43
4.4.1 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Protein Bungkil Inti Sawit oleh
B. amyloliquifacien
Analisis regresi pada perlakuan B. amyloliquefaciens pada fermentasi bungkil inti sawit menunjukkan peningkatan protein bersifat linear
Y=21,52+0,91X mengikuti lama inkubasi, semakin lama inkubasi maka kandungan protein semakin meningkat Gambar 16. Hasil analisis menunjukkan
bahwa lama fermentasi berpengaruh terhadap kandungan protein. Besarnya nilai pengaruh tersebut dilihat dari koefisien relasi r
2
yaitu 0,95 Tabel 7. B. amyloliquefaciens
pada fermentasi campuran empulur sagu dan isi rumen mampu meningkatkan protein 42 dengan temperature 40
o
C selama 9 hari Wizna et al. 2008a. Sedangkan peningkatan protein pada bungkil inti sawit
dengan B. amyloliquefaciens menunjukkan nilai yang lebih kecil yaitu 21,52 menjadi 27,92 sekitar 22. Hal ini diindikasikan fermentasi empulur sagu
dilakukan dengan B. amyloliquefaciens dan isi rumen, dengan demikian jumlah jenis mikroba yang tersedia lebih banyak, sehingga akan meningkatkan
kandungan protein empulur. Sedangkan fermentasi pada bungkil inti sawit hanya dilakukan dengan satu jenis mikroba yaitu B. amyloliquefaciens, hal ini
menyebabkan peningkatan protein tidak sebesar pada fermentasi empulur sagu.
Tabel 7. Analisis regresi kadar protein kasar yang difermentasi dengan mikroba selama masa inkubasi 0,3,5, dan 7 hari.
Jenis mikroba
r r
2
SE P
B. amyloliquifacien 0,97
0,95 0,76
0,05 T. harzianum
0,89 0,79
1,34 0,05 Koktail mikroba
0,99 0,99 0,42 0,05
Peningkatan protein sesungguhnya berasal dari mikroba, karena secara absolut protein digunakan oleh mikroba untuk kebutuhan metabolisme dan pertumbuhan,
dan secara relatif meningkat.
44
Gambar 16. Analisis regresi kadar protein pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan B. amyloliquefaciens
Keterangan : PRBA=kadar protein kasar dengan perlakuan B. amyloliquefaciens
4.4.2 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Protein Bungkil Inti Sawit yang Difermentasi oleh
T. harzianum
Analisis regresi pada perlakuan T. harzianum pada fermentasi bungkil inti sawit menunjukkan peningkatan protein bersifat linear Y=22,9+0,7X mengikuti
lama inkubasi, semakin lama inkubasi maka kandungan protein semakin meningkat Gambar 17. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa lama
fermentasi nyata P0,05 berpengaruh nyata terhadap kandungan protein. Besarnya nilai pengaruh tersebut dilihat dari koefisien relasi r
2
yaitu 0,94 Tabel 7. Pada analisis regresi menunjukkan, protein kasar pada bungkil inti sawit yang
difermentasi dengan T. harzianum meningkat dari 23,00 menjadi 28,02 21,8 dengan lama inkubasi 0 hingga 7 hari.
Trichoderma harzianum mempunyai kemampuan meningkatkan protein
bahan pakan dan bahan berselulosa. Fermentasi dedak padi dengan kapang Trichoderma harzianum
meningkatkan protein kasar dari 8,74 menjadi 14,66 40,4 Fati 1997. Peningkatan protein pada bungkil inti sawit lebih rendah bila
dibandingka dengan dedak padi terfermentasi oleh Trichoderma harzianum. Perbedaan ini diindikasikan pada saat fermentasi bungkil inti sawit dengan
menggunakan inokulum Trichoderma harzianum tidak ditambahkan mineral,
21,52 24,26
26,09 27,92
20 22
24 26
28 30
1 2
3 4
5 6
7 8
P rot
ein
Lama inkubasi hari
PRBA Rataan PRBA
Y=21,52 + 0,91X
45
Gambar 17. Analisis regresi kadar protein pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan T. harzianum
Keterangan:PRTRI=kadar protein kasar dengan perlakuan T. harzianum
sedangkan pada fermentasi dedak ditambahkan mineral sebagai sumber protein dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap kandungan protein bungkil inti
sawit tersebut. Rendahnya peningkatan protein tersebut karena protein hanya bersumber dari kapang T.harzianum. Hariyum 1986 melaporkan. kapang
mempunyai kandungan rendah protein, dan asam nukleatnya hanya 5
dibandingkan bakteri dan ragi masing-masing 8-16 and 6-12.
4.4.3
Analisis regresi pada perlakuan koktail pada fermentasi bungkil inti sawit menunjukkan peningkatan protein bersifat linear Y=21,47+1,03X mengikuti
lama inkubasi, semakin lama inkubasi maka kandungan protein semakin meningkat Gambar 18. Hasil analisis menunjukkan bahwa lama fermentasi
nyata P0,05 berpengaruh terhadap kandungan protein. Besarnya nilai pengaruh tersebut dilihat dari koefisien relasi r
Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Protein Bungkil Inti Sawit yang Difermentasi oleh Koktail Mikroba
2
yaitu 0,99 Tabel 7. Pada analisis statistik dengan rancangan acak lengkap pola faktorial, protein kasar menunjukkan
peningkatan dari 0 hingga 7 yaitu dari 21,66 menjadi 28,68 . Kenaikan protein pada bungkil inti sawit yang difermentasi dengan koktail mikroba disarikan pada
23,00 24,17
28,02 27,24
20 22
24 26
28 30
1 2
3 4
5 6
7 8
P rot
ein
Lama inkubasi hari
Y=22,9+0,7X
PRTRI Predicted PRTRI
46
Tabel 6. Peningkatan protein pada substrat padat berasal asam nukleat dari kapang itu sendiri yang dapat memberikan kontribusi N. Bakteri juga memberi kontribusi
yang sama dimana dinding sel bakteri mengandung peptidoglikan glikoprotein. Dengan demikian koktail mikroba dapat meningkatkan kandungan protein bungkil
inti sawit melalui proses fermentasi.
Gambar 18. Analisis regresi kadar protein kasar pada bungkil inti sawit yang dengan koktail mikroba
Keterangan : PRBATRI=kadar protein kasar dengan perlakuan koktail mikroba
Hasil analisis protein tertinggi dan serat kasar terendah pada ketiga perlakuan jenis mikroba, didapatkan pada fermentasi dengan perlakuan koktail
mikroba. Dengan demikian dilanjutkan dengan analisis lemak, abu, acid detergent fiber
ADF, neutral detergent fiber NDF, asam amino, dan aktivitas selulase serta mananase.
4.5 Perubahan Komposisi Kimia Bungkil Inti Sawit yang Difermentasi dengan Koktail Mikroba