23
A = berat sampel sebelum fermentasi g
B = berat sampel setelah fermentasi g
BKs = bahan kering sebelum fermentasi
BKf = bahan kering setelah fermentasi
3.6 Kehilangan Bahan Organik
Kehilangan bahan organik ditentukan dengan menimbang bahan sebelum fermentasi dan setelah fermentasi, kemudian nilai bahan organik didapatkan dari
100 - abu . Besaran kehilangan bahan organik dihitung dengan formula sebagai berikut :
Kehilangan BO g = A x BKs x BOs – B x BKf x BOf A x BKs x BOs – B x BKf x BOf
Kehilangan BO = -------------------------------------------- x 100 A x BKs x BOs
A = berat sampel sebelum fermentasi g
B = berat sampel setelah fermentasi g
BKs = bahan kering sebelum fermentasi
BOs = bahan organik sebelum fermentasi
BKf = bahan kering setelah fermentasi
BOf = bahan organik setelah fermentasi
3.7 Penentuan Protein Kasar
Diukur dengan menggunakan metoda Kjeldahl AOAC 1980. Sampel ditimbang 0,3 g kemudian ditambahkan katalis selenium 1,5 gram, lalu dimasukkan ke dalam tabung
Kjehdal dan ditambahkan H
2
SO
4
pekat 20 ml. Selanjutnya didestruksi hingga warnanya hijau kekuningan jernih, dan dinginkan selama 15 menit baru ditambahkan 300 ml
aquadest, dan didinginkan kembali. Setelah dingin ditambahkan NaOH 40 teknis 100ml, kemudian didestilasi. Hasil destilasi ditampung dengan 10ml H
2
SO
4
0,1 N yang sudah ditambahkan 3 tetes indikator campuran Methylen Blue dan Methylen Red.
Selanjutnya dititrasi dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi perubahan dari warna ungu menjadi biru-kehijauan. Penetapan blanko dengan cara: 10 ml
H
2
SO
4
0,1 N ditambah indikator PP, dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N. Karena protein rata-rata mengandung
24
16 Nitrogen, maka 100 : 16 = 6,25 dipakai untuk mendapatkan nilai protein kasar Protein kasar = N x 6,25.
Perhitungan : ml blanko – ml sampel x N NaOH x 14 x 6,25
Protein = ----------------------------------------------------- x 100 Berat sampel mg
3. 8 Penentuan Serat Kasar
Penentuan serat kasar dilakukan dengan analisis proksimat. Sample ditimbang sebanyak 1 gram x, dimasukkan dalam gelas piala, kemudian dimasukkan ke
dalam Heater Extract. Lalu ditambahkan 50 ml H
2
SO
4
0,3 N dan dimasak selama 30 menit, kemudian ditambahkan 25 ml NaOH 15 N dan dimasak kembali selama
30 menit. Selanjutnya kertas saring disiapkan yang telah dipanaskan terlebih dahulu dalam oven pada suhu 105
o
C selama 1 jam a. Kemudian cairan disaring dengan menggunakan kertas saring a yang diletakkan dalam corong Buchner.
Penyaringan dilakukan dengan labu pengisap yang dihubungkan dengan pompa vacum. Kemudian dicuci berturut-turut menggunakan air panas 50 ml, H
2
SO
4
0,3 N 50 ml, air panas 50 ml, dan terakhir aseton 25 ml. Setelah selesai kertas saring
beserta isi dimasukkan ke dalam cawan porselen selanjutnya dikeringkan dalam oven 105
o
C selama 1 jam. Kemudian diangkat dan didinginkan dalam desikator lalu ditimbang Y, selanjutnya dimasukkan ke dalam tanur 600
o
Serat Deterjen Netral NDF ditentukan dengan Van Soest 1963. Penetapan ini untuk memisahkan fraksi yang larut dalam pereaksi NDF dan yang
tidak larut. Serat NDF merupakan fraksi yang tidak larut. Fraksi yang tidak larut tidak dapat dihidrolisis oleh pereaksi NDF, sehingga serat akan terpisah dan dapat
ditentukan kadarnya dengan disaring, dikeringkan, kemudian ditimbang. C selama 6 jam.
Selanjutnya diangkat dan dinginkan dalam desikator dan ditimbang Z . Perhitungan:
Y – Z – a Serat Kasar = ---------------- x 100
X
3. 9 Penentuan Serat Deterjen Netral NDF
25
Metodenya diuraikan berikut ini, sebanyak 0,5 g sampel ditambah 60 ml larutan NDF dimasukkan ke dalam gelas piala ukuran 600 ml. Selanjutnya
dipanaskan dalam penangas listrik sampai mendidih. Kemudian didestruksi selama 60 menit pada suhu 220
C. Campuran dituang ke dalam cawan masir yang sudah diketahui bobotnya W
1
. Sampel disaring dan dicuci dengan air panas sampai tidak berbusa lagi lalu dibilas dengan aseton. Cawan dikeringkan dalam
oven dengan suhu 105 C selama satu malam. Cawan didinginkan dalam desikator
dan ditimbang sebagai W
2
. c-b
NDF = ------- x 100 a
3.10 Penentuan Serat Deterjen Asam ADF