6
menjadi asam amino, lemak terurai menjadi asam lemak, sehingga mempunyai daya cerna yang lebih tinggi dan meningkatnya kandungan vitamin, terutama
golongan vitamin B. Disamping menghasilkan hidrolisat siap serap, fermentasi juga menghasilkan biomasa mikroba yang bernilai tinggi Buckle et al. 1987;
Muchtadi 1989. Menurut jenis medianya proses fermentasi dibagi menjadi tiga yaitu fermentasi medium padat, dimana mediumnya tidak larut bentuk padat,
tapi cukup lembab untuk kebutuhan hidup mikroba dengan kadar air 12 –60. Fermentasi medium semi padat merupakan medium yang tidak larut, kelembaban
cukup dengan kadar air 65 –80. Fermentasi medium cair adalah medium cair
dengan substrat larut dan atau tidak larut dengan kadar air 80 Stansbury et
al . 1997
Komposisi media dan kondisi lingkungan merupakan faktor yang sangat penting untuk proses fermentasi. Jenis media ada yang komplek dan sintetik
media mineral, dimana sekecil apapun modifikasi media dapat merubah stabilitas sel, kualitas produk, dan proses fermentasi. Secara umum dalam media
fermentasi mengandung makronutrien berupa karbon C, hidrogen H, nitrogen N, Sulfur S, dan Fosfat P , dan magnesium Mg yang berasal dari air, gula-
gula, lemak, asam amino, dan garam mineral. Sedangkan mikronutrien yang dibutuhkan adalah trace element FeSO
4
.7H
2
O; CuSO
4
.5H
2
O; H
3
BO
3
; MnSO
4
.4H
2
O; ZnSO
4
.7H
2
O; Na
2
MoO
4
; CaCl.2H
2
O; CoCl
2
.6H
2
O dan vitamin. Makro dan mikronutrien dibutuhkan mikroorganisme untuk memperoleh energi,
pertumbuhan, perkembangan, dan biosintesa produk-produk metabolisme .
2.2.1 Media Fermentasi
Klein et al
. 2004 . Demikian juga bakteri Bacillus amyloliquifacien dan kapang
Trichoderma harzianum membutuhkan media yang mengandung makro dan
mikronutrien. Dilihat dari komposisi kimia, bungkil inti sawit bisa menjadi substrat untuk Bacillus amyloliquifacien dan Trichoderma harzianum karena
mengandung karbohidrat sebagai sumber karbon dan protein sebagai sumber nitrogen, kalsium dan fosfor sebagai sumber mineral.
7
2.2.2 Fermentasi Media Padat
Fermentasi media padat merupakan proses fermentasi dimana medium yang digunakan tidak larut tetapi cukup mengandung air untuk keperluan
mikroorganisme sedangkan fermentasi medium cair adalah proses yang substratnya larut atau tersuspensi di dalam fase cair Klein et al. 2004.
Basillus dapat hidup secara obligat aerob atau fakultatif anaerob dan positif mempunyai enzim katalase
Dalam melakukan fermentasi pada prinsipnya adalah pengaturan kondisi pertumbuhan
optimum mikroorganisme, sehingga dapat mencapai dan menghasilkan laju pertumbuhan yang maksimal. Faktor yang perlu diperhatikan dalam proses
fermentasi adalah jenis substrat, mikroorganisme, dan kondisi fisik pertumbuhan. Ketiga faktor tersebut berpengaruh terhadap massa dan komposisi sel
Tannenbaum 1985. Keuntungan penggunaan medium padat antara lain: 1 tidak memerlukan tambahan lain kecuali air, 2 persiapan inokulum lebih sederhana, 3
dapat menghasilkan produk dengan kepekatan tinggi; 4 kontrol terhadap kontaminan lebih mudah, 5 kondisi medium mendekati keadaan tempat tumbuh
alamiah, 6 produktifitas tinggi, 7 aerasi optimum, 8 tidak diperlukan kontrol pH maupun suhu yang teliti. Dalam menyiapkan proses fermentasi medium padat
perlu memperhatikan beberapa faktor yaitu : sifat substrat terutama yang berhubungan dengan derajat kristalisarasi dan derajat polimerisasi, sifat
mikroorganisme karena masing-masing mikroorganisme mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memecah komponen substrat untuk keperluan
metabolismenya, kinetika metabolisme dan kinetika enzim. Bungkil inti sawit termasuk substrat atau media padat yang memiliki partikel dengan permukaan
sempit, sehingga mudah untuk dimasuki air maupun oksigen. Dengan fisik tersebut maka tidak sulit untuk menjadi media pertumbuhan kapang maupun
bakteri disamping kandungan nutrient bungkil yang sudah tersedia.
2.3 Koktail Mikroba 2.3.1