Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Serat Kasar Bungkil Inti Sawit oleh

37 hari. Sedangkan kandungan serat kasar bungkil inti sawit yang difermentasi dengan koktail mikroba menurun hingga 16,7. Hal ini mengindikasikan bila kedua mikroba yaitu bakteri B. amyloliquefaciens dan kapang T. harzianum dikombinasikan pada teknologi fermentasi maka akan menunjukkan hasil yang lebih baik daripada yang tidak dikombinasikan. Berikut ini akan diuraikan pengaruh lama fermentasi terhadap kandungan serat kasar oleh masing-masing mikroba secara analisis regresi.

4.3.1 Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Serat Kasar Bungkil Inti Sawit oleh

B. amyloliquifacien

Hasil perhitungan statistik regresi untuk kadar serat kasar yang difermentasi dengan B. amyloliquifacien menunjukkan penurunan yang bersifat linear dengan persamaan Y=14,28-0,21X dengan koefisien korelasi 0,99 seiring dengan lama inkubasi Gambar 13. Turunnya serat kasar merupakan hasil Tabel 5. Analisis regresi kadar serat kasar yang difermentasi dengan mikroba selama masa inkubasi 0,3,5, dan 7 hari. Jenis mikroba r r 2 SE P B. amyloliquefacien 0,995 0,99 0,07 0,05 T. harzianum 0,969 0,94 0,17 0,05 Koktail mikroba 0,964 0,93 0,33 0,05 aktivitas enzim yang terdapat pada B. amyloliquefaciens, kenaikan aktivitas enzim diikuti dengan penurunan kadar serat hasil aktivitas hidrolisis enzim. Lynd et al. 2002 melaporkan genus Bacillus mampu mendegradasi selulosa, karena memiliki enzim selulolitik endo-1,4-ß-glucanase Hidayat 2005 yang berperan mendegradasi selulosa tersebut. Pada onggok yang difermentasi dengan B. amyloliquefaciens diperoleh penurunan kandungan serat kasar sebesar 32 dan peningkatan kandungan protein kasar sebesar 360 Wizna et al. 2008b. 38 Gambar 13. Analisis regresi kadar serat kasar pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan B. amyloliquefaciens Keterangan: SKBA=kadar serat kasar dengan perlakuan B. amyloliquefaciens Fermentasi bungkil inti sawit dengan koktail mikroba menunjukkan penurunan dari 14,27 menjadi 12,81 sekitar 10. Penurunan serat kasar oleh B. amyloliquefacien tersebut lebih rendah dibandingkan pada empulur sagu. Hal ini disebabkan B. amyloliquefacien dicampur dengan isi rumen untuk fermentasi empulur sagu, sedangkan isi rumen berisi meraneka ragam mikroba yang dapat berperan mendegradasi serat, sehingga menghasilkan penurunan serat yang lebih besar dari fermentasi bungkil inti sawit oleh B. amyloliquefacien saja. Turunnya serat kasar pada bungkil inti sawit diakibatkan enzim selulase yang diproduksi oleh bakteri B. amyloliquefaciens. Seperti telah diuraikan di atas serat kasar terhidrolisis oleh enzim endo- β-glukanase, 1,4-β-D-glukan glukanohidrolase, CMCase, dimana Cx memutus secara random rantai selulosa yang terdiri dari glukosa dan selo-oligosakarida. Sedangkan Ekso- β-glukanase, 1,4- β -D-glukan selobiohidrolase, aviselase, dan C1 menyerang bagian luar selulosa pada ujung non-reduksi dengan selobiosa sebagai struktur utama. Kemudian β-glukosidase, selobiase menghidrolisis selobiosa menjadi glukosa Spano 1975. Dengan demikian enzim yang diproduksi B. amyloliquefaciens dapat mendegradasi serat kasar menjadi glukosa pada bungkil inti sawit, sehingga bungkil inti sawit terfermentasi dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk bahan pakan unggas. 14,27 13,70 13,13 12,81 12 13 14 15 16 1 2 3 4 5 6 7 8 9 S er at ka sar Lama Inkubasi hari SKBA Predicted SKBA Y = 14,28 - 0,21X 39 4.3.2 Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Serat Kasar Bungkil Inti Sawit oleh

