam gaya kepemimpinan yang
mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi tercapai, yaitu :
1. Gaya Kepemimpinan Otoriter Kepemimpinan otoriter disebut juga kepemimpinan direktif atau diktator.
Pemimpin memberikan instruksi kepada bawahan, menjelaskan apa yang
9
harus dikerjakan, selanjutnya karyawan menjalankan tugasnya sesuai dengan yang diperintahkan oleh atasan. Gaya kepemimpinan ini
menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling
diuntungkan dalam organisasi.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis Gaya kepemimpinan ini ditandai oleh adanya suatu struktur yang
pengembangannya menggunakan pendekatan pengambilan keputusan yang kooperatif. Dalam gaya kepemimpinan ini, ada kerjasama antara
atasan dengan bawahan. Dibawah kepemimpinan demokratis bawahan cenderung bermoral tinggi, dapat bekerja sama, mengutamakan mutu
kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri.
3. Gaya Kepemimpinan Bebas Laizzes Faire Gaya kepemimpinan ini memberikan kekuasaan penuh pada bawahan,
struktur organisasi bersifat longgar, pemimpin bersifat pasif. Peran utama pimpinan adalah menyediakan materi pendukung dan berpartisipasi jika
diminta bawahan. Selain dari gaya kepemimpinan yang diatas Hersey dan Blanchard dalam
Thoha 2010:63 mengemukakan sebuah gaya kepemimpinan yang didasarkan pada situasi yang ada di dalam organisasi tersebut yaitu gaya kepemimpinan
situasional.
10
Menurut Ivancevich dkk 2007:207 gaya kepemimpinan situasional merupakan gaya yang lebih menekankan pada pengikut dan tingkat kematangan
mereka. Dengan kata lain gaya kepemimpinan situasional merupakan gaya atau cara kepemimpinan yang ditunjukkan oleh seorang pemimpin untuk
membimbing, melaksanakan, mengarahkan, mendorong bawahan untuk mencapai tujuan dan mendayagunakan segala kemampuan secara optimal dengan
mengkombinasikan situasi yang ada berkenaan dengan perilaku pemimpin dan bawahannya.
Gaya kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blandchard dalam Thoha 2010:63 adalah didasarkan pada saling berhubungannya di antara hal-hal
berikut ini:
a. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan perilaku pengarahan.
b. Jumlah dukungan sosio-emosional yang diberikan oleh pemimpin perilaku mendukung.
c. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam
melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan perilaku
pengarahan dapat dirumuskan sebagai sejauh mana seorang pemimpin melibatkan dalam komunikasi satu arah. Bentuk pengarahan dalam komunikasi
11
satu arah ini antara lain, menetapkan peranan yang seharusnya dilakukan pengikut, memberitahukan pengikut tentang apa yang seharusnya bisa dikerjakan,
di mana melakukan hal tersebut, bagaimana melakukannya, dan melakukan pengawasan secara ketat kepada pengikutnya.
Jumlah dukungan sosio-emosional yang diberikan oleh pemimpin perilaku mendukung Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang
pemimpin melibatkan diri dalam komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan interaksi, dan melibatkan
para pengikut dalam mengambil keputusan. Kedua norma perilaku tersebut ditempatkan pada dua poros yang terpisah
dan berbeda seperti Gambar 2.1 sehingga dengan demikian dapat diketahui empat gaya dasar kepemimpinan.
Gambar 2.1 Empat Dasar Gaya Kepemimpinan
Tinggi Dukungan dan
Rendah Pengarahan
G3 Tinggi
Pengarahan dan Tinggi
Dukungan G2
Rendah Dukungan dan
Rendah Pengarahan
G4 Tinggi
Pengarahan dan Rendah
Dukungan G1
Sumber: Thoha, 2010.
Dalam gaya 1 G1, seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak memberikan pengarahan namun sedikit dukungan. Pemimpin ini
memberikan instruksi yang spesifik tentang peranan dan tujuan bagi para pengikutnya, dan secara ketat mengawasi pelaksanaan tugas mereka.
12
Dalam gaya 2 G2, seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang banyak mengarahkan dan banyak memberikan dukungan. Pemimpin dalam gaya
seperti ini mau menjelaskan keputusan dan kebijaksaan yang ia ambil dan mau menerima pendapat pengikutnya. Tetapi pemimpin dalam gaya ini masih tetap
harus memberikan pengawasan dan pengarahan dalam penyelesaian tugas-tugas pengikutnya.
Dalam gaya 3 G3, perilaku pemimpin menekankan pada banyak memberikan dukungan namun sedikit dalam pengarahan. Dalam gaya seperti ini
pemimpin menyusun keputusan bersama-sama dengan para pengikutnya, dan mendukung usaha-usaha mereka dalam menyelesaikan tugas.
