Analisis pelaksanaan mentoring dalam pengembangan konsep diri remaja pada lLembaga Ilna youth centre Bogor

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN MENTORING

DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI PELAJAR SMA PADA LEMBAGA ILNA YOUTH CENTRE BOGOR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:

Eko Endah Sulistiyowati NIM: 104052001974

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1430 H / 2009 M.


(2)

ANALISIS PELAKSANAAN MENTORING DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI PELAJAR SMA

PADA LEMBAGA ILNA YOUTH CENTRE BOGOR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Sebagai Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Disusun Oleh: Eko Endah Sulistiyowati

NIM: 104052001974

Di bawah Bimbingan

Nasichah, MA NIP. 150276298

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1430 H/ 2009 M


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul ANALISIS PELAKSANAAN MENTORING DALAM PENGEMBANGAN KONSEP DIRI REMAJA PADA LEMBAGA ILNA YOUTH CENTRE BOGOR telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 10 Maret 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I) pada program Strudi Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 10 Maret 2009

Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang, Sekretaris Sidang

Dr. Murodi, MA Hj. Musfirah Nurlaily, MA

NIP: 150254102 NIP: 150299324

Penguji

Penguji I, Penguji II

Dra.Hj. Asriati Jamil, MA Drs. M. Lutfi, MA


(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, amka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 10 Maret 2009


(5)

ABSTRAK Eko Endah Sulistiyowati

Analisis Pelaksanaan Mentoring dalam Pengembangan Konsep Diri Remaja pada Lembaga ILNA Youth Centre Bogor

Mentoring merupakan sebuah proses interaksi yang didalamnya terdapat

transfer knowledge antara seseorang mentor dengan seorang mentee yang dilandasi atas dasar kepercayaan, saling menghargai, dan mengasihi dan mentor memberikan dukungan, dorongan, bimbingan dan semangat yang bertujuan untuk membentuk pentumbuhan, perkembangan, kompetensi dan karakter mentee ke arah yang positif. Sementara konsep diri adalah cara seseorang melihat dirinya sendiri baik secara fisik, psikis dan sosial. Mengubah konsep diri seseorang bukanlah sesuatu yang mudah ada proses yang harus dilalui. Sementara konsep diri remaja cenderung berubah-ubah dan tidak konstan. Untuk itu diperlukan satu metode yang mampu menjadi mediator dalam proses pembentukan diri pelajar SMA, hal tersebut yang mendorong penulis melakukan penelitian tentang mentoring.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang proses pelaksanaan mentoring, metode mentoring dan hasil yang diperoleh selama proses pelaksanaan mentoring dalam pembentukan konsep diri pelajar SMA pada Lembaga ILNA Youth Centre Bogor. Informan terdiri dari 1 orang pengurus lembanga ILNA Youth Centre, 3 orang mentor dan 8 orang pelajar SMA kelas X, XI, dan XII. Dalam penelitian ini penulis menggungkan metode deskriptif dengan jenis penelitian kualitatif. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi yang diperoleh langsung dari sasaran penelitian maupun catatan dari sumber yang terkait dengan penelitian.

Melalui wawancara dan observasi diketahui pelaksanaan mentoring di lembaga ILNA Youth Centre terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap awal (early stage), tahap pertengahan (middle stage), tahap akhir (late stage) dengan menggunakan metode quantum teaching, quantum learning, accelerated learning, dan konseling, serta metode penyampaian materinya yaitu dengan metode ceramah, diskusi, studi kasus dan games. Dari hasil mentoring diperoleh empat aspek yang dapat membantu pelajar membentuk konsep dirinya yaitu aspek psikologi, aspek sosial, aspek spiritual dan aspek edukasi.


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Zat Yang Maha Pengasih dan Penyayang, Allah SWT atas segala ni’mat yang telah diberikan-Nya sampai detik ini yang tak terhitung jumlahnya, sehingga penulis akhirnya mampu menyelesaikan skripsi ini di tengah-tengah rutinitas yang penulis jalankan. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasullah Muhammad SAW.

Sebagai sebuah skripsi, penelitian yang dilakukan penulis merupakan sebuah langkah awal untuk mencoba membuka wawasan tentang sebuah konsep bimbingan yang mengarah kepada pembentukan pribadi remaja yang mungkin tidak hanya menjadi sekedar wacana tetapi keseriusan untuk terus berinovasi sehingga konsep bimbingan dan penyuluhan dapat digunakan secara fleksibel.

Banyak kendala yang penulis hadapi dalam proses penulisan karya ilmiah ini, namun tidak menyurutkan penulis untuk berhenti karena penulis menyadari segala kendala yang dihadapi merupakan sebuah proses yang indah yang memberikan motivasi kepada penulis. Penulis menyadari karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna dan tanpa dukungan berbagai pihak tidak akan mungkin karya tulis ini dapat selesai. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr.H. Murodi, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.


(7)

2. Kedua orang tua penulis, ibu Sutarti dan Bapak Sukar. Terima kasih atas segala pengorbanan, kesabaran dan doa yang tak pernah berhenti sampai detik ini. Khususnya untuk ibu yang tak pernah lelah menjadi tempat berbagi penulis, yang selalu menjadi penyemangat saat penulis merasa lelah dan selalu ada dalam setiap tawa dan duka penulis. Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah ibu berikan.

3. Bapak Drs. Muhammad Luthfi, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

4. Ibu Nasichah, MA, selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi penulis dengan kesabarannya memotivasi penulis dan senantiasa meluangkan waktunya selama proses penyelesaian skripsi.

5. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang tidak pernah lelah memberikan ilmunya kepada penulis hingga detik ini terutama Prof.Dr. Zakiah Daradjat dan Rochimah Imawati, M.Si yang selalu memotivasi penulis serta segenap karyawan Perpustakaan Umum UIN dan perpustakaan Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa memberikan pelayanan kepada penulis dalam pencarian referensi yang penulis butuhkan.

6. Keluarga besar Yayasan Pendidikan Islam Al-Ikhlas, Ustad Damanhuri, Ustad Rahmat Slamet Wijaya, S.Ag, Tuti Alawiyah S.Sos.I, Irma Madinah S.Sos.I atas bimbingannya selama ini dan tak pernah berhenti memotivasi penulis khususnya Agus Saiful, S.Sos.I atas semangat dan kesabarannya membantu


(8)

penulis serta Rekan-rekan guru RA Al-Ikhlas (Nurma, Maesaroh, Memey, Lina, Dilah, Wiwin) atas segala pengertiannya.

7. Pengurus lembaga ILNA Youth Centre Bogor serta rekan-rekan Mentor SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor.

8. Adik-adik tercinta, Dwi Agustina dan Puput Kartika Dewi yang selalu memberi warna tersendiri dalam hidup penulis.

9. Rekan-rekan BPI angkatan 2004 terutama Kholifah, Septi Ningrum, Nurmelilita, Samsuludin S.Sos.I atas segala motivasi, kritik dan saran yang positif untuk penulis dan selalu menjadi kekuatan bagi penulis untuk terus melangkah. Syuj’ai Shobah, Juriah, Marwa Sopa Indah, Yusi Luthfiani, Nurkholisoh S.Sos.I., Siti Yaumah, Abdullah, M. Khafid Rasyid, Ruslan Habibi S.Sos.I, Marfu’ah dan rekan-rekan BPI lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

10. Adik-adik BPI angkatan 2005 (Laily, Lia, Jefriadi, Harid, Agus, Maryanah, Ruyatna) dan BPI 2006 (Ulfatun Ni’mah, Dani, Tyo, Handi) atas kerjasamanya selama ini. Semoga tidak hanya berhenti sampai disini saja. Maria Ulfa (Emyu), Nila, Noriz, Wenti terima kasih atas semangatnya.

