Habitat Kajian Ekopnomi dan Ekologi Pemanfaatan Ekosistem Mangrove Pesisir Tongke Tongke Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan

Karakteristik Hutan Mangrove a. Zonasi Hutan Mangrove Jenis-jenis pohon mangrove cenderung tumbuh dalam zona-zona atau jalur- jalur. Berdasarkan hal tersebut, hutan mangrove dapat dibagi kedalam beberapa mintakat Zona, yaitu Sonneratia, avicennia yang menjorok ke laut, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops dan asosiasi Nypa. Pembagian zona tersebut mulai dari yang paling kuat mengalami pengaruh angin dan ombak, yakni zone terdepan yang digenangi air berkadar garam tinggi dan ditumbuhi pohon pioner misalnya Sonneratia, Sp. dan di tanah lebih padat tumbuh Avicennia. Makin dekat ke darat makin tinggi letak tanah dan dengan melalui beberapa zone peralihan akhirnya sampailah pada bentuk klimaks. Pada endapan seperti lumpur yang kokoh, lebih umum terdapat Avicennia marina, sedang pada lumpur yang lebih lunak diduduki Avicennia alba. Dibelakang zone-zone ini Bruguiera cylindrica tercampur dengan Rhizophora apiculata, R.. mucronata, B. Parviflora, dan Xylocarpus granatum yang puncak tajuknya dapat mencapai 35-40 meter. Hutan mangrove yang paling jauh dari laut sering merupakan tegakan murni. Zonasi tersebut berbeda dari suatu tempat ke tempat lainnya tergantung dari keadaan tempatnya Hadi et al., 2001.

b. Habitat

Sebagai daerah peralihan antara laut dan darat ekosistem mangrove mempunyai gradien sifat lingkungan yang tajam. Pasang surut air laut menyebabkan terjadinya pergoyangan beberapa faktor lingkungan yang besar, terutama suhu dan salinitas. Karena itu hanya jenis-jenis tumbuhan dan binatang yang memiliki toleransi yang besar terhadap perubahan ekstrim faktor-faktor fisik itu dapat bertahan dan berkembang di hutan mangrove. Kenyataaan ini menyebabkan keanekaragaman jenis biota mangrove kecil saja, akan tetapi kepadatan populasi masing-masing jenis umumnya besar Murachman et al., 2000. Meskipun habitat hutan mangrove bersifat khusus, setiap jenis biota laut di dalamnya mempunyai kisaran ekologi tersendiri dan masing-masing mempunyai relung khusus, hal ini menyebabkan terbentuknya berbagai macam komunitas dan bahkan zonasi, sehingga komposisi jenis berbeda dari satu tempat ke tempat lain. Faktor utama yang mengakibatkan adanya “Ecological Preference” berbagai jenis adalah kombinasi faktor-faktor tersebut berikut ini : 1. Tipe tanah Keras atau lembek, kandungan pasir dan liat dalam berbagai perbandingan 2. Salinitas Variasi harian dan nilai rata-rata pertahun secara kasar sebanding dengan frekuensi, kedalaman dan jangka waktu genangan. 3. Ketahanan jenis terhadap arus dan ombak 4. Kombinasi perkecambahan dan pertumbuhan semai dalam hubungannya dengan amplitudo ekologi jenis-jenis terhadap tiga faktor di atas Santoso dalam Hadi et al., 2001. Fungsi Ekologis Hutan mangrove Fungsi ekologis hutan mangrove Bengen, 2001b : • Sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung pantai dan abrasi, penahan lumpur dan perangkap sedimen yang diangkut oleh aliran air permukaan. • Sebagai penghasil sejumlah detritus, terutama yang berasal dari daun dan dahan pohon mangrove yang rontok. Sebagian dari detritus ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan bagi para pemakan detritus, dan sebagian lagi diuraikan secara bakterial menjadi mineral-mineral hara yang berperan dalam penyuburan perairan. • Sebagai daerah asuhan nursery ground, daerah mencari makanan feeding ground dan daerah pemijahan spawning ground bermacam biota perairan ikan, udang, kerang-kerangan, dsb baik yang hidup di perairan pantai maupun lepas pantai. Pemanfaatan Hutan Mangrove a. Arang Jenis tumbuhan mangrove yang baik untuk bahan baku arang adalah dari anggota famili Rhizophoraceae Rhizophora apiculata, Rhizophora mucronata, Bruguiera gymnorrhiza. Di Asia arang kayu mangrove terkenal dengan kualitasnya yang bagus setelah oak Jepang dan arang onshu Cina. Produksi arang mangrove Indonesia pada tahun 1998 kira-kira 330.000 ton, sebagian besar di ekspor ke jepang dan Taiwan melalui Malaysia dan Singapura. Harga FOB ekspor arang yaitu : US 1.00010 ton, sedangkan harga pasar lokal cukup bervariasi Rp.350,- sampai Rp. 400,-kg Batu Ampar- Kalimantan barat. Jumlah ekspor arang mangrove pada tahun 1993 adalah 83.000.000 Kg dengan harga US 13.000.000 Rp. 105.214.000,- Santoso dalam Hadi et al., 2001

b. Kayu Bakar