Latar Belakang Physicochemical Evaluation of Palm Kernel Meal Fermented by Microbes Cocktail

1 I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia, Malaysia, dan Nigeria merupakan 3 negara di dunia yang memproduksi 84 minyak kelapa sawit. Indonesia merupakan negara terbesar dalam menghasilkan kelapa sawit. Luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2005 sekitar 5.000.000 hektar dengan total produksi crude palm oil CPO sekitar 14.500.000 ton LRPI 2006. Dari kelapa sawit diperoleh 2 jenis minyak yaitu minyak kelapa sawit CPO dan minyak inti sawit PKOpalm kernel oil. Pada pengolahan CPO diperoleh hasil ikutan berupa serat buah sekitar 1,5-3,5 tonha tanamantahun dan lumpur minyak sawit sekitar 3-6 tonha tanamantahun. Pada pengolahan PKO diperoleh bungkil inti sawit sekitar 0,3-0,6 tonha tanamantahun, Sindu 1999 Gambar 1. Bungkil inti sawit palm kernel cakemeal merupakan hasil ikutan pada proses pemisahan minyak inti sawit yang diperoleh secara kimiawi ekstraksi atau dengan proses fisik expeller. Bungkil inti sawit BIS mengandung kadar protein 15,73-17,19 lemak 9,5-10,5, dan serat kasar 12-18 Chong et al. 1998; Mathius et al. 2005. Dengan komposisi nutrien tersebut BIS berpotensi sebagai bahan pakan, baik untuk ruminansia karena mempunyai rumen, sehingga mampu mendegradasi serat. Sedangkan untuk monogastrik seperti ayam menjadi suatu masalah karena kandungan serat kasarnya yang tinggi. Bagi monogastrik untuk memperbaiki nilai nutrisi bungkil inti sawit tersebut kadar serat kasar diturunkan dan kadar protein ditingkatkan. Fermentasi dengan menggunakan koktail mikroba kombinasi antara bakteri Fermentasi merupakan proses pemecahan Bacillus amyloliquefaciens dan kapang Trichoderma harzianum merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki nilai nutrisi bungkil inti sawit. Supriyati et al. 1998 melaporkan peningkatan kadar protein terjadi pada bungkil inti sawit dari 14,19 menjadi 25,06 setelah difermentasi dengan menggunakan A. niger NRRL 337. senyawa organik menjadi senyawa yang lebih sederhana yang melibatkan mikroorganisme baik kapang maupun bakteri. Teknologi fermentasi dapat memperbaiki kandungan nutrien 2 pada substrat limbah agroindustri. Pada substrat lumpur sawit protein meningkat setelah fermentasi dari 11,94 menjadi 22,59 dengan menggunakan Aspergillus niger sebagai inokulum Pasaribu et al. 1998. Selain A. niger kemungkinan penggunaan mikroba lain seperti Bacillus amyloliquifacien dan Trichoderma harzianum atau koktail mikroba bisa dimanfaatkan untuk mendegradasi dan meningkatkan protein. Koktail mikroba adalah campuran beberapa mikroba yang diramu menjadi satu Schwan 1998, dalam penelitian ini yang dicampur adalah Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi fisikokimia bahan pakan bungkil inti sawit yang difermentasi dengan menggunakan koktail mikroba kombinasi antara Bacillus amyloliquefaciens dan Trichoderma harzianum. Bacillus amyloliquifacien dan Trichoderma harzianum. Penggabungan dua mikroba ini didasarkan atas peran enzim Ekso-beta-glukanase dari Bacillus amyloliquefaciens yang memotong rantai luar polisakarida dan enzim Endo-beta-glukanase pada Trichoderma harzianum yang memotong rantai dalam polisakarida Wizna et al. 2005. Diharapkan teknologi fermentasi dengan menggunakan koktail mikroba dapat menurunkan kadar serat kasar dan meningkatkan protein bungkil inti sawit. Sehingga produknya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif pada unggas.

1.2 Tujuan Penelitian