ketersediaan air untuk pengairan tambak dengan salinitas yang sesuai. Sumber air yang digunakan untuk tambak harus tersedia sepanjang tahun baik air tawar
maupun air laut. Parameter lain yang ikut berperan dalam ketersediaan air untuk tambak
adalah jarak dari sungai yang berkaitan dengan ketersediaan air tawar, tetapi untuk lokasi penelitian hal ini tidak menjadi faktor yang sangat menentukan
karena salinitas air yang diperoleh dari laut telah memenuhi kriteria budidaya tambak.
Sungai yang berpotensi sebagai sumber air tawar untuk kebutuhan budidaya adalah sungai Salo Baringang. Sungai ini masih dipengaruhi oleh
pasang surut, sehingga airnya bisa berfungsi ganda, yaitu sebagai sumber air tawar sekaligus sebagai sumber air asin pada waktu pasang.
Dari sumber air yang ada di lokasi penelitian sampai saat ini belum ada yang berpotensi mencemari areal pertambakan, tapi yang perlu mendapatkan
perhatian adalah adanya sisa pakan dan kotoran udangikan yang dibuang melalui saluran dan masuk kembali ke dalam tambak pada saat pemasukan air pasang bila
air yang dibuang tersebut belum sampai terbuang ke laut, sehingga masuk kembali ke dalam tambak. Selain itu sumber pencemaran yang berasal dari air sawah pada
waktu pemberantasan hama, terutama pada petak-petak tambak yang berdekatan dengan persawahan. Oleh karena itu perlu dilakukan penataan dan pengaturan air
tambak.
b. Kualitas Air Tambak
Banyak faktor yang mempengaruhi daya dukung tambak salah satu diantaranya adalah kualitas air tambak. Kualitas air tambak sangat penting dan
menentukan keberhasilan budidaya udang maupun ikan. Kualitas air tambak dapat berpengaruh positif atau negatif, berpengaruh positif bila kualitas air masih
dalam kisaran nilai kandungan yang masih dapat diterima oleh tubuh udang atau ikan, sedangkan pengaruh negatif terjadi bila kualitas air tersebut di luar kisaran
ambang batas dari yang dapat diterima oleh udang atau ikan. Kualitas air dapat dijadikan salah satu parameter dalam penentuan tingkat
kelayakan atau kesesuaian tambak.
Dalam pembangunan ekonomi di wilayah pesisir diperlukan input dari ekosistem seperti tanah, air dan lain sebaginya yang akan menghasilkan output
berupa barang dan jasa serta eksternalitas yang dilepaskan ke ekosistem. Dengan demikian ekosistem kualitas air dan pH tanah tambak akan mempengaruhi
manfaat dan biaya usaha budidaya ikan dan udang di tambak. Kualitas air dan pH tanah tambak sangat dipengaruhi oleh kualitas air di
luar tambak. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap kegiatan budidaya ikanudang adalah limbah yang berasal dari kegiatan pertanian di lahan atas,
seperti budidaya tanaman pangan padi dan palawija. Dalam kegiatan tersebut tidak terlepas dari penggunaan bahan kimia berupa pestisida dan insektisida.
Kondisi ini dapat dipastikan akan berpengaruh negatif terhadap kegiatan budidaya ikanudang, karena areal pertambakan berada di wilayah pesisir hilir berbatasan
langsung dengan areal pertanian yang berada diatasnya hulu. Hasil analisis faktorial diskriminan menunjukkan adanya perbedaan sangat
nyata
α
=0,01 pada kualitas air antara tambak di kawasan mangrove DK1, Tambak Parit Silvofishery DK2, dan tambak darat DK3 Lampiran 2..
