konversi hutan telah menyebabkan kerusakan hutan yang berakibat karbon tersimpan dalam biomassa hutan terlepas ke atmosfer dan kemampuan bumi untuk
menyerap CO
2
dari udara melalui fotosintesis hutan berkurang sehingga terjadi gangguan keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer. Hal ini terjadi karena
adanya peningkatan gas-gas rumah kaca seperti karbondioksida CO
2
, metana CH
4
, dan nitrogen oksida N
2
O. Untuk menurunkan dampak dari pemanasan atau perubahan iklim global
diperlukan sebuah upaya mitigasi berupa upaya untuk menstabilkan konsentrasi CO di atmosfer. Upaya tersebut dilakukan dengan cara melakukan penanaman
jenis tanaman berkayu pada areal-areal hutan dan lahan yang terdegradasi. Selain itu, diperlukan kegiatan yang dapat mengkuantifikasi pertumbuhan tegakan dan
simpanan karbon dalam hutan maupun lahan yang terdegradasi tersebut dimana hasilnya dapat menjadi pertimbangan dalam kebijakan manajemen pengelolaan
hutan. Salah satu cara adalah dengan melakukan pengukuran karbon yang tersimpan pada tanaman untuk mengetahui kemampuan tanaman dalam menyerap
CO dan menyimpannya ke dalam organ-organ pohon daun, cabang, batang, dan akar.
2.2. Ekosistem Hutan
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan komponen-komponen lingkungannya
seperti komponen biotik yaitu binatang, tetumbuhan, dan mikroba dan komponen abiotik yaitu tanah, air, udara, sinar matahari, dan lain sebagainya yang berupa
medium atau substrat untuk berlangsungnya kehidupan. Menurut Setiadi 1983, komponen biotik dari suatu ekosistem dapat meliputi senyawa dari elemen
inorganik misalnya tanah, air, kalsium, oksigen, karbonat, fosfat, dan berbagai ikatan senyawa organik. Dengan kata lain, ekosistem hutan sangat penting bagi
makhluk hidup baik di dalam maupun di luar hutan. Karena keterikatan dan kesinambungan antara komponen yang satu dengan komponen lainnya dalam
keberlangsungan hidupnya. Untuk itu, Salah satu cara untuk menjaga stabilitas ekosistem hutan adalah dengan mengukur setiap komponen lingkungan sehingga
dapat mengetahui perkembangan dari ekosistem hutan tersebut. Jika data yang diperoleh setiap komponen kriterianya baik, maka ekosistem hutan tersebut baik.
Sebaliknya, jika data yang diperoleh setiap komponen kriterianya buruk, maka ekosistem hutan tersebut buruk. Oleh karena itu, dengan data tersebut nantinya
diperlukan upaya pengelolaan hutan yang lestari. Berdasarkan keadaan tumbuhan hutan, ekosistem hutan terbagi atas 4
empat yaitu: a. Hutan lebat atau hutan rapat closed forest
Menurut Bruenig 1996 dalam Suhendang 2002, hutan lebat merupakan sebidang lahan yang tertutup oleh pohon-pohon yang membentuk total penutupan
tajuk pohon lebih dari 10 dari total luas permukaan tanah, biasanya diukur oleh rasio antara luas total proyeksi tajuk tehadap luas permukaan tanahnya.
b. Hutan terbuka atau hutan jarang open forest Menurut Bruenig 1996 dalam Suhendang 2002, hutan terbuka
merupakan sebidang lahan yang tertutup oleh pohon-pohon yang membentuk hutan dengan penutupan tajuk pohon secara keseluruhan kurang dari 10 dari
total luas permukaan tanah, biasanya diukur oleh rasio antara luas total proyeksi tajuk terhadap luas permukaan tanahnya.
c. Hutan primer primary forest Menurut Bruenig 1996 dalam Suhendang 2002, hutan primer
merupakan hutan yang belum pernah mendapatkan gangguan manusia, atau telah mendapatkan sedikit gangguan untuk keperluan berburu, berkumpul, dan
penebangan pohon secara individu, bukan tegakan, untuk mengambil buah atau kemenyan yang dampak kerusakannya tidak cukup berarti, sehingga hutan
tersebut, secara alami, mampu kembali kepada keadaan mula-mula dalam hal struktur, fungsi dan dinamikanya.
d. Hutan sekunder secondary forest Menurut Bruenig 1996 dalam Suhendang 2002, hutan sekunder
merupakan hutan yang tumbuh melalui suksesi sekunder alami pada lahan hutan yang telah mengalami gangguan yang berat, seperti lahan bekas perladangan
berpindah atau untuk pertanian menetap, peternakan dan pertambangan. Hutan sekunder terdapat dimana-mana. Hal ini dikarenakan banyaknya
izin usaha untuk mengelola hutan baik Hutan Tanaman Industri HTI, Hak Pengelolaan Hutan HPH, pertambangan, peternakan, dan lainnya. Tidak hanya
itu, hutan sekunder juga bisa terbentuk karena bencana alam, seperti letusan gunung berapi.
2.3. Potensi Biomassa dan Simpanan Karbon