11. Sahabat-sahabat tercinta, Ratna Puspitasari Amd.Ak, Dini Avianti, S.Pd.I, Sri Rahayu, Amd.Mk, Sari Astuti, S.Pd., yang selalu mengingatkan penulis di saat-saat semangat penulis menurun. Heri, S.Kom., Muhammad Hafiz, S.Sos.I, (BPI Riau), Ulil, S.Sos.I. (BPI Aceh), Ana Lustiyowati (BPI Bandung), Husni Mubarok S.Sos.I., Muhammad Tahir Saleh, S.Sos.I.,


(9)

Sulaiman, Bayu Sampana, Arisman Soleh terima kasih sudah menjadi teman diskusi penulis selama ini.

Dan kepada seluruh pihak yang tidak bisa penulis tuliskan satu-persatu. Semoga Allah membalas semua kebaikan dan kita senantiasa ditunjukkan jalan oleh Allah SWT. Amiin


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Metodologi Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN TEORI A. Mentoring ... 13

1. Pengertian Mentoring ... 13

2. Sejarah dan Perkembangan Mentoring ... 17

3. Jenis-jenis Mentoring ... 23

4. Unsur-unsur Mentoring ... 25

5. Pendekatan Mentoring ... 27

6. Tahapan-tahapan dalam Mentoring ... 28

B. Konsep Diri Remaja ... 29

1. Konsep Diri ... 29

2. Remaja ... 38

BAB III PROFIL ILNA YOUTH CENTRE A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan ... 43

B. Visi dan Misi ... 44

C. Tujuan Mentoring ... 44

D. Program Kerja ... 44

E. Struktur Organisasi ... 46

BAB IV TEMUAN DAN ANALISA DATA A. Temuan Data Pelaksanaan Mentoring dalam Pembentukan Konsep Diri Pelajar SMA pada Lembaga ILNA Youth Centre Bogor ... 48

1. Identifikasi Informan ... 50

2. Waktu Pelaksanaan Mentoring ... 54

3. Materi Mentoring ... 55


(11)

5. Metode-metode Mentoring ... 58

6. Tahapan-tahapan Pelaksanaan Mentoring ... 62

B. Analisa Data Pelaksanaan Mentoring dalam Pembentukan Konsep Diri Pelajar SMA pada Lembaga ILNA Youth Centre Bogor ... 64

1. Aspek Psikologi ... 64

2. Aspek Sosial ... 64

3. Aspek Spiritual ... 65

4. Aspek Edukasi ... 65

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 67

B. Saran... 68 DAFTAR PUSTAKA


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Perkembangan Mentoring ... 22 Tabel 3.1. Daftar Mentor ... 51 Tabel 3.2. Identifikasi Mentee ... 53 Tabel 3.4. Jadual Pelaksanaan Mentoring SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6


(13)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam psikologi perkembangan masa usia sekolah menengah umum dikateorikan masa remaja. Masa ini merupakan segmen yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat.1

Menurut Erikson, Seperti yang dikutip oleh Syamsu Yusuf dalam buku

Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, masa remaja berkaitan erat dengan perkembangan “Sense of identity vs role confusion”,yaitu perasaan atau kesadaran yang menyangkut keberadaan dirinya (siapa saya ?), masa depannya (akan menjadi apa saya?), peran-peran sosialnya (apa peran saya dalam keluarga dan masyarakat, dan kehidupan beragama; mengapa harus beragama ?).2

Banyak factor yang mempengaruhi proses pencarian jati diri remaja selain factor internal ada juga factor eksternal yang turut berperan penting antara lain faktor keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan pergaulannya di luar sekolah. Pada masa ini merupakan masa transisi dimana kondisi remaja masih labil dan mudah terpengaruh apalagi di zaman modern seperti sekarang ini dengan label modernisasi sangat memudahkan remaja mengakses berbagai hal melalui kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang akhirnya dapat menjerumuskan remaja dalam perilaku yang tidak sehat.

Syamsu Yusuf LN, M.Pd., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja

(Bandung:ROSDA,1997),h.71

2Ibid


(14)

Kemampuan remaja menemukan identitas dirinya akan membantunya untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya secara positif dan mampu mengaktualisasikan dirinya dengan baik, Tapi apabila remaja gagal menemukan identitas dirinya akan mengakibatkan remaja tersebut kehilangan arah dan mengalami kekacauan peran.

Pencarian identitas diri remaja berkaitan erat dengan konsep diri remaja. Bagaimana remaja memandang dirinya sendiri membantu remaja dalam proses pencarian diri. Allah berfirman dalam al-Quran surat asy-Syamsu ayat 8-10 :

!"#

$%&

'

(

)*

+

!"#

,-.

/

01

Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu kefasikan dan ketaqwaan. Sungguh beruntung orang yang menyucikannya. Dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.”

Dalam ayat tersebut mengisyaratkan bahwa sesungguhnya dalam diri manusia itu sendiri serta lingkungan sekitarnya menilai baik maka akan terbentuk konsep diri positif dalam diri remaja tetapi sebaliknya kalau diri remaja dan lingkungannya memberikan nilai yang buruk maka akan terbentuk konsep diri yang negative dalam diri remaja tersebut.

Tidak dapat dipungkiri generasi muda (remaja) merupakan cikal bakal penerus bangsa. Suatu bangsa yang memiliki generasi yang bertakwa tentu akan menjadi bangsa yang benar. Membentuk pribadi remaja yang sehat tidaklah mudah.


(15)

Oleh karena itu pembentukan konsep diri remaja mempunyai peranan yang sangat penting untuk kemajuan bangsa, negara dan agama karena remaja diharapkan bisa berpartisipasi dalam pembangunan bangsa.

Pembentukan konsep diri remaja yang positif ini bukan hanya tanggung jawab keluarga saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab bersama untuk ikut memikirkan bagaimana caranya agar bangsa kita dapat mencetak generasi-generasi penerus yang tidak hanya sebatas canggih dalam ilmu pengetahuan tetapi juga mempunyai kepribadian yang bertakwa dan mampu bertanggungjawab terhadap dirinya sendiri.

Dan upaya tersebut telah dilakukan oleh sebuah lembaga yang konsen di bidang pembinaan dan pengembangan remaja muslim ILNA Youth Centre. Melalui program mentoring yang dijalankan lembaga tersebut menjadi salah satu upaya agar remaja mampu memahami konsep diri positif. Aktifitas lembaga tersebut membuat penulis ingin tahu lebih jauh bagaimana pelaksanaan kegiatan tersebut, metode apa yang digunakan serta hasil yang diperoleh pelajar dalam pembentukan konsep diri pelajar (remaja). Untuk itu penulis member judul skripsi ini yaitu : “Analisis Pelaksanaan Mentoring dalam Pengembangan Konsep Diri Remaja pada Lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah


(16)

Untuk memudahkan penulis agar lebih fokus melakukan penelitian, maka penulis membatasi masalah seputar proses pelaksanaan mentoring dalam pengembangan konsep diri remaja khususnya di kota Bogor yang diterapkan oleh lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre, Serta hasil yang diperoleh remaja selama mengikuti program tersebut.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalahnya adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana proses pelaksanaan mentoring dalam pengembangan konsep diri remaja pada lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor ? b. Hasil apa yang diperoleh remaja dari pelaksanaan mentoring dalam

pengembangan konsep diri remaja pada lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan mntoring dalam pengembangan konsep diri remaja yang dilaksanakan oleh lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor

b. Untuk mengetahui hasil yang diperoleh remaja melalui pelaksanaan mentoring yang dilakukan oleh lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor


(17)

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Segi akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi tentang teori mentoring bagi Fakultas Dakwah dan Komunikasi, khususnya jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam sehingga dapat dijadikansebagai bahan rujukan untuk penelitian yang akan datang.

b. Segi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan evaluasi yang positif bagi Lembaga ILNA Youth Centre dalam pembinaan pelajar mslim pada umumnya dan pembentukan konsep diri yang poitif bagi pelajar SMA khususnya.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian yaitu penelitian kualitatif. Menurut Nawawi, netode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian ( Seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain ) pada saat sekarang berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau sebaaimana adanya.3

3

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang sosial, (Jakarta: Gajah Mada Universty Press, 2005), h.63


(18)

Sedangkan penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang yang dapat diamati.4 Sementara, Jane Jane Richie berpendapat penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku persepsi, dan persoalan tentang manusia yang akan diteliti.5

Pada penelitian ini penulis bermaksud mengungkapkan fakta – fakta yang tampak di lapangan dan mendeskripsikannya secara sistematis, factual dan akurat sebagaimana adanyamengenai proses pelaksanaan mentoring dalam pembentukan konsep diripelajar SMA yang diterapkan oleh ILNA Youth Centre Bogor.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kota Bogor di bawah aungan Lembaga ILNA Youth Centre yang memfokuskan aktifitasnya di bidang pembinaan dan pengembangan kepribadian remaja muslim dari tanggal 20 Agustus 2008 – 0 Februari 2009.

