Pendahuluan HAKEKAT BUKU TEKS

BAB III HAKEKAT BUKU TEKS

A. Pendahuluan

Buku teks sering dipadankan dengan buku pelajaran. Buku pelajaran menurut beberapa ahli adalah media pembelajaran instruksional yang dominant peranannya di kelas, media penyampaian materi kurikulum, dan bagian sentral dalam suatu sistem pendidikan Patrick, 1998; Lockeed dan Verspoor, 1990; Albath, dkk., 1991; Buckingham dalam Harris, ed., 1980; dan Rusyana, 1984 dalam pusbuk, 2005 Buku pelajaran merupakan salah satu jenis bahan ajar yang disusun secara sistematis. Tarigan 1986 memberikan simpulan dari berbagai definisi buku teks. Simpulan tersebut hal yang mencirikan dari buku tekspelajaran yaitu; berisi pelajaran, ditulis para ahli, relevansi dengan mata pelajaran tertentu, adanya standar kualitas, disertai sarana penunjang, dan memiliki gradasi tertentu. Buku pelajaran itu ditujukan bagi para siswa pada jenjang pendidikan tertentu. Sehingga sering kita lihat buku pelajaran untuk jenjang SD, SMP, atau SMU, dan sebagainya. Buku pelajaran biasanya ditulis atau disusun oleh para pakar atau ahli. Ahli yang dimaksud adalah yang mencerminkan kemampuan dalam bidang tertentu sesuai tuntutan isi buku yang bersangkutan. Buku pelajaran bahasa Jawa isinya adalah sejumlah kemampuan bidang kebahasaan, kemampuan bidang kesastraan, Telaah Buku Teks 16 dan kemampuan dalam bidang metode pembelajarannya. Menurut pandangan penulis, orang yang berkecimpung di dunia pengajaranlah yang lebih tepat untuk menyusun buku pelajaran tersebut. Hal ini karena ia mengetahui persis kondisi dan kebutuhan di lapangan. Buku pelajaran yang akan disusun atau ditulis juga harus relevan dengan mata pelajaran yang ada. Perubahan kurikulum terkadang menyebabkan perubahyan pula pada mata pelajaran tertentu. Pada kurikulum KBK tidak lagi kita jumpai mata pelajaran biologi maupun fisika. Kedua mata pelajaran tersebut telah digabungkan menjadi mata pelajaran sain. Demikian pula kelompok IPS tidak kita jumpai lagi mata pelajaran sejarah, ekonomi, dan geografi, yang ada pelajaran pengetahuan social. Buku-buku pelajaran yang digunakanpun harus menyesuaikan dengan mata pelajaran yang ada. Buku pelajaran harus memiliki standar kualitas tertentu. Hal ini berkaitan dengan mutu pengguna, yaitu para siswa. Siswa yang diberi buku pelajaran yang berkualitas tentunya akan menjadi lebih optimal dalam pengembangan kemampuannya. Demikian pula sebaliknya. Kriteria kualitas buku pelajaran dari waktu ke waktu selalu mengalami perubahan. Perubahan itu erat hubungannya dengan bagaimana proses distribusi buku itu dilakukan. Kalau dahulu pengadaan dan distribusi buku pelajaran dimonopoli oleh Negara. Penulis dan penerbit sudah ditentukan. Pada masnya hal ini sangat cocok, namun kemudian tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman. Kemudian pihak swasta diberi kesempatan ikut berpartisipasi dalam pengadaan buku-buku pelajaran. Bagai cendawan di musim penghujan, penulis dan penerbit swasta banyak bermunculan. Hal ini dapat menggairahkan dunia perbukuan khususnya buku pelajaran. Telaah Buku Teks 17 Lama-kelamaan akibat negatif dari sistem ini mulai muncul, yaitu mutu buku pelajaran semakin menurun. Untuk mengatasi hal tersebut pemerintah memberlakukan sistem baru yaitu buku yang akan diterbitkan harus dinilaidiseleksi oleh pemerintah dalam hal ini depdiknas khususnya pusat perbukuan. Buku yang lolos seleksi dapat diperbanyak, sedangkan yang tidak lolos diberi kesempatan untuk diperbaiki. Selanjutnya dapat didaftarkan kembali untuk dapat lolos seleksi. Setelah melalui proses seleksi buku pelajaran tersebut sah untuk digunakan di sekolah-sekolah. Proses ini sangat mujarab mengatasi permasalahan rendahnya kualitas buku pelajaran. Seiring kemajuan teknologi, buku pelajaran dituntut berpenampilan menarik baik dari segi pewarnaan, kualitas kertas, disain, serta sarana pelengkap yang dapat disertakan dalam buku. Tentu saja hal ini membuat harga buku lebih mahal. Hal ini pula yang pada akhirnya banyak dikeluhkan masyarakat. Tudingan mahalnya buku segera dijawab pemerintah dengan menggulirkan cara baru dalam pengadaan buku pelajaran. Pada akhirnya pemerintah membeli hak cetak dan hak publikasi terhadap buku-buku yang telah lolos seleksi. Selanjutnya pemerintah menyebarluaskan buku-buku pelajaran yang telah lolos dan dibeli melalui internet. Satu sisi memang dapat menekan tingginya harga buku, pada sisi lain masih banyak ditemui kendala ketika akan mengunduh buku-buku tersebut dari internet. Sekolah yang memiliki jaringan internet masih sedikit, selain itu sumber daya manusianya juga belum banyak yang melek teknologi ini. Lebih lanjut buku pelajaran itu pelu disertai sarana penunjang yang memadai. Sebagus apapun buku pelajaran masih banyak memiliki kekurangan. Untuk meminimalkan kekurangan yang ada sebaiknya penerbitpengarang menyertakan sarana penunjang. Sebagai contoh, buku pelajaran bahasa Jawa harusnya diberi penunjang kaset atau CD untuk pembelajaran aspek menyimak. Telaah Buku Teks 18 Pelajaran pengetahuan social disertai peta yang standar, buku pelajaran matematika disertai diagram, bangun-bangun tertentu dan sebagainya. Selain itu yang mencirikan buku teks adalah adanya gradasi atau penjenjangan tertentu. Buku pelajaran yang digunakan di sekolah merupakan buku yang disusun secara berkelanjutan. Buku pelajaran untuk kelas 7 akan dilanjutkan dengan buku untuk kelas 8, dan kelas 9. Hal ini membuat penggunaan buku tersebut hanya pada kelas tertentu.

B. Fungsi Buku Pelajaran