T. harzianum

Hasil perhitungan statistik regresi untuk kadar serat kasar yang difermentasi dengan T. harzianum menunjukkan penurunan yang bersifat linear dengan persamaan Y=14,15-0,18X dengan koefisien korelasi 0,94 Gambar 14. Turunnya serat kasar merupakan hasil aktivitas enzim Endo-beta-glukanase pada Trichoderma harzianum yang memotong rantai dalam polisakarida Wizna et al. 2005. Gambar 14. Analisis regresi kadar serat kasar pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan T. harzianum Keterangan : SKTRI=kadar serat kasar dengan perlakuan T. harzianum Turunnya serat kasar pada bungkil inti sawit diakibatkan aktivitas enzim selulase mendegradasi selulosa yang diproduksi oleh kapang T. harzianum. Proses penurunan ini telah diuraikan di atas, dimana serat kasar terhidrolisis oleh enzim endo- β-glukanase, 1,4-β-D-glukan glukanohidrolase, CMCase, dimana Cx memutus secara random rantai selulosa yang terdiri dari glukosa dan selo- oligosakarida. Dengan demikian enzim yang diproduksi T. harzianum dapat mendegradasi serat kasar menjadi glukosa pada bungkil inti sawit. 14,15 13,62 13,27 12,92 11 12 13 14 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 S er at K asar Lama Inkubasi hari Y=14,15-0,18X SKTRI Predicted SKTRI 40 Diantara berbagai spesies Trichoderma terdapat kemiripan satu dengan yang lain akan tetapi T. harzianum merupakan spesies yang terbaik dalam merombak selulosa jika dibandingkan dengan spesies lainnya seperti T. viride, Trichoderma ressei, Trichoderma koningii dan Trichoderma glaukum Rifai 1969; Chalal 1985; Well 1986 . Fati 1997 melaporkan bahwa fermentasi dedak padi dengan kapang Trichoderma harzianum mampu menurunkan serat kasar dari 18,90 menjadi 12,81 . Sedangkan pada bungkil inti sawit T. harzianum menurunkan serat kasar dari 14,15 menjadi 12,19 . Rendahnya penurunan serat kasar oleh T. harzianum pada bungkil inti sawit terfermentasi diindikasikan perkembangan massa mikroba sedikit, sehingga produksi enzim selulase juga sedikit, dengan sendirinya selulosa yang terdegradasi rendah. 4.3.3 Pengaruh lama fermentasi terhadap kandungan serat kasar bungkil inti sawit yang difermentasi oleh koktail mikroba Hasil perhitungan statistik regresi untuk kadar serat kasar yang difermentasi dengan koktail mikroba nyata P0,05 menunjukkan penurunan yang bersifat linear dengan persamaan Y=14,18-0,32X dengan koefisien korelasi 0.93 seiring dengan lama inkubasi Gambar 15. Turunnya serat kasar pada bungkil inti sawit menunjukkan bahwa bakteri B. amyloliquefaciens dan kapang T. harzianum memiliki sinergi yang positif dalam mendegradasi serat kasar pada bungkil inti sawit. Disamping enzim selulase yang diproduksi oleh bakteri B. amyloliquefaciens juga memproduksi enzim selulolitik endo-1,4-ß-glukanase Hidayat 2005. Pada bungkil inti sawit serat kasar dihidrolisis oleh enzim endo- β- glukanase, CMCase, yang diproduksi oleh T. harzianum, dimana Cx memutus secara random rantai selulosa yang terdiri dari glukosa dan selo-oligosakarida Spano 1975. Sedangkan Ekso- β-glukanase yang diproduksi B. amyloliquefaciens , 1,4- β -D-glukan selobiohidrolase, aviselase, dan C1 menyerang bagian luar selulosa pada ujung non-reduksi dengan selobiosa sebagai struktur utama. Kemudian β-glukosidase, selobiase menghidrolisis selobiosa menjadi glukosa. Turunnya serat kasar bungkil inti sawit terfermentasi oleh 41 koktail mikroba