3. Subyek dan Obyek Penelitian

4

Lexy J Moleong, MA., Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007), h.4


(19)

Obyek penelitian ini adalah Lembaga ILNA Youth Centre, khususnya program Mentoring ILNA Youth Centre yang ada di SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor.

Sedangkan obyek penelitiannya adalah1 orang pengurus ILNA Youth Centre, 1 orang Mentor SMA Negeri 1 Bogor, 2 orang Mentor SMA Negeri 6 Bogor dan 8 orang Mentee ( peserta mentoring ) kelas X,XI dan XI yang mengikuti pogram tersebut.

4. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data adalah subyek darimana data dapat diperoleh.6 Dalam penelitian ini yang dijadikan sumber data adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsun dari sasaran penelitian atau informan, yaitu dari pengurus ILNA Youth Centre, mentor SMA Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 6 Bogor, serta pelajar SMA kelas X, XI, dan XII yang mengikuti program mentoring.

b. Data Sekunder

Yaitu data berupa catatan dan dokumen yang diperoleh dari lembaga atau sumber media lain yang dapat menunjang kebutuhan penelitian berupa dokumen lembaga, bulletin, jurnal, dan artikel.

Prof.Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), h. 107


(20)

5. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Poerwandari dalam buku Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi menuliskan, “ wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan tertetu ”. Dalam hal ini peneliti bermaksud melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap pelaksanaan mentoring dalam pembentukan konsep diri pelajar SMA yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain. Adapun wawancara ini ditujukan kepada mentor dan pengurus ILNA Youth Centre untuk memperoleh data tentang pelaksanaan mentoring dalam pembentukan konsep diri pelajar SMA. Wawancara ini juga ditujukan kepada pelajar SMA yang mengikuti program mentoring untuk memperoleh data tentang konsep diri pelajar SMA dan manfaat dari program mentoring yang diikutinya.

b. Observasi

Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.7 Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat ini.8

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi, (Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI),h.62

Prof.Dr. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Edisi Revisi V, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2002), h. 133


(21)

Pada penelitian ini penulis mengamati langsung proses pelaksanaan mentoring dalam pementukan konsep diri pelajar SMA pada lembaga ILNA Youth Centre Bogor.

c. Dokumentasi

Dokumentasi dapa diartikan sebagai bahan tertulis, film maupun foto. Penulis menggunakan dokumentasi untuk memperoleh data yang tidak dapat diperoleh melalui hasil observasi maupun wawancara.

6. Teknik Analisa Data

Dalam melakukan teknik analisa data penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu menggambarkan data yang ada di lapangan yang diperoleh memalui hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi kemudian menetapkan masalah – masalah dan menyeleksinya, menyusun secara sistematis, selanjutnya data temuan digunakan untuk menjawab masalah penelitian.

Dalam analisisnya, teknik yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Data yang didapatkan dari wawancara, penulis melakukan percakapan

antara pewawancara dengan yang diwawancarai dalam rangka memperoleh informasi yang tepat dan objektif. Dalam hal ini penulis menggunakan bentuk wawancara bebas terpimpin.

b. Data yang didapatkan dari observasi, penulis melakukan pengumpulan datasecara akurat dengan mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek tersebut


(22)

c. Data yang didapatkan melalui dkumentasi, penulis melakukan pencarian data berupa catatan, majalah, buku, dan lain sebagainya. Adapun proses analisa data dimulai dengan :

a. Menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan sebagainya.

b. Langkah berikutnya ialah melakukan reduksi data yang dilakukan dengan melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan – pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya.

c. Menyusunnya dalam satuan – satuan. Satuan – satuan itu kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutya. Kategori – kategori itu dibuat sambil melakukan koding.

d. Tahap akhir dari analisis data ini ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data.9

7. Teknik Penulisan

Teknik penelitian ini mengacu pada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi ) yang disusun oleh UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007 yang diterbitkan CeQDA, Cet. Ke-1

Ibid, h.247


(23)

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan pustaka ke beberapa perpustakaan, yaitu Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Selama tinjauan tersebut penulis menemukan beberapa judul skripsi yang berkaitan dengan skripsi yang penulis teliti, yaitu :

1. “ Upaya Bimbingan Konseling dalam Menumbuhkan Konsep Diri Anak yang Positif di Panti asuhan Putera Asih Tangerang “, yang ditulis oleh siti Muchlisoh jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam tahun 2006. Dalam skripsi ini lebih ditekankan bagaimana upaya bimbingan dan konseling dalam menumbuhkan konsep diri yang positif pada anak auh di Panti Asuhan Putera asih Tangerang.

2. “ Mentoring Agama Islam pada Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Fikri dalam pembinaan Akhlakul Karimah Mahasiswa di Politeknik Negeri Jakarta ”, yang ditulis oleh Muhammad Iqbal jurusan Komunikasi Penyiaran Islam tahun 2007. Dalam skripsi ini mengupas tentang pembinaan akhlakul karimah mahasiswa politeknik Negeri Jakarta melalui program mentoring Agama Islam yang ada di Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Fikri.

Sedangkan judul skripsi yang penulis susun berjudul “Analisis Pelaksanaan Mentoring dalam Pengembangan Konsep Diri Remaja pada Lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor.” Belum ada yang meneliti. Dalam Penelitian ini penulis meneliti pelaksanaan mentoring yang


(24)

dilakukan oleh ILNA Youth Centre dalam pembentukan konsep diri pelajar SMA.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, yaitu pendahuluan, tinjauan teori, Profil ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor, temuan dan analisa data, dan penutup.

Bab I yaitu pendahuluan berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

Bab II tentang tinjauan teoritis menjelaskan secara teori mengenai pengertian mentoring, sejarah dan pengembangan mentoring, jenis – jenis mentoring, pendekatan mentoring, tahapan – tahapan dalam mentoring, pengertian konsep diri, proses pembentukan konsep diri, factor – factor yang mempengaruhi konsep diri, pengertian remaja,tugas perkembangan remaja dan problematika remaja.

Bab III berisi tentang profil lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor, menjelaskan kondisi obyektif lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre, meliputi : sejarah perkembangannya, visi dan misi, struktur organisasi, dan program kegiatan.

Bab IV berupa temuan dan analisa data menjawab permasalahan permasalahan yang ada dalam perumusan masalah, meliputi : proses pelaksanaan mentoring dalam pengembangan konsep diri remaja yang diterapkan oleh


(25)

lembaga ILNA (Ilman Nafi’an) Youth Centre Bogor, serta hasil yang diperoleh remaja dalam pengembangan konsep dirinya selama mengikuti program tersebut.


(26)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Mentoring

1. Pengertian Mentoring

Secara etimologi mentoring berasal dari kata dasar “mentor”.10 Dalam kamus bahasa Inggris kata mentor merupakan kata benda yang artinya “penasihat” atau “pembimbing”. Dengan demikian secara bahasa mentoring diartikan sebagai kegiatan menasihati atau membimbing.

