C. Keterbatasan Buku Pelajaran
Pada bagian sebelumnya telah diuraikan bahwa buku pelajaran memiliki keunggulan-keunggulan. Keunggulan ini menjadikan buku
pelajaran berperan penting dalam dunia persekolahan. Bagai tak ada gading yang tak retak, demikian buku pelajaran, disamping
sejumlah keunggulan juga memiliki beberapa keterbatasan. Dengan hadirnya buku pegangan untuk guru maupun buku kerja untuk siswa
adalah hal yang nyata bahwa buku pelajaran masih banyak keterbatasan. Ada hal-hal yang tidak dapat dimunculkan dalam buku
pelajaran. Keterbatasan ini disebabkan oleh berbagai hal baik dari dalam diri buku pelajaran maupun dari luar buku tersebut.
Apa saja keterbatasan-keterbatasan suatu buku pelajaran? Green dan Petty dalam Tarigan 1986:26 telah mengidentifikasi
keterbatasan buku pelajaran. Keterbatasan-keterbatasan itu antara lain seperti di bawah ini.
1. Buku pelajaran itu sendiri tidaklah dapat mengajar
walaupun beberapa kegiatan belajar dapat dicapai dengan membacanya, tetapi merupakan suatu sarana penunjang saja.
Buku pelajaran tidak pernah dapat menggantikan fungsi guru secara total. Memang dalam batas-batas tertentu kegiatan belajar
terlaksana dan tercapai melalui tuntunan yang ada dalam buku pelajaran, namun hal itu tidaklah lengkap. Apalagi bila kita sadari
bahwa pengajaran itu bersifat situasional. Buku pelajaran jelas tidak dapat mengikuti dan menyesuaikan diri dengan setiap
situasi. Di sinilah kelebihan guru, ia dapat membaca situasi dan menyesuaikan diri dengan tuntutan situasi. Buku pelajaran
tidaklah mengajar, yang mengajar adalah guru. 2.
Isi yang disajikan sebagai perangkat-perangkat
pembelajaran direkayasa sesuai dengan kelas-kelas tertentu. Isi atau bahan yang disajikan dalam buku pelajaran sebenarnya
Telaah Buku Teks 21
dipoadu secara artificial buatan, dibuat-buat agar mendekati situasi yang sebenarnya bagi kelas-kelas tertentu. Sebagai
contoh percakapan dalam pengajaran bahasa. Contoh yang dimuat dalam buku pelajaran bukan kleadaan yang sebenarnya,
tetapi rekayasa biasa. Keadaan akan lain jika guru sendiri yang menyajikan. Guru dapat dengan mudah memberikan contoh
yang nyata, misalnya percakapan antara dua siswa, dan sebagainya.
3. Latihan dan tugas agaknya kurang memadai karena
keterbatasan-keterbatasan dalam hal ukuran buku pelajaran. Dari segi teori mungkin buku pelajaran tidak menunjukkan
kekurangan, tetapi dalam praktik sangat kurang. Latihan yang menjadi tuntutan pelajaran tidak hanya dalam bentuk tertulis,
namun lebih banyak dilaksanakan secara perbuatan. Terlebih lagi latihan untuk keterampilan berbahasa. Hal ini hanya mungkin
apabila diawasi, dipimpin oleh guru secara langsung. 4.
Sarana-sarana pengajaran juga sangat sedikit dan singkat karena keterbatan ruang dan tempat yang tersedia. Buku
pelajaran terbatas dalam ruang atau halaman. Hal ini menyebabkan petunjuk, saran, contoh, ilustrasi pengajaran
dinyatakan dengan sesingkat mungkin pula. Sedangkan kenyataannya diberi petunjuk dan saran serta saran dan ilustrasi
yang banyak pun belum tentu menjamin pembelajaran berjalan lancer, apalagi dengan segala keterbatasan. Yang jelas
demonstrasi langsung tdak dapat ditunjukan langsung oleh buku pelajaran, tetapi dapat dilakukan oleh guru yang terlatih.
5. Latihan-latihan yang terdapat dalam buku pelajaran
hanyalah bersifat sugestif dan tidak mengevaluasi keseluruhan aspek secara tuntas. Evaluasi yang tercantum dalam buku
pelajaran tidak mungkin sempurna, menyeluruh, dan meyakinkan karena sifatnya yang sugestif. Evaluasi yang disusun,
Telaah Buku Teks 22
dilaksanakan, diawasi, dan dimonitoring guru secara langsung hasilnya lebih dapat diandalkan.
D. Jenis-jenis Buku Pelajaran