menunjukkan adanya assosiasi positif antara B. amyloliquefaciens dan Gambar 15. Analisis regresi kadar serat kasar pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan koktail mikroba. Keterangan : SKBATRI=kadar serat kasar dengan perlakuan koktail mikroba 4.4 Pengaruh Fermentasi Terhadap Kandungan Protein Kasar Bungkil Inti Sawit T. harzianum dalam mendegradasi selulase. Secara statistik dengan rancangan acak lengkap pola faktorial, kandungan protein kasar dari bungkil inti sawit setelah fermentasi disajikan pada Tabel 6. Kenaikan protein bungkil inti sawit pada inkubasi 3 hari tidak berbeda nyata diantara ketiga perlakuan jenis mikroba. Tapi pada inkubasi 5 hari peningkatan protein bungkil inti sawit tertinggi pada perlakuan T. harzianum 28,02 ± 0,34, disusul koktail mikroba 26,92 ± 1,65, kemudian B. amyloliquefacien 25,49 ± 0,75. Namun pada ikubasi 7 hari tidak ada perbedaan diantara perlakuan jenis mikroba. Lamanya fermentasi 0-7 hari bungkil inti sawit menunjukkan peningkatan protein dari 21,95 ± 0,10 menjadi 28,54 ± 0,30 pada perlakuan B. Amyloliquefacien , dari 23,00 ± 0,42 menjadi 28,54 ± 0,30 pada perlakuan T. harzianum , dan pada perlakuan koktail mikroba dari 21,66 menjadi 28,68 Tabel 7. Peningkatan protein pada bungkil inti sawit terfermentasi oleh ketiga perlakuan jenis mikroba hanya 24-32, jauh lebih kecil dari penelitian sebelumnya yaitu 14,19 menjadi 36,43 Sinurat et al. 1996; Supriyati et al. 13,98 13,42 12,79 11,64 8 10 12 14 16 1 2 3 4 5 6 7 8 S er at K asar Lama Inkubasi hari Y=14,18-0,32X SKBATRI Predicted SKBATRI 42 1998. Perbedaan ini disebabkan adanya penambahan mineral pada penelitian sebelumya. Pada percobaan ini sama sekali tidak menambahkan mineral pada saat fermentasi, hanya bahan baku dan mikroba saja. Pada percobaan sebelumnya, proses fermentasi dilakukan dengan menambahkan urea, MgSO 4 , ZA, KCl, NaH 2 PO 4 , FeSO 4 untuk memperoleh pertumbuhan mikroba yang optimal. Tabel 6. Kandungan kadar protein kasar bungkil inti sawit selama Fermentasi . ________________ Jenis Mikroba___________________ Lama fermentasi B. amyloliquefacien T. harzianum Koktail mikroba hari 0 21,95 ± 0,10 23,00 ± 0,42 21,66 ± 0,99 3 23,81 ± 0,24 24,17 ± 0,60 24,08 ± 0,40 5 25,49 ± 0,75 28,02 ± 0,34 26,92 ± 1,65 7 28,54 ± 0,30 28,54 ± 0,30 28,68 ± 1,36 Secara statistik setelah fermentasi selama 7 hari tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara ketiga perlakuan jenis mikroba. Data menunjukkan kandungan protein kasar tertinggi terlihat pada BIS yang difermentasi oleh koktail mikroba 28,68 namun tidak berbeda nyata dengan yang difermentasi oleh B. amyloliquifacien 28,54 dan T. harzianum 28,54. Hal ini menunjukkan aktivitas enzim pemecah protein tidak berbeda antara T. harzianum dengan B. amyloliquifacien. Peningkatan protein yang diperoleh berasal dari asimilasi anorgaik N urea dan ZA=NH 4 2 SO 4 menjadi protein oleh mikroba. Pada percobaan ini, unsur anorganik N tidak ditambahkan, sehingga tidak akan terjadi asimilasi protein. Peningkatan protein yang terjadi karena menurunnya kadar dari unsur-unsur lainnya, dan juga disebabkan hilangnya bahan kering selama fermentasi. Berikut ini akan diuraikan pengaruh lama fermentasi terhadap kandungan protein kasar secara analisis regresi pada masing-masing mikroba. 43

4.4.1 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Protein Bungkil Inti Sawit oleh