Secara terminologi asal kata mentoring berasal dari bahasa Yunani, diambil dari tokoh “mentor” dalam kisah Odysseus yang ditulis oleh Homer, seorang pujangga Yunani.11

Selanjutnya, ada berbagai definisi mentoring dari beberapa ahli. Kasper mendefinisikan mentoring sebagai berikut:

“Mentoring is special kind of caring, supportive relationship or partnership between two people that is based on trust and respect.”12

! " # " $

% & $'(( )* )+ *

, # " " # # * # - . )

/ " " , " # * $ 0 * #" "

# " 1# " - * # * + ) , " * * *

-" - * * $ " $ 0 #* 2 )

# # " 2 - $ - $ - # * +

* *- " * # " - - * # ) / # * - # *

$ # * + - *- " *- * 0

$ - " $ - 0 ") # # * "

# * + * *- " $ * #" ) $ 0

* 0 " # * + - - + " * * " # # * $

$ * # " $ # * ) 34 0 $


(27)

(Mentoring adalah yang khusus berkaitan dengan pengawasan, hubungan yang saling mendukung atau partnership di antara dua orang yang didasarkan ada kepercayaan dan saling menghargai)

Disini Kasper menekankan bahwa mentoring merupakan satu bentuk hubungan yang khusus antara dua orang yang didasarkan pada kepercayaan dan saling menghargai.

Sementara Parsloe mendefinisikan mentoring:

“Mentoring is to support and encourage people to manage their own learning in order that they may maximize their potential, develop their skills, improve their performance and become the person they want to be.”13

(“Mentoring adalah untuk mendukung dan mendorong seseorang untuk mengatur cara belajara mereka sendiri dalam hal ini dapat memaksimalkan potensi mereka, mengembangkan kemampuan mereka, mengkreasikan penampilan mereka dan menjadi pribadi yang mereka inginkan”.)

Mentor/National Mentoring Partnership mendefinisikan mentoring sebagai bentuk hubungan yang dilandasi rasa kepercayaan yang terstruktur yang melibatkan remaja dimana proses ini menawarkan bimbingan, dukungan dan memberikan semangat yang bertujuan mengembangkan kompetensi dan karakter mentee.14

Senada dengan National Mentoring Partnership, Rhodes pun mendefinisikan mentoring sebagai berikut:

& + # 6 $ # 7 + 8 9

9 8 : * + # 3 . "' & &5 ) &)

; " $ *- &

$'(( )* ) ) "($ (* ) *

< = 4) > + # %) 6 +

38 # ' / -# ? +) & 5 ) <) " $ # *- &

$'(( )- " ) # )+ ) (- " @ A 7B8., <:$ A+ $ : CA D* E 7< ?


(28)

“…a relationship between an older, more experienced adult and an unrelated, younger protégé – a relationship in which the adult provides ongoing guidance, instruction, and encouragement aimed at developing the competence and the character of the protégé.”15

(…sebuah hubungan antara seorang yang lebih tua, seorang dewasa yang memiliki pengalaman lebih banyak dan tidak berhubungan darah dengan seorang anak muda – sebuah hubungan yang mana orang dewasa memberikan bimbingan, instruksi, dan mendorongnya dalam pengembangan kompetensi dan karakter pemuda”.)

Rhodes menambahkan, dalam hubungan tersebut tidak hanya memberi dukungan dan dorongan saja dalam membentuk pertumbuhan dan perkembangan kompentensi dan karakter mentee tetapi juga menegaskan bahwa yang memberikan mentoring tersebut merupakan seorang dewasa yang lebih berpengalaman dan tidak memiliki hubungan darah dengan yang dibimbing.

Anderson & Shannon mengartikan mentoring sebagai berikut:

“A Mentoring relationship has been defined as a nurturing process in which a more skilled or experienced person, serving as a role model, teaches, sponsors, encourages, counsels and befriends a less skilled or less experienced person.”16

(“Mentoring didefinisikan sebagai sebuah prose salami dimana seseorang yang lebih banyak memiliki kemampuan dan pengalaman melayani sebagai peran model, guru, sponsor, pendorong,konsultan dan teman kepada seseorang yang memiliki kemampuan dan pengalaman masih sedikit”.)

Hampir sama dengan definisi yang dikemukakan oleh Rhodes, Anderson & Shannon menitikberatkan kepada peran mentor selain memiliki

F) 2 2) /


(29)

pengalaman yang lebih, ia juga digambarkan sebagai role model, guru, pendukung, pendorong, konselor dan sahabat.

Menurut Merriem dalam mentoring terdapat interaksi antara seseorang yang lebih tua yang berperan sebagai mentor dengan orang yang lebih muda yang berperan sebagai mentee dan didalamnya terdapat hubungan emosional yang kuat yang nantinya akan menimbulkan saling kepercayaan, kasih sayang dan bertukar pengalaman. Dan disinilah mentor membantu

mentee untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya. 17

Jika dikaitkan dengan mntoring islam, maka mentoring islam merupakan salah satu sarana tarbiyah islamiyyah (pembinaan islami)yang didalamnya ada proses belajar. 18

Orientasi dari mentoring islam itu sendiri adalah pembentukan karakter dan kepribadian islami peserta mentoring. 19

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan mentoring merupakan sebuah proses interaksi antara seorang yang lebih tua yang berperan sebagai mentor dengan orang yang lebih muda yang berperan sebagai mentee yang tidak mempunyai hubungan darah dimana didalamnya terdapat proses pembinaan dan bimbingan dan memiliki hubungan emosional yang kuat yang dilandasi atas dasar kepercayaan, saling menghargai, dan mengasihi dan

- 6 + )<

** 7 : 7 * 2 " 3> '

/ * # & 5) ) )


(30)

mentor memberikan dukungan, dorongan, bimbingan dan semangat yang bertujuan untuk membentuk pentumbuhan, perkembangan, kompetensi dan karakter mentee ke arah yang positif.

2. Sejarah dan Perkembangan Mentoring

Pada dasawarsa yang lalu, program mentoring ditujukan untuk anak-anak dan remaja yang beresiko mendapatkan perhatian yang serius sebagai sebuah pendekatan yang menjanjikan untuk memperkaya kehidupan anak-anak dan remaja, orang dewasa memusatkan perhatian pada kebutuhan mereka dalam bentuk hubungan yang positif dan menyediakan one-on-one support serta advokasi bagi mereka yang membutuhkan.20

Gerakan mentoring remaja (youth mentoring) telah ada pada akhir abad 19 yang pada saat itu dikenal dengan sebutan Friendly Visitors21 yang memfokuskan kegiatannya dalam memberikan bimbingan, dukungan serta contoh positif kepada anak-anak kaum miskin.22

Di Amerika, mentoring formal berkembang di awal abad 20, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi23 dan permintaan masyarakat yang cukup tinggi. Ledakan teknologi sejalan dengan pertumbuhan urbanisasi di pusat-pusat kota. Beberapa kota di Amerika berkembang menjadi pusat-pusat industri

& % > # F * F # ) B G 2 =

# C + = / ! # $ % 2$ # ) )

& ) )

&& 2) > +"# / # H ** *

& $ $ & ' $$ $ 3I/2' B -# B $ & ;5 )

& &)


(31)

seperti Chicago, New York, Boston dan Philadelpia.24 Tetapi perkembangan industri ini tidak diimbangi dengan perhatian terhadap kondisi remaja apalagi remaja yang berasal dari kalangan miskin. Kejahatan remaja meningkat. Pencurian, merokok,25 dan masih banyak lagi kejahatan-kejahatan yang pada saat itu dilakukan oleh kelompok-kelompok remaja Amerika yang terpinggirkan. Keadaan inilah yang melatarbelakangi timbulnya gerakan mentoring untuk remaja.