Adapun gaya 4 G4, pemimpin memberikan sedikit dukungan dan sedikit pengarahan. Pemimpin dengan gaya seperti ini mendelegasikan keputusan-
keputusan dan tanggung jawab pelaksanaan tugas kepada pengikutnya. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukan dalam
melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu. Kematangan dalam kepemimpinan situasional dapat dirumuskan sebagai suatu kemampuan dan
kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilakunya sendiri. Kemampuan yang merupakan salah satu unsur dalam
kematangan, berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, latihan dan atau pengalaman. Adapun unsur yang lain
dari kematangan bertalian dengan keyakinan diri dan motivasi seseorang. Ada empat tingkat kematangan menurut Hersey dan Blanchard dalam Thoha,
2010:71 yang dapat dilihat pada tabel berikut.
13
Gambar 2.2. Empat Tingkat Kematangan
Mampu dan Mau Mampu tetapi
tidak mau atau kurang yakin
Tidak mampu tetapi mau
Tidak mampu dan tidak mau atau
tidak yakin M4
M3 M2
M1
Sumber: Thoha, 2010.
Tabel 2.2 menggambarkan hubungan antara tingkat kematangan para pengikut atau bawahan dengan gaya kepemimpinan yang sesuai untuk diterapkan
ketika para pengikut bergerak dari kematangan yang sedang ke kematangan yang telah berkembang dari M1 sampai dengan M4.
Ada empat dasar perilaku pemimpin dalam pengambilan keputusan pada berbagai situasi tersebut menurut Hersey dan Blanchard dalam Thoha, 2010:67
yaitu: a.
Instruksi Gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin
memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana, bilamana dan di mana melaksanakan berbagai
tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata- mata dilakukan oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan
diumumkan, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin. b.
Konsultasi Pada gaya ini pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan
masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan perilaku
mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang
14
keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan
keputusan tetap pada pemimpin. c.
Partisipasi Dengan gaya ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide
dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah aktif mendengar.
Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada ada pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya
karena pengikut mempunyai kemampuan melaksanakan tugas. d.
Delegasi Pada gaya ini bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan
tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan pertunjukan
mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka
sendiri. Dari berbagai gaya kepemimpinan yang telah diuraikan yang akan menjadi
pembahasan adalah gaya kepemimpinan situasional, gaya kepemimpinan ini merupakan gaya yang sesuai untuk diterapkan seorang pemimpin saat ini
mengingat bahwa penerapan gaya kepemimpinan disesuaikan dengan tingkat kematangan bawahanpengikut karena mengingat setiap bawahan memiliki tingkat
kematangan yang berbeda yang tentu memerlukan gaya kepemimpinan yang dapat disesuaikan dengan keadaan bawahannya.
15
1.5.3 Kinerja
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang diartikan sebagai prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai
seseorang. Seperti yang dikemukakan dalam pengertian sebelumnya Hasibuan 2001:34 mengemukakan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu.
Menurut Widodo 2005:78 kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang
diharapkan, atau suatu hasil karya yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung
jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal tidak melanggar hukum, dan sesuai dengan moral dan etika.
Dalam melaksanakan tugas pokok fungsi dan kinerjanya setiap PNS melaksanakan berdasarkan kepada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara yaitu: 1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
16
1.5.3.1 Penilaian Kinerja
Menurut Sastrohadiwiryo 2001:231 Penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan manajemen untuk menilai kinerja pegawai dengan cara
membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraiandeskripsi pengertian dalam suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun. Kegiatan ini dimaksudkan
untuk mengukur kinerja masing-masing pegawai dalam mengembangkan kualitas kerja, pembinaan selanjutnya, tindakan perbaikan atas pekerjaan yang sesuai
dengan deskripsi pekerjaan, serta untuk keperluan yang berhubungan dengan masalah masalah ketenagakerjaan lainnya. Setiap organisasi memerlukan
penilaian kinerja untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesuksesan yang diraih oleh organisasi tersebut. Dengan begitu dapat dilihat perkembangan kinerja
pegawai pada organisasi tersebut tiap tahunnya. Menurut Mathis dan Jackson 2006: 378 indikator kinerja adalah sebagai berikut:
1. Kuantitas hasil kerja, adalah jumlah dari hasil kerja yang diselesaikan oleh pegawai.
2. Kualitas hasil kerja, adalah hasil kerja yang dicapai oleh pegawai yang sesuai dengan syarat-syarat ketentuan.
3. Ketepatan waktu, adalah ketepatan waktu pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan yang telah diberikan.
4. Kehadiran ditempat kerja, adalah kehadiran pegawai sesuai dengan aturan atau tata tertib yang berlaku dalam organisasi.
