II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Peranan Hutan dan Perubahan Iklim
Berdasarkan Undang-undang RI No. 41 tahun 1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Menurut Arief 1994 dalam Indriyanto 2006,
hutan adalah masyarakat tetumbuhan dan binatang yang hidup dalam lapisan dan di permukaan tanah dan terletak pada suatu kawasan, serta membentuk suatu
kesatuan ekosistem yang berbeda dalam kesinambungan dinamis. Dengan kata lain, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem yang erat kaitannya dengan
proses alam yang memiliki peranan kompleks dalam menjaga stabilitas terhadap komponen-komponen penyusun ekosistem.
Peranan kompleks terhadap hutan tidak hanya skala mikro, akan tetapi sudah menjadi skala makro atau isu internasional. Peranan hutan menyangkut
fungsi ekologis, ekonomis, dan sosial. Menurut Daniel et al. 1992 dalam Bakri 2009, peranan dan fungsi hutan antara lain sebagai pengembangan dan
penyediaan atmosfir yang baik dengan komponen oksigen yang stabil, produksi bahan bakar fosil batubara, pengembangan dan proteksi lapisan tanah, produksi
air bersih dan proteksi daerah aliran sungai terhadap sungai, penyediaan habitat dan makanan untuk binatang, serangga, ikan, dan burung, penyediaan material
bangunan, bahan bakar dan hasil hutan, dan manfaat penting lainnya seperti nilai estetis, rekreasi, kondisi alam asli, dan taman. Selain itu, peranan hutan lainnya
yang harus diperhatikan adalah stabilitas iklim global. Hutan dengan manajemen pengelolaan baik, maka stabilitas iklim akan baik juga. Begitu sebaliknya, jika
hutan tidak diurus dengan baik maka stabilitas iklim tidak baik atau yang sering dikatakan dengan perubahan iklim global.
Berkaitan dengan perubahan iklim ini, kehutanan juga mempunyai peranan penting karena hutan dapat menjadi sumber emisi karbon source dan
juga dapat menjadi penyerap karbon dan menyimpannya sink. Hutan melalui proses fotosintesis mengabsorbsi CO
2
dan menyimpannya sebagai materi organik dalam biomassa tanaman. Ketika terjadi kebakaran hutan, penebangan liar, dan
konversi hutan telah menyebabkan kerusakan hutan yang berakibat karbon tersimpan dalam biomassa hutan terlepas ke atmosfer dan kemampuan bumi untuk
menyerap CO
2
dari udara melalui fotosintesis hutan berkurang sehingga terjadi gangguan keseimbangan energi antara bumi dan atmosfer. Hal ini terjadi karena
adanya peningkatan gas-gas rumah kaca seperti karbondioksida CO
2
, metana CH
4
, dan nitrogen oksida N
2
O. Untuk menurunkan dampak dari pemanasan atau perubahan iklim global
diperlukan sebuah upaya mitigasi berupa upaya untuk menstabilkan konsentrasi CO di atmosfer. Upaya tersebut dilakukan dengan cara melakukan penanaman
jenis tanaman berkayu pada areal-areal hutan dan lahan yang terdegradasi. Selain itu, diperlukan kegiatan yang dapat mengkuantifikasi pertumbuhan tegakan dan
simpanan karbon dalam hutan maupun lahan yang terdegradasi tersebut dimana hasilnya dapat menjadi pertimbangan dalam kebijakan manajemen pengelolaan
hutan. Salah satu cara adalah dengan melakukan pengukuran karbon yang tersimpan pada tanaman untuk mengetahui kemampuan tanaman dalam menyerap
CO dan menyimpannya ke dalam organ-organ pohon daun, cabang, batang, dan akar.
2.2. Ekosistem Hutan