Pada tanggal 4 Juli 190326, seorang pengusaha asal Cincinnati, Irvin Westheimer, melihat melalui jendela kantornya, seorang anak laki-laki sedang mencari makanan di tong sampah. Hatinya tergerak dengan apa yang dilakukan oleh pemuda tersebut. Akhirnya Westheimer mencari tahu tentang pemuda tersebut dan diketahui bahwa anak tersebut merupakan anak yatim dari keluarga miskin dan hanya tinggal bersama ibunya. Kemudian ia memutuskan pemuda tersebut dijadikan teman sekaligus keluarganya dan mendorong orang lain melakukan hal yang serupa. Di kemudian hari Westheimer merupakan pemimpin dari lembaga mentoring Big Brothers Group di Cincinnati.27

Sekitar tahun 1904, Ernest Coulter, seorang jurnalis di sebuah surat kabar New York, tertarik melihat keadaan buruk anak-anak di kota New York. Ia pun memutuskan meninggalkan dunia jurnalis dan menjadi juru tulis di

&< ) )

& ) )

& > +"# H ** * & $ $ & '

$$ $ ) & &)


(32)

pengadilan anak.28 Coulter kemudian melanjutkan sebagai volunteer untuk melayani pemuda yang tidak mempunyai hak suara.29 Tidak hanya sampai disitu, pada tahun yang sama Coulter mengadakan pertemuan dengan sebuah perkumpulan yang menamakan The Men’s Club of the Central Prebysterian Church of New York30. Dalam pertemuan tersebut Coulter mendorong mereka untuk peduli terhadap kondisi pemuda Amerika pada saat itu khususnya bagi mereka yang terlibat tindak kriminal. Karena sesungguhnya yang mereka butuhkan adalah perhatian dan bimbingan dari orang yang lebih dewasa. Dalam pertemuan itu Coulter berkata:

“There is only one possible way to serve that youngster (who is in trouble) and that is to have some earnest, true man volunteer to be his big brother, to took after him, help him do right; make the little chap feel that there is at least one human being in this great city who takes a personal interest in him, who cares whether he live or die.”31

(“Disana hanya ada satu jalan yang memungkinkan untuk melayani remaja 9yang dalam masalah) dan itu yang bisa mendengarkan, manusia yang benar-benar sukarela untuk menjadi saudaranya, untuk menjaganya,membantunya melakukan yang benar, membuat sedikit celah untuk merasakan bahwa disana ada sedikitnya seorang manusia di kota besar yang membawanya menyukai pribadinya dan peduli ketika dia hidup atau mati”.)

Coulter pun berhasil merekrut 40 orang sukarelawan yang bersedia menjadi sahabat (saudara) bagi anak-anak bermasalah32. Dari sini, lahirlah sebuah gerakan mentoring yang dikenal dengan nama Big Brothers, dimana

& - 6 + ) )

& ) )

; > +"# H ** * & $ $ & '

$$ $ ) & &)

; $ ( % % $ % ) $ $ " # " $ #

*-& $'(( ) " $ ) ( " (. J*


(33)

beberapa tahun kemudian menjadi sebuah lembaga mentoring terbesar di dunia yang memiliki 500 cabang di beberapa negara. Coulter pun didaulat sebagai tokoh dalam gerakan mentoring remaja.

Sama halnya seperti Big Brothers, organisasi Big Sisters juga memprakarsai terbentuknya mentoring untuk anak-anak perempuan.33 Pada 1905, di New York sebuah perkumpulan bernama The Ladies of Charity

berganti nama menjadi Catholic Big Sisters dan ini merupakan lembaga salah satu lembaga mentoring pertama untuk anak-anak perempuan. Mrs. John O’Keefe terdaftar sebagai pendiri Big Sisters yang pertama. Kemudian, 1908 Mrs. Willard Parker mendirikan program yang serupa bagi remaja putri yang beragama Protestan di New York.34

Tahun 1909, Coulter dan beberapa orang tergabung secara resmi dalam Big Brothers of New York, Inc., menjadi lembaga mentoring formal bangsa dan mendirikan kantor perwakilan di New York. Begitu pun dengan

Big Sisters secara resmi menjadi sebuah badan dan mendirikan kantor perwakilan di Milwaukee.35 Dan di tahun 1910, Irvin Westheimer mendirikan

Big Brother Association di Cincinnati.36

Tidak hanya sampai di situ, tahun 1914 perencanaan nasional pertama organisasi Big Brothers dan Big Ssters. Terjadi perkembangan yang cukup besar di berbagai kota, termasuk New York, Boston, Philadelpia,Cleveland,

;; - 6 + ) )

;< > +"# H ** * & $ $ & '

$$ $ ) & &)

; ) & &) 34 0 $'(( ) " $ ) ( " (. J* 5 ; $'(( ) " $ ) ( " (. J*


(34)

Cincinnati dan Milwaukee. Irving Westheimer dan Ernest Couter merupakan orang yang berpengaruh dalam gerakan ini, kolaborasi antar dua instansi yang berbeda.37

Tahun 1921 dari dua organisasi ini terbentuklah Big Brothers Big Sisters Federation. Federasi ini membuat garis pedoman (guidelines) dan standar program untuk Big Brothers Big Sisters.38 Namun sayangnya federasi ini bersifat sementara dan akhirnya bubar dan tidak muncul lagi sampai tahun 1950an.

Pada tahun 1958 United States Congress secara resmi membuat format baru mentoring dengan nama Big Brothers of America. Tahun 1970 kongres tersebut pun memutuskan membentuk Big Sisters International. Dan akhirnya kedua lembaga tersebut resmi tergabung dalam satu manajemen pada tahun 1977 dengan nama Big Brothers Big Sisters of America (BBSA) berkantor pusat di Philadelpia.39 Lembaga ini pun menjadi inspirasi bagi gerakan-gerakan mentoring lainnya. Tercatat setelah itu banyak lembaga-lembaga mentoring yang memfokuskan perhatiannya pada perkembangan remaja bermunculan, seperti dalam tabel berikut:40

;

; > +"# H ** * & $ $ & '

$$ $ ) & ;)

; ) & ;) <


(35)

Tabel 1.1.

Perkembangan Mentoring Tahun Perkembangan Mentoring

1979 The Centre for Intergenerational Learning di Temple University berdiri.

1980 Eugene M. Lang memulai proyek “I Have a Dream” di New York P.S. 121.

1986 Proyek “I Have a Dream” dibentuk.

1987 Matilda Raffa Como mendirikan The New York Mentoring Program (Mentoring USA).

1988 Public Private Ventures meluncurkan penelitian inisiatif untuk menilai kelangsungan dan dampak dari mentoring.

1989 One to One Partnership, Inc., ditemukan oleh Ray Chambers.

1990 Seorang pengusaha dan juga dermawan, Geoffrey Boisi dan Ray Chambers menemukan MENTOR/National Mentoring Partnership.

1991 MENTOR/National Mentoring Partnership dan United Way of Amrica bergabung menjadi The National Mentoring Working Grup.

1995 Public/Private Ventures, mempublikasikan hasil penelitan dampak dari program mentoring Big Brother. Riset ini mendemonstrasikan bahwa kualitas dari mentroring dapat menjadi nyata dan mempunyai efek yang pentirng dalam kehidupan anak muda.

1997 General Colin Powell pemimpin The Presidens’ Summit on America’s Future mendorong pertumbuhan sukarelawan dan perjanjan warganegara untuk memberikan dukungan untuk remaja yang beresiko. 1997 Harvard Scholl of Public Health meluncurkan gerakan

mentroing nasional pertama.

Sebelum mentoring berkembang seperti sekarang ini, sebenarnya islam telah lebih dulu menerapkan konsep mentoring lebih diarahkan


(36)

memberikan pembinaan terhadap generasi muda. Rasulullah SAW dalam membina para sahabat tidak sekedar menjadikan member atau anggota namun lebih itu. Rasul mengangkat dan membina potensi terbesar mereka sehingga menjadi generasi unggulan, dan sukses berjuang menegakkan islam. 41

Ketika membahas sejarah mentoring di Indonesia, maka tidak akan bisa lepas dari peran sejumlah aktivis mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) di era tahun 80-an. Dari banyak keterangan yang penulis dapatkan diketahui bahwa kegiatan tersebut berawal dari sebuah aktivitas pengajian di Masjid Salman Al-Farizi ITB. Di ketahui bahwa di Masjid Salman ITB-lah konsep Mentoring Islam pertama kali dikembangkan. Kemudian pengaruhnya meluas hingga ke Jabodetabek

Versi lain menyatakan bahwa kata “Mentoring” muncul pada awal tahun 90-an di Kota Bogor seiring dengan kemunculan dakwah sekolah di SMP dan SMA (SMP Negeri 1 Bogor dan SMA Negeri 1 Bogor). Ada juga yang menyakatan bahwa “mentoring” pertama kali muncul berawal dari kegiatan ROHIS SMA Negeri 28 Jakarta. Dari sinilah yang kemudian menjadi stimulator munculnya aktivitas dakwah sekolah di Kota Bogor melalui program Mentoring.

