Nilai Manfaat Pilihan Nilai Manfaat Keberadaan Existance Value

Dimana: Y = Produksi udang kg X = Luasan hutan mangrove Ha Luas hutan mangrove di kawasan pesisir Tongke-Tongke adalah 34,78 ha, dari luas tersebut dapat diperoleh produksi udang yang dihasilkan yaitu sebesar 16,298 kgtahun. Apabila dikalikan dengan harga jual pakan udang dan kebutuhan pakan untuk 1 kg udang, maka diperoleh nilai manfaat tidak langsung hutan mangrove sebagai penyedia pakan. Apabila harga pakan udang di Sinjai rata-rata Rp. 1.500,- kg, dimana kebutuhan pakan udang untuk setiap1 kg adalah 1,5 kg, maka nilai manfaat tidak langsung hutan mangrove sebagai penyedia pakan adalah Rp. 366.711th. Sehingga dari kedua hasil analisis tersebut diperoleh nilai manfaat tidak langsung hutan mangrove pesisir Tongke-Tongke adalah sebesar Rp. 4.434.816.711th Lampiran 17.

c. Nilai Manfaat Pilihan

Manfaat pilihan ekosistem hutan mangrove di kawasan pesisir Tongke- Tongke menggunakan pendekatan nilai manfaat dari keanekaragaman Biodiversity. Manfaat pilihan ini adalah nilai dari keanekaragaman hayati biodiversity dari ekosistem mangrove seperti yang dikemukakan oleh Ruitenbeek 1991, bahwa nilai biodiversity hutan mangrove di Indonesia adalah US 1500km 2 tahun atau US 15hatahun. Nilai manfaat pilihan dihitung berdasarkan perubahan nilai tukar antara US dengan rupiah pada saat penelitian. Dengan nilai rata-rata Rp.8.500,-US maka diperoleh nilai manfaat pilihan ekosistem mangrove sebesar.Rp. 127.500,-hatahun. Atas dasar perhitungan ini maka manfaat pilihan bersih dari ekosistem mangrove di kawasan pesisir TongkeTongke yaitu sebesar Rp. 4.434.450,-tahun Lampiran 18.

d. Nilai Manfaat Keberadaan Existance Value

Pendekatan yang digunakan dalam menghitung manfaat keberadaan hutan mangrove di kawasan pesisir Tongke-Tongke adalah menggunakan Contingent Value Methode CVM. Pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling acak sengaja. Jumlah responden yang diambil adalah 84 orang yang dipilih berdasarkan pertimbangan klasifikasi mata pencaharian nelayan, petani tambak, penjual ikan, pedagang, dan pegawai dan lama pendidikan 12 – 17 tahun, 7 – 11 tahun, dan 0 – 6 tahun. Secara umum teknik pendekatan ini dilakukan dengan menggunakan tiga metode pertanyaan yang saling melengkapi, yaitu pertanyaan setuju atau tidak, pertanyaan terbuka dan pertanyaan pilihan. Dari hasil wawancara diketahui bahwa pengetahuan masyarakat tentang fungsi dan manfaat hutan mangrove sangat dipengaruhi oleh lama pendidikan responden yang 7 tahun keatas cenderung akan memberikan nilai keberadaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang lama pendidikannya 7 tahun kebawah. Begitu juga mata pencaharian responden juga berpengaruh terhadap pemberian nilai keberadaan hutan mangrove, dimana responden yang bermata pencaharian sebagai petani tambak dan nelayan juga cenderung memberikan nilai keberadaan yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang bermata pencaharian lain. Jawaban responden terhadap nilai manfaat hutan mangrove berkisar antara Rp. 500.000,-ha – Rp.10.000.000,-ha. Masyarakat yang lama pendidikannya 7 tahun ke atas dan bermata pencaharian nelayan dan petani tambak memberikan nilai rata-rata Rp. 3.000.000,-ha – Rp. 10.000.000,-ha. Sedangkan 5 orang responden tidak bersedia membayar atas keberadaan hutan mangrove, karena mereka berpendapat bahwa hutan mangrove di Tongke-Tongke mempunyai manfaat dan fungsi yang sangat penting sehingga tidak bisa dinilai dengan uang. Berdasarkan Lampiran 19 dapat diambil kesimpulan bahwa nilai keberadaan ekosistem mangrove rata-rata sebesar Rp. 2.917.722,-hatahun, sehingga nilai eksistensi hutan mangrove di kawasan pesisir Tongke-Tongke dengan luas 34,78 ha adalah Rp. 101.478.371th.

e. Nilai Manfaat Total Hutan mangrove