Variabel yang paling mengkarakteristikkan perbedaan adalah DO, Amoniak NH
3
, Derajat keasaman pH, dan Suhu. Oksigen Terlarut DO dalam air sangat menentukan kehidupan udang dan
ikan dalam budidaya, karena rendahnya kadar oksigen terlarut dapat berpengaruh terhadap fungsi biologis dan lambatnya pertumbuhan, bahkan dapat
mengakibatkan kematian. Fungsi oksigen di dalam tambak selain untuk pernapasan organisme, juga untuk mengoksidasi bahan organik yang ada di dasar
tambak. Dari hasil analisis diskriminan diperoleh oksigen terlarut sangat
berpengaruh nyata terhadap kualitas air tambak Lampiran 5, dimana DO DK1
lebih berpengaruh dibanding DO DK2 dan DO DK2 lebih berpengaruh dibanding DO DK3 Lampiran 6. DO yang diperoleh masih dalam batas toleransi
kehidupan udangikan yang dipelihara dalam tambak, karena DO dalam air yang baik untuk kehidupan udang dan ikan tidak boleh kurang dari 3 ppm, bahkan
untuk budidaya intensif dengan padat penyebaran 300.000 ekor per Ha kandungan oksigen yang optimal berkisar antara 5 sampai 10 ppm Direktorat Jenderal
Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Daerah Tingkat 1 Sulawesi- Selatan, 1998.
NH
3
pada DK1 lebih berpengaruh dibanding NH
3
pada DK2 dan NH
3
pada DK2 lebih berpengaruh dibanding NH
3
pada DK3. Namun konsentrasi NH
3
yang terdapat pada ketiga 3 jenis tambak tersebut sudah bersifat racunberbahaya bagi udangikan karena kandungan NH
3
dalam air maksimal 0,002 ppm. Adanya konsentrasi NH
3
yang tinggi sangat wajar karena pengaturan air tidak dilakukan secara baik untuk menjaga kualitas air dalam tambak, dengan cara mengganti air
yang baru. Penggantian air ini sangat penting untuk meningkatkan kandungan oksigen dan menghilangkan bahan-bahan beracun.
pH air dari ketiga 3 jenis tambak tersebut berpengaruh sangat nyata Lampiran 5, tetapi karena rendah sehingga kurang layak untuk usaha budidaya
udang walaupun masih dalam batas kisaran yang dapat ditolerir oleh bandeng. Berdasarkan Keputusan Menteri KLH Nomor : 02MEN-KLH1988 tentang baku
mutu air laut untuk budidaya perikanan pH berkisar antara 6-9. Sedangkan pH untuk budidaya udang berkisar antara 7,5 – 8,7 dengan optimum 8,0 – 8,5
Poernomo, 1992. Rendahnya pH air tambak pada lokasi penelitian disebabkan oleh penguraian bahan organik yang terakumulasi di dasar tambak pada waktu
digunakan untuk budidaya sebelumnya terutama pada tambak silvofishery, sehingga terjadi pelepasan ion H
+
yang akan mempengaruhi derajat keasaman air tambak. Untuk meningkatkan pH dapat dilakukan dengan cara 1 pembuangan
bahan organik yang terdapat di dasar tambak khususnya pada pelataran tambak, karena selama ini yang dikeruk hanya paritcaren sedangkan pelataran tidak
pernah dikeruk, 2 penggantian air sesering mungkin, 3 budidaya ikan, sehingga bahan organik yang ada pada dasar tambak menjadi sumber makanan ikan, dan 4
pengapuran. Suhu berpengaruh sangat nyata terhadap kualitas air pada ketiga 3 jenis
tambak yang dimaksud Lampiran 5. Suhu air tersebut masih dalam batas toleransi dimana suhu yang dapat diterima untuk kehidupan udang berkisar antara
18 C sampai 35
C sedangkan suhu optimal berkisar antara 25 C sampai 30
C Direktorat Jenderal Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Provinsi Daerah
Tingkat I Provinsi Sulawesi Selatan, 1998. Suhu pada DK1 dan DK2 lebih
rendah dibandingkan pada suhu DK3 Lampiran 6 karena kedua jenis tambak
tersebut berada pada kawasan mangrove dimana pohon-pohon mangrove menghalangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke permukaan air tambak.
Kualitas Tanah
Berdasarkan hasil pengamatan secara visual menunjukkan bahwa sifat tanah masih homogen baik pada areal tambak, areal mangrove maupun pada areal
dekat pemukiman. Vegetasi yang tumbuh di pesisir Tongke-Tongke didominasi oleh tumbuhan mangrove. Warna tanah kelihatan agak hitam kecoklatan dan
tidak berbau busuk, serta tanah agak kompok atau padat. Menurut Direktorat Jenderal Pengairan Dinas Pekerjaan Umum Pengairan
Provinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan 1998, bahwa parameter yang sangat berpengaruh terhadap kualitas tanah adalah tekstur tanah, pH, dan kesuburan
tanah.
a. Tekstur Tanah