3. Jenis-jenis Mentoring

Mentoring telah ada selama berabad-abad, bahkan mungkin sejak dimulainya peradaban. Evolusi mentoring telah meningkat pada dasawarsa


(37)

ini, dan saat ini kita lihat banyak berbagai jenis mentoring. Jenis-jenis mentoring antara lain sebagai berikut:42

a. Berdasarkan tingkatan dalam formalitas, mentoring dibagi menjadi: (a) Mentoring Informal (Informal or Casual Mentoring)

(b) Mentoring Formal (Formal Mentoring)

b. Berdasarkan Fungsi dan tujuan dari mentoring, mentoring dikategorikan menjadi:

(a) Mentoring Pendidikan atau Akademik (Educational or Academic Mentoring)

(b) Mentoring Karier (Career Mentoring)

(c) Mentoring Pengembangan Pribadi (Personal Development Mentoring)

(d) Mentoring Berdasarkan Kebudayaan dan Kepercayaan (Cultural and Faith Base Mentoring)

c. Berdasarkan tempat pelaksanaan mentoring, terbagi ke dalam:

(a) Mentoring berdasarkan komunitas (Community Based Mentoring)

(b) Mentoring sekolah (Scholl Mentoring)

(c) Mentoring kerja (Workplace Mentoring)

(d) Mentoring Internet (Internet Mentoring)

d. Berdasarkan jumlah peserta mentoring, mentoring dibagi menjadi: (a) One-to-one Mentoring

(b) Group Mentoring

(c) Family Mentoring

<& $ ( $ " # " $ #

*- & '


(38)

4. Unsur-unsur Mentoring

Pelaksanaan mentoring ini terdiri dari dua pelaku utama yaitu mentor dan mentee (dibaca: mentii) mentor adalah penasehat utama dalam kelompok mentoring sedangkan mentee adalah peserta mentoring.43 Dibawah ini akan penulis uraikan tentang mentor, karakteristik mentor dan mentee.

a. Mentor

Dalam American Heritage Dictionary of the English Language,

mentor diartikan sebagai seorang yang bijak, dan seorang konselor atau guru yang dapat dipercaya.44

Bronfenbrenner mendefinisikan seorang mentor adalah seorang dewasa, yang lebih berpengalaman yang mengetahui lebih jauh perkembangan karakter dan kompetensi remaja dengan membimbing remaja untuk dapat menguasai bakat dan tugas dimana mentor sudah menguasainya terlebih dahulu.45

Menurut Bronfenbrenner, bimbingan dapat dicapai melalui demonstrasi, instruksi, tantangan, dan dorongan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu. Dalam proses ini mentor dan remaja mengambangkan ikatan khusus dan saling berkomitmen. Sebagai

<; ** 7 7 * 2 "

3/ * # > ' & 5 ) &)

<< - 6 + ) < <


(39)

tambahan, hubungan remaja dengan mentor terjalin ikatan emosioal, saling menghargai, kesetiaan dan identifikasi.46

Dari definisi diatas kita dapat melihat gambaran bahwa seorang mentor tidak hanya berperan sebagai seorang pembimbing saja tetapi ia memiliki multi fungsi yaitu selain sebagai seorang guru (teacher) bagi

mentee-nya, juga seorang pendukung (sponsor), pendorong (encourage),

konselor (counselor), dan sahabat (befriend). Untuk itu seorang mentor harus memiliki kriteria tertentu guna mencapai tujuan dari pelaksanaan mentoring.

Mentor yang baik setidaknya memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Mampu merespon keadaan mentee.

2) Memiliki mental yang kuat

3) Memiliki rasa menghargai yang tinggi 4) Berwawasan luas

5) Mempunyai kemauan untuk belajar 6) Seorang pendengar yang baik

7) Mampu membangun kepercayaan terhadap mentee

8) Pendorong dan pemberi motivasi47

<


(40)

b. Mentee

Mentoree atau mentee adalah sebutan untuk seseorang yang mengkuti kegiatan mentoring. Suksesnya pelaksanaan mentoring tidak hanya bergantung pada karakteristik mentor saja, tetapi juga karakteristik

mentee. Sejauh mana mentee mampu memahami dan bisa mengikuti arahan yang diberikan oleh mentor.48

Adapun karakterisitik yang seharusnya dimiliki oleh seorang mentee

adalah sebagai berikut:

1) Mempunyai keinginan untuk belajar

2) Mempunyai keinginan untuk bekerja sebagai tim 3) Sabar

4) Mampu mengambil resiko 5) Bersikap positif49

5. Pendekatan Mentoring

Menurut Ronald G. Kirchem, secara umum ada beberapa pendekatan yang dilakukan dalam mentoring, yaitu:

a. Role Modeling

< $ $ " # " $ #

*- & $

$'(( )C * ) * )* #( C* ( J + J$ $ + ( $J *(BI? F(8 $ J???) *

< $ $ " # " $ #

*- & $

$'(( )C * ) * )* #( C* ( J + J$ $ + ( $J *(BI? F(8 $ J???) *)


(41)

Yaitu pendekatan yang dilakukan dengan mendemonstrasikan tingkah laku yang bisa diamati dan dilakukan oleh mentee.

b. Role Playing

Yaitu dengan cara memerankan sebuah skenario untuk memperoleh pandangan bagaimana menjadi efektif di segala situasi.

c. Empty Chair

Mentee menempati kursi kosong yang mempresentasikan orang lain dalam berperan. Mentor duduk berdampingan dengan mentee.50

6. Tahapan-tahapan dalam Mentoring

Zachary dalam bukunya The Mentor’s Guide, berpendapat bahwa dalam proses mentoring terdapat empat tahapan yang mungkin terjadi, yaitu tahap persiapan (preparing), negosiasi (negotiating), kemungkinan

(enabling), dan penutupan (closure).51 Berkut ini akan dijelaskan tiap-tiap tahapan dalam mentoring:

a. Tahap Persiapan (Preparing)

Zachary berpendapat bahwa tahapan ini dalam proses mentoring adalah tahap yang bersifat kritis untuk membangun dan mensukseskan kegiatan mentoring. Fase ini meliputi situasi awal kerja untuk mencapai hubungan baik antara mentor dan mentee

dan focus pada persiapan mentor untuk peran barunya dan persiapan memulai hubungan dengan mentee.

b. Tahap Negosiasi (Negotiating)

Dalam tahap ini terjadi dialog antara mentor dan mentee untuk menentukan waktu pelaksanaan mentoring.

c. Tahap Kemungkinan (Enabling)

Selama tahap ini mentor harus mengatur hubungan ini dan belajar aktif mendukung, memelihara semangat dalam proses pembelajaran dengan monitoring dan proses evaluasi, dan mendorong dilanjutkannya perkembangan dan bergerak dengan menggambarkan membantu memelihara serta menilai kemajuan terhadap tujuan pembelajaran.

d. Penutup (Coming to Closure)

7 # B) 6 + * F*$# * !

) $ $$ " # " $ # & =


(42)

Penutup adalah bagian yang tak dapat dihindarkan dalam setiap hubungan mentoring karena mentoring adalah sebuah tujuan yang berorientasi pada proses, yang mana didorong oleh tentunya pencapaian kompetensi yang professional.52

Kirchem berpendapat bahwa ada tiga tahapan dalam pelaksanaan mentoring, yaitu:

a. Early Stage (Tahap awal)

Dalam early stage ini dalam pemberian saran lebih tersusun dan pemberian informasi lebih spesifik.

b. Middle Stage (Tahap pertengahan)

Memasuki middle stage, mentor lebih sedikit memberi nasihat atau saran kepada mentee dan diusahakan menteenya lah yang lebih aktif sehingga terjadi kolaboratif antara mentor dan mentee.

c. Late Stage (Tahap akhir)

Dan pada late stage mentee diharapkan sudah mempunyai inisiatif sehingga mentor bertindak sebatas memberikan dukungan atas keputusan yang dibuat oleh mentee.53

B. Konsep Diri Remaja 1. Konsep Diri

a. Pengertian Konsep Diri Secara Bahasa

Secara bahasa – dalam bahasa Indonesia – konsep diri terdiri dari dua kata dasar, yaitu konsep dan diri. Menurut Kamus Besar Bahasa

&


(43)

Indonesia, ‘Konsep’ merupakan kata benda yang memiliki tiga pengertian, yaitu:

1) Rancangan atau buram surat, dan sebagainya.

2) Ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.

3) Gambaran mental dari objek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. 54

Sementara kata ‘Diri’ juga merupakan kata benda (nomina) yang memiliki tiga pengertian, yaitu:

1) orang seorang (terpisah dari yang lain); badan 2) tidak dengan yang lain

3) dipakai sebagai pelengkap kata kerja untuk menyatakan bahwa penderitanya atau tujuannya adalah badan sendiri. 55

Dengan demikian, secara bahasa konsep diri adalah rancangan, ide, gambaran mental dari objek, proses yang digunakan oleh akal budi untuk memahami seseorang secara terpisah dari yang lain untuk menyatakan bahwa penderitanya atau tujuannya adalah diri sendiri.

b. Pengertian Konsep diri Menurut Para Ahli

Menurut Fitra Faturachaman, di Eropa istilah konsep diri mulai timbul pada abad ke-17, konsep mengenai diri sendiri dan konsep diri (the

< * 6 * *- *- > * $

% $ % $ $ 3% " ' * - + " > # "

5 8 ) 6 1 F ) ?? ) & ) ) &; )


(44)

concept of self dan self concept) diperkenalkan. Di mulai oleh Descrates dengan mengeluarkan karyanya “Cogito Ergo Sum” (Saya berpikir karena itu saya ada) yang menekankan keterpusatan diri di dalam kesadaran.56

Konsep diri adalah kesadaran atau pengertian tentang diri sendiri yang mencakup pandangan tentang dunia, kepuasan tentang kehidupan, dapat menghargai atau menyakiti diri sendiri, mampu mengevaluasi kemampuan diri sendiri, dan persepsi mengenai diri sendiri.57

Eastwood menyebutkan bahwa konsep diri adalah cara seseorang melihat dirinya, yang berpusat pada kesadaran diri dan perilakunya. Konsep diri ini selalu menjadi dasar bagi penilaian pengalaman diri seseorang. Di tempat lain, konsep diri ini dilukiskan sebagai seluruh cara memandang dirinya sendiri. Konsep diri ini dapat dilihat dari dimensi-dimensi subyektif, yakni diri menurut yang dirasakan sendiri (subjective self), kesadaran akan tubuh sendiri (body image), dan diri yang ideal (ideal self). Terakhir disebutkan pula dimensi yang terkait dengan cara orang lain memandang terhadap diri sendiri (social image).58

Luthans, seorang ahli psikologi dari Nebraska, mengemukakan bahwa konsep diri itu adalah bagaimana seseorang melihat kepribadiannya dari sudut pandang dalam diri sendiri.59 Menurut Bangun, padangan

9 9 + * 6 $ # 0 # - " # # 0 !

3/" $ / 9 " # " # I = ? # * % " & &5 ) )

7 - > $ + " " $ $

, ) 3% " ' 6 *- 5 ) ; )


(45)

Luthans ini banyak dikaitkan dengan perilaku organisasi yang diterangkan dengan pendekatan psikologis. Namun, cara pandang ini layak juga dikemukakan karena dari konsep diri dikembangkan bagaimana orang-orang melihat kemampuan dan gambaran dirinya. Demikian pula Luthans mengemukakan bahwa manusia mempersepsi baik apabila individu dapat mengatasi masalah yang timbul.60

Dari sudut pandang Psikologi Sosial, Baron & Byrne mendefinisikan konsep diri adalah kumpulan keyakinan dan persepsi diri mengenai diri sendiri yang terorganisasi. 61

Menurut William D. Brooks seperti yang dikutip oleh Siti Mutmainah mengemukakan konsep diri adalah persepsi tentang diri kita yang bersifat fisik, psikologis, maupun sosial; yang datang dari pengalaman dan interaksi kita dengan orang lain.62

Calhoun dan Acocella menjelaskan konsep diri dengan batasan yang lebih sederhana, yakni konsep diri adalah bagaimana orang memandang dirinya dengan cara masing-masing. Calhoun dan Acocellah membuat penjelasan tentang konsep diri ini meliputi dimensi-dimensi berikut:

1) Pengetahuan tentang diri yang dipahami oleh dirinya.

2) Harapan yang diletakkan pada diri oleh inividu yang bersangkutan.

) < )

7 - 2) > : > $ ) $ 2# > 7 0

"" 3 ) $' - F # ) )


(46)

3) Penilaian terhadap diri sendiri.63

Dalam islam sendiri salah satu langkah dalam menyerap islam yaitu individu harus memiliki konsep diri yang jelas, yaitu memahami diri sebagai wadah kepribadian. 64 Sebelum kita memiliki konsep diri yang jelasmaka seseorang perlu megenal konsep dirinya. Mengapa remaja muslim perlu mengenal konsep diri ? Allah berfirman dalam al_Quran surat at-Taghabun ayat 16 :

“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS.at-Taghabun :16)

Disana terbukti bahwa potensi manusia itu terbatas dan kita harus berislam dalam keterbatasan itu. 65 Artinya, konsep diri membantu kita dalam memposisikan diri dalam kehidupan social. 66

Dari beberapa pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa konsep diri adalah cara pandang seseorang melihat dirinya sendiri sebagai gambaran mental diri sendiri baik yang bersifat fisik, psikologis maupun

; 8 # 2+ + ## ) < )

< )2 $ $ & -- 8 )6 1& 3> '

/ * # & 5 )& ) )& ) )& 1&


(47)

sosial yang terdiri dari pengetahuan tentang diri, pengharapan bagi , dan penilaian terhadap diri sendiri.

c. Dimensi Konsep Diri

Fits membagi konsep diri dalam dua dimensi pokok, yaitu: 1) Dimensi Internal

Dimensi internal yaitu disebut juga kerangka acuan internal (internal frame of reference) adalah penilaian yang dilakukan individu terhadap dunianya sendiri berdasarkan dunia di dalam dirinya.67 Dimensi ini terdiri dari tiga bentuk:

a) Diri identitas (identity self)

b) Diri pelaku (behavioral self)

c) Diri Penerimaan / Penilai (judging self)

2) Dimensi Eksternal

Pada dimensi eksternal, individu meilai dirinya melalui hubungan dan aktivitas sosial, nilai-nilai yang diantnya serta hal-hal yang diluar dirinya.68 Adapun dimensi eksternal dapat dibedakan dalam lima bentuk sebagai berikut:

a) Diri fisik (physical self)

b) Diri erik-moral (moral-ethic self)

c) Diri pribadi (personal self)

2 $ ! * (

* $ . ( $ . + " 8 ) 6 1 > '

7 " 2 * & 5 ) <;


(48)

d) Diri keluarga (familu self)

e) Diri sosial (social self).

d. Proses Pembentukan Konsep Diri

Perkembangan konsep diri merupakan proses yang terus berlanjut.69 Menurut Symonds, Diri (self) berkembang ketika individu merasakan bahwa dirinya terpisah dari dirinya dan berbeda dari orang lain.70

Pada awalnya konsep diri bayi yang baru lahir belum terbentuk, secara perlahan terbentuk secara samar-samar ketika ia sudah mulai bisa membedakan bahwa dirinya terpisah dari yang lain. Meskipun samar-samar, pengertian awal ini membentuk konsep dasar pandangan seseorang terhadap dirinya.71