5. Sikap kooperatif, adalah sikap bekerja sama dengan baik dan taat sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam organisasi.
17
1.5.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja
Menurut Mangkunegara 2005:16-17, faktor-faktor penentu pencapaian prestasi kerja atau kinerja individu dalam organisasi adalah sebagai berikut:
1. Faktor Individu Secara psikologis, individu yang normal adalah individu yang memiliki
integritas yang tinggi antara fungsi psikis rohani dan fisik jasmani. Dengan adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik, maka
individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik. Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu manusia untuk mampu
mengelola dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai
tujuan organisasi. 2. Faktor Lingkungan Organisasi
Faktor lingkungan kerja organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai prestasi kerja. Faktor lingkungan yang dimaksud antara lain
uraian jabatan yang jelas, target kerja yang menantang, pola komunikasi kerja yang efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja respek dan
dinamis, peluar berkarier, dan fasilitas kerja yang relatif memadai.
1.5.3.3 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja Pegawai
Tujuan dan pokok sistem penilaian kinerja pegawai adalah menghasilkan
18
informasi yang akurat tentang perilaku dan kinerja anggota organisasi. Semakin akurat informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja, semakin besar
potensi nilainya bagi organisasi. Kendatipun semua organisasi sama memiliki tujuan utama, terdapat variasi yang sangat besar dalam penggunaan khusus yang
dibuat organisasi atas informasi yang dihasilkan dari sistem penilaian mereka. Tujuan khusus tersebut dapat digolongkan ke dalam dua bagian besar, yaitu :
a. Evaluasi evaluation
b. Pengembangan development
Manfaat dari Penilaian kinerja pegawai adalah hasil penilaian kinerja bermanfaat sebagai dasar bagi evaluasi regular terhadap kinerja anggota
organisasi. Apakah seorang pegawai dinilai kompeten atau tidak kompeten, efektif atau tidak efektif, dapat dipromosikan atau tidak, dan seterusnya adalah
didasarkan pada informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja. Selain itu, organisasi sering mencoba mempengaruhi motivasi dan kinerja mendatang
dengan mengaitkan berbagai pemberian imbalan, seperti: kenaikan gaji dan promosi Sofyandi, 2008:128.
1.5.4 Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Kinerja Pegawai
Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara yang dimiliki oleh seseorang dalam mempengaruhi sekelompok orang atau bawahan untuk bekerja sama dan
berdaya upaya dengan penuh semangat dan keyakinan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Artinya, gaya kepemimpinan dapat menuntun pegawai
untuk bekerja lebih giat, lebih baik, lebih jujur dan bertanggungjawab penuh atas tugas yang diembannya sehingga meraih pekerjaan dapat diselesaikan dengan
19
baik. Dalam suatu organisasi yang besar, efektivitas seorang pemimpin tergantung pada kekuatan pengaruh gaya kepemimpinannya terhadap atasan, rekan sejawat,
dan pengaruhnya terhadap bawahan Yukl, 2005:174. Keberhasilan suatu organisasi baik sebagai keseluruhan maupun berbagai
kelompok dalam suatu organisasi tertentu, sangat tergantung pada efektivitas kepemimpinan yang terdapat dalam organisasi yang bersangkutan. Dapat
dikatakan bahwa mutu kepemimpinan yang terdapat dalam suatu organisasi memainkan peranan yang sangat dominan dalam keberhasilan organisasi tersebut
dalam menyelenggarakan berbagai kegiatannya terutama terlihat dalam kinerja para pegawainya Siagian, 2010:84.
Pemimpin yang terdapat pada organisasi harus memiliki kelebihan- kelebihan dibandingkan dengan bawahannya, yaitu pegawai yang terdapat di
organisasi yang bersangkutan, sehingga dapat menunjukkan kepada bawahannya untuk bergerak, bergiat, berdaya upaya yang tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan. Akan tetapi hanya mengerahkan seluruh pegawai saja tidak cukup, sehingga perlu adanya suatu dorongan agar para pegawainya mempunyai
minat yang besar terhadap pekerjaanya. Atas dasar inilah selama perhatian pemimpin diarahkan kepada bawahannya, maka kinerja pegawainya akan tinggi.
1.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan Sugiono 2005:70. Adapun hipotesis yang dikemukakan adalah:
20
a. Hipotesis Alternatif Ha Adanya pengaruh gaya kepemimpinan terhadap kinerja pegawai pada Dinas
Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Kota Gunungsitoli.
b. Hipotesis No Ho Tidak adanya pengaruh gaya kepemimpinan kinerja pegawai pada Dinas
Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah Menengah Kota Gunungsitoli.
1.7 Definisi Konsep