nilai-nilai yang merupakan kombinasi antara nilai-nilai universal yang berbasis humanisme dan nilai-nilai pencapaian achievement values dengan nilai-nilai
lokal. Modal sosial yang berbasis pada ideologi pancasila merupakan bentuk modal sosial yang perlu dikembangkan bersama-sama guna membangun
masyarakat Indonesia yang partisipatif, kokoh, terus bergerak, kreatif, kompak, dan yang menghormati manusia lain.
Modal sosial memiliki unsur-unsur penopang, diantaranya adalah sebagai berikut: 1 Social participation. Social participation berarti partisipasi sosial
anggota masyarakat. Pada masyarakat tradisional, hal ini melekat dalam perayaan kelahiran, perkawinan, kematian, 2 Reciprocity atau timbal balik, yaitu saling
membantu dengan memperhatikan keseimbangan antara kepentingan orang lain dan kepentingan diri sendiri. Dengan demikian hubungan yang terjadi
menyangkut hak dan tanggung jawab, 3 Trust atau kepercayaan, 4 Acceptance and diversity atau penerimaan atas keberagaman, yaitu adanya toleransi yang
memperhatikan sikap dan tindak-tanduk serta perilaku yang saling hormat- menghormati, saling pengertian, dan apresiasi di antara lingkungan, 5 Norma
dan nilai, Norma dan nilai merupakan value system yang akan berkembang menjadi suatu budaya, 6 Sense of efficacy atau perasaan berharga, yaitu
timbulnya rasa percaya diri dengan memberikan penghargaan kepada setiap orang, dan 7 Cooperation and proactivity atau kerjasama dan proaktif. Dalam
kaitannya dengan modal sosial, kerjasama harus terus bergerak serta dituntut kreatif dan aktif Djohan, 2007.
2.1.5. Konsep Dampak Program CSR
Jalal 2010 mengemukakan bahwasanya praktik-praktik bisnis yang dilakukan oleh banyak perusahaan di Indonesia dalam berhubungan dengan
masyarakat yang tinggal di sekitarnya belum dapat dibilang memadai, tampaknya kesimpulan itu tidak akan ditolak. Pertanyaan penting berkaitan dengan kondisi
itu adalah bagaimana cara untuk mengetahui bahwa sebuah program pengembangan masyarakat oleh perusahaan telah dapat dianggap memadai.
Jawaban tersebut sebenarnnya ada pada fungsi indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan akan menjadi sangat penting manakala perusahaan hendak
mengetahui kinerja program pengembangan masyarakatnya, atau hendak menyusun rencana strategik yang menginginkan tingkat kinerja tertentu. Menurut
Jalal 2010, kepentingan utama perusahaan tentu saja adalah untuk mempertanggungjawabkan
investasi sosial
yang telah
dikeluarkannya. Pengeluaran untuk program pengembangan masyarakat hendak dinyatakan
sebagai investasi, maka perusahaan harus diyakinkan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkannya sesungguhnya memang menguntungkan perusahaan. Meskipun
demikian, seiring berjalannya waktu, paradigma perusahaan terus berubah dan cara pandang perusahaan terhadap orientasi pelaksanaan community development
itu sendiri pun terus berkembang. Min-Dong Paul Lee 2008 melakukan studi khusus terkait bagaimana
jejak dan perkembangan mengenai teori tanggung jawab sosial perusahaan diulas secara detail dalam jurnalnya yang berjudul “A Review of the Theories of
Corporate Social Responsibility: Its Evolutionary Path and the Road Ahead ”.
Studi ini ditujukan untuk menunjukkan jejak evolusioner konseptual dari teori- teori tanggung jawab sosial perusahaan CSR dan untuk melihat refleksi
implikasinya terhadap
pembangunan. Restropeksi
menunjukkan bahwa
perkembangan tren telah menjadi sebuah rasionalisasi progresif dari konsep dengan sebuah fokus tertentu dalam ikatan lebih kuat terhadap tujuan finansial
perusahaan. Rasionalisasi mencakup dua termin besar konseptualisasi CSR. Pertama adalah pada level analisis, dimana peneliti-peniliti harus berpindah dari
diskusi pada tataran pengaruh makro sosial menjadi analisis level organisasional dari pengaruh CSR terhadap keuntungan profit. Kedua, pada tataran orientasi
teoritis, para peneliti telah berpindah dari argumen normatif eksplisit dan argumen yang berorientasi etika menjadi normative implicit dan studi manajerial
berorientasi performakiprah. Dalam melihat sejauhmana konseptualisasi tersebut terus berkembang sejalan dengan pengimplementasian program-program CSR
oleh perusahaankorporasi, aspek dampak impact penting untuk dikaji sebagai bagian dari evaluasi implementasi program.
Telah banyak upaya dilakukan oleh berbagai pihak di dunia untuk menstimulasi pelibatan aktif masyarakat, bagaimana membangun kemitraan baik
untuk mengatur hubungan dengan masyarakat dan lingkungan. Jurnal Reporting
on Community Impacts: A survey conducted by the Global Reporting Initiative, menambahkan bahwa peningkatan terjadi ketika upaya tersebut disusun secara
strategis dan dikaitkan dengan kerangka internasional seperti halnya Millenium Development Goals MDGs Dragicevic, 2008. Pada waktu yang sama,
pertumbuhan atau peningkatan yang terjadi memperkuat pemahaman mengenai dampak dari kegiatan bisnis terhadap masyarakat dan lingkungan. Ada
peningkatan kepentingan
dari stakeholders
kepada perusahaan
untuk mengklarifikasi dan mendemonstrasikan dampaknya. Bagaimanapun juga,
berdasarkan sebuah penelitian terkait dampak dari CSR pada perusahaan besar agar mampu melihat dampak secara umum, kasus bisnis, sikap bisnis, kesadaran
dan praktik seharusnya juga mengetahui secara baik kebiasaan stakeholder, tetapi upaya untuk mengklarifikasi dampak pada hubungan terhadap manusia. Oleh
karena itu, saat ini makin maraknya tren terhadap kepentingan yang lebih dari sebuah perusahaan dan stakeholder nya untuk mengukur hasil dan memahami
bagaimana CSR dapat memberikan nilai baik bagi perusahaan maupun bagi komunitas.
GRI Global
Reporting Initiative
sebagai sebuah
jaringan multistakeholder yang mendukung pembangunan kesepakatan untuk membentuk
dan secara berkelanjutan meningkatkan keberlanjutan kerangka kerja pelaporan. Dimana,
GRI berinisiatif untuk melakukan penelitian berkaitan dengan pencapaian pemahaman yang lebih baik mengenai praktik tertentu dalam
pelaporan, jenis informasi, pola mencakup sektor dan lokasi geografis sejalan dengan panduan dari GRI. University of Hongkong bersama GRI dan CSR Asia
mengadakan penelitian untuk memahami pelaporan mengenai dampak perusahaan. Dragicevic 2008 memaparkan bahwa dalam survei yang dilakukan
oleh Global Reporting Initiative terdapat lima pertanyaan fundamental terkait pengukuran terhadap aspek dampak, yakni apakah terdapat aspek-aspek tertentu
dari CSR seperti dampak secara mudah dapat diukur. Ini adalah asumsi yang dibuat secara luas dan sejalan penelitian Blowfield yang berpandangan bahwa
“CSR Reports overall are better at covering environmental issues than social ones, and are only beginning to pay attention to companies
” Dragicevic, 2008. Pengukuran dampak dari perusahaan kepada komunitas bukan merupakan tugas