Perkembangan konsep diri mengalami kemajuan yang cukup pesat pada saat mulai, menggunakan bahasa, kira-kira pada umur satu tahun. Dengan memahami apa yang dikatakan orang tua dan orang lain seseorang memperoleh informasi lebih banyak tentang dirinya.72

Pada usia 6-7 tahun, batas-batas dari diri seseorang mulai menjadi lebih jelas sebagai hasil dari eksplorasi dan pengalaman dengan tubuhnya

2 ) <;)

8 # 2+ + ## ) )


(49)

sendiri. Selama periode awal kehidupan, konsep diri individu sepenuhnya didasari oleh persepsi tentang diri sendiri.73

Menurut Gunarsa, konsep diri itu sebetulnya terbentuk berdasarkan persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terhadap dirinya. Pada dasarnya, konsep diri itu tersusun atas dua tahapan, yaitu konsep diri primer dan konsep diri sekunder. Yang paling dasar adalah konsep diri primer, dimana konsep ini terbentuk atas dasar pengalamannya terhadap lingkungan terdekatnya, yaitu lingkungan rumahnya sendiri.74

Gunarsa menambahkan:

“Kemudian setelah anak bertambah besar, ia mempunyai hubungan yang lebih luas daripada hanya sekedar hubungan dalam lingkungan keluarga. Ia mempunyai lebih banyak teman, lebih banyak kenalan dan sebagai akibatnya, ia mempunyai lebih banyak pengalaman. Akhirnya anak akan memperoleh konsep diri yang baru dan berbeda dari apa yang sudah terbentuk dalam lingkungan rumahnya.ini menghasilkan konsep diri sekunder.”75

Memasuki jenjang keremajaan, konsep diri seorang remaja cenderung tidak konsistern dan hal ini disevavkan karena sikap orang lain yang dipersepsikan remaja juga berubah. Tetapi melalui cara ini, remaja mengalami suatu perkembangan konsep diri sampai akhirnya ia memiliki

; 2 ) <;) < B ) &; )


(50)

suatu konsep diri yang konsisten.76 Dari penyelesaian masalah dan konflik remaja inilah lahir konsep diri orang dewasa.77

Pada akhirnya nilai-nilai dan sikap-sikap yang merupakan bagian konsep diri remaja akhir cenderung menetap dan relatif merupakan pengatur tingkah laku yang bersifat permanen. Pada usia 25-30 tahun konsep diri menjadi semakin sulit berubah.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri

Konsep diri pada seorang remaja cenderung untuk tidak konsisten dan hal ini disebabkan karena sikap orang lain yang dipersepsikan oleh si remaja juga berubah. Tetapi melalui cara ini, si remaja mengalami suatu perkembangan konsep diri sampai akhirnya ia memiliki suatu konsep diri yang konsisten.78

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang, antara lain:

1. Orang tua

Orang tua adalah kontak social yang paling asal yang kita alami dan yang paling kuat. Orang tua memberi arus informasi yang konstan tentang diri kita. Sikap positif orang tua yang terbaca oleh anak akan menumbukhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri. Sikap negative orang tua akan mengundang


(51)

pertanyaan pada anak dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, untuk disayangi dan dihargai; dan semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga orang tua tidak sayang.

2. Kawan Sebaya

Kelompok kawan sebaya remaja menempati posisi kedua setelah orang tuanya dalam mempengaruhi konsep diri. Disamping masalah penerimaan atau penolakan peran yang diukir anak dalam kelompok teman sebayanya mungkin mempunyai pengaruh yang dalam pada pandangannya tentang dirinya sendiri.

3. Masyarakat

Masyarakat pun ikut berperan dalam proses pembentukan konsep diri remaja. Harapan masyarakat terhadap remaja mempengaruhi penilaian remaja terhadap dirinya sendiri.

Di samping faktor-faktor di atas, adapula faktor spesifik lainnya yang berkaitan erat dengan macam konsep diri yang bagaimana yang akan dikembangkan oleh seorang remaja. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah:

1. Jenis Kelamin 2. Harapan-harapan 3. Suku Bangsa 4. Nama dan Pakaian


(52)

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelajar SMA adalah murid atau siswa yang duduk di sekolah umum selepas sekolah menengah pertama sebelum mereka masuk ke perguruan tinggi. Di Indonesia sendiri batasan usia pelajar SMA berkisar antara 15 – 18 tahun.79

Dalam beberapa buku psikologi perkembangan usia 15 – 18 tahun dikategorikan sebagai “usia remaja” dimana merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa. Untuk itu pembahasan selanjutnya istilah pelajar ini penulis identikan dengan usia remaja.

b. Tugas Perkembangan Remaja

Karena usia pelajar SMA di kategorikan dengan usia remaja maka perkembangannya pun disamakan degan perkembangan masa remaja biasanya ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah independent, (2) minat seksualitas; dan (3) kecenderungan untuk merenung atau memperhatikan diri sendiri, nilai-nilai etika, dan isu-isu moral.80

Setiap fase perkembangan mempunyai tugas perkembangannya masing-masing. Tugas-tugas perkembangan adalah petunjuk yang

* $ % $ % $ $ )

/ * . 4 ) $ & /+ " 3> '


(53)

memungkinkan seseorang mengerti dan memahami apa yang diharapkan atau dituntut oleh masyarakat dan lingkungan lain terhadap seseorang dalam usia-usia tertentu.81 Tugas-tugas perkembangan merupakan petunjuk bagi seseorang apa dan bagaimana yang diharapkan daripadanya pada masa yang akan datang, jika dia kelak telah mencapainya.82

Adapun tugas-tugas perkembangan pelajar SMA secara umum adalah sebagai berikut:

1. Menerima keadaan fisiknya dan menerima peranannya sebagai pria atau wanita.

2. Menjalin hubungan-hubungan baru dengan teman-teman sebaya baik sesama jenis maupun lain jenis kelamin.

3. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan orang-orang dewasa lain.

4. Memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomi. 5. Memilih dan mempersiapkan diri ke arah suatu pekerjaan atau jabatan. 6. Mengembangkan keterampilan-keterampilan dan konsep-konsep

intelektual yang diperlukan dalam hidup sebagai warganegara yang teruji.

7. Menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat.

8. Mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.

2 $$ $ + " 3/ - ' I # &5 ) )


(54)

9. Menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia yang diperoleh dari ilmu pengetahuan yang memadai.

c. Problematika Remaja

Remaja sebagai individu sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian. Untuk mencapai kematangan tersebut mereka memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.

Menurut Zakiah Daradjat problematika remaja yang umumnya terjadi sejak dulu dan sampai sekarang semakin tampak jelas ialah:83 1. Masalah Hari Depan

Kecemasan remaja akan menjadi apa mereka nanti setelah tamat SMA, apakah mereka mampu memenuhi harapan-harapan orang-orang di sekeliling mereka menimbjulkan problem bagi mereka.

2. Masalah Hubungan dengan Orang Tua

Adanya ketidakserasian hubungan antara remaja dan orangtua sehingga menimbulkan pertentangan-pertentangan.

3. Masalah Moral dan Agama

; H " 0 & 3% " ' - > # >


(55)

Kemerosotan moral disertai oleh sikap menjauh dari agama membuat remaja semakin terpuruk. Ketika remaja tidak memiliki keyakinan yang kuat akan agamanya maka akan menyebabkan remaja tidak mempunyai pegangan dalam hidupnya dan terjadi kegoncangan dalam jiwa mereka.

Selanjutnya, Stanley Hall mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan, yang tercakup dalam “Storm and Stress”. Dengan demikian remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan. Remaja diombang-ambingkan oleh munculnya:

1. Kekecewaan dan penderitaan

2. Meningkatnya konflik, pertentangan-pertentangan dan krisis penyesuaian

3. Impian dan khayalan 4. Pacaran dan percintaan

5. Keterasingan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan84


(56)

BAB III

PROFIL ILNA YOUTH CENTRE

A. Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan

Latar belakang berdirinya ILNA (‘Ilman Nafi’an) Youth Centre didasari atas keprihatinan dengan berbagai kondisi degradasi moral yang terjadi pada remaja. Apalagi saat itu di era tahