Faktor Umum Faktor Khusus

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

1. Faktor Umum

Pelestarian kebudayaan di setiap negara merupakan hal penting, mengingat adanya perbedaan-perbedaan dalam bentuk kebudayaan manusia pada masing- masing koloninya, berdasar pola pemikiran cipta, rasa, dan karsa. Untuk tetap menjaga eksistensi nilai budaya dan dalam usaha untuk tetap melestarikannya, pewarisan dan pendidikan budaya diperlukan suatu wadah yang dapat mencakup semua kegiatan tersebut, seperti halnya Pusat kesenian. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki banyak jenis budaya, karena terdiri dari banyak suku bangsa. Di Pulau Jawa sendiri terdapat banyak suku bangsa dan memiliki jenis kesenian yang berbeda-beda. Berbagai bentuk dan hasil budaya yang terwujud dalam kesenian merupakan kekayaan bangsa dan negara, seperti tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 35 disebutkan bahwa ”Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia”, kebudayaan Indonesia adalah kebudayaan yang mempunyai nilai tradisi dan telah terpengaruh kedinamisan Bangsa Indonesia sendiri. Suatu kebudayaan berkembang keluar karena kebudayaan merupakan tempat pertukaran dan memberikan kemungkinan adanya hubungan yang memiliki kemajuan Esti Pujantoro, 1986 : 196 .

2. Faktor Khusus

Seni pertunjukkan tradisional atau disebut juga teater rakyat dalam kehidupan masyarakat luas, berfungsi sebagai pendidikan solidaritas kelompok pengawasan sosial dalam pelampiasan frustasi James Dananjaya, 1991: 80. Frustasi merupakan kenyataan realis yang dialami oleh manusia sebagai sebagai keresahan–keresahan yang ada di dalam dirinya. Keresahan tersebut oleh sebagian orang diolah menjadi sebuah proses kreatif. Kesenian sebagai salah satu proses kreatif merupakan pendidikan yang baik di kalangan masyarakat sehingga diharapkan tumbuh kembangnya. Seni pertunjukkan tradisional atau teater rakyat berasal dari proses kreatif rakyat dan pula disajikan untuk dinikmati oleh rakyat. Fungsi dari teater rakyat atau seni pertunjukkan yaitu sebagai alat memelihara stabilitas kehidupan masyarakat Indonesia James Dananjaya, 1991: 89. Perkembangan seni pertunjukkan dewasa ini menjadi sebuah teater “kitsch”. Pengertian “kitsch” mengarah pada bentuk teater yang dijadikan sebagai komoditi komersial bagi suatu masyarakat kota. Seni kitsch merupakan suatu penggunaan teknik-teknik yang menakjubkan, kostum yang gemerlap, primadonanya cantik, tarian serta pemerannya bagus, orkestra yang sangat hidup sehingga merupakan suatu bantuk kitsch yang sempurna dalam lingkungan masyarakat Jawa. Bentuk kitsch dalam kesenian masyarakat perlu dipertahankan, karena merupakan suatu bentuk yang baru yang memberikan warna yang berbeda, alasan lain yang patut dipertimbangkan antara lain: a. Seni kitsch adalah seni kemasan yang sehat, ia menghibur sambil berusaha memasyarakatkan bentuk kesenian klasik. Sehingga dapat berkembang menjadi kitsch yang cukup tinggi mutunya. b. Kitsch merupakan wahana yang cocok untuk berbagi eksperimen teater yang baru, inovatif dan kreatif untuk mengaitkan apresiasi angkatan muda terhadap bentuk seni tradisional dan teater wayang orang baru. c. Kitsch yang baik adalah penting untuk masyarakat kecil yang mungkin untuk sementara belum terjangkau oleh kesenian adiluhung “di atas sana” Umar Kayam, 1991: 136. Hakekat dari seni pertunjukkan adalah gerak dan perubahan keadaan, karena itu maka subtansinya terletak pada imajinasi serta prosesnya sekaligus. Suatu daya rangkum adalah sarananya, suatu cekaman rasa adalah tujuan seninya, sedangkan ketrampilan teknis adalah bahannya. Setiap orang jika melihat pagelaran seni pertunjukkan berangkat menghadapi tema yang dikenal, juga untuk mengharapkan suatu keunikan dalam pelaksanaanya. Seni pertunjukkan meyangkut suatu kerja kelompok dan membutuhkan hadirnya dua pihak, yaitu penyaji dan penerima. Seni pertunjukkan tradisi di Indonesia berasal dari lingkungan teknis yang begitu bermacam-macam terdapat di Indonesia. Edi S, 1981: 36 Surakarta merupakan pusat kebudayaan di Jawa Tengah Ensiklopedia Pendidikan, 1976. Kesenian sebagai wujud dari kebudayaan berkembang dengan baik di kota Surakarta. Terbukti dengan banyaknya kantung-kantung kesenian yang barmunculan di kota Surakarta. Keraton sebagai tempat pelestari budaya jelas memberikan eksistensinya dalam berkesenian. Kesenian yang berkembang di dalam keraton disebut dengan seni kota, kesenian lainnya memberikan apresiasinya dalam perkembangan kesenian di kota Surakarta. Geliat berkesenian di Kota Surakarta memang menunjukkan perkembangan yang cukup baik, akan tetapi kesenian tradisional Wayang Orang mulai ditinggalkan penontonnya. Hal ini terbukti dengan semakin berkurangnya jumlah penonton di setiap pementasan wayang orang di Gedung Kesenian Sriwedari, oleh karena itu Pusat Kesenian Jawa Tengah berupaya untuk memasyarakatkan dan melestarikannya dengan mewadahi proses kreatif tersebut sebagai media pementasan yang dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan kebebasan dalam mengeksplor ekspresi seni serta memberikan fasilitas kepada penonton agar merasakan kepuasan dalam menikmati acara yang disajikan. Penggunaan interior Gedung Pertunjukkan Wayang Orang sebagai tujuan dari seni kitsch, tentu saja memberikan kemudahan seperti yang ditawarkan untuk dapat menarik banyak penonton, dengan banyaknya penonton yang datang dan menyaksikan acara tersebut dapat memberikan keuntungan tersendiri bagi keberhasilan acara yang digelar.

B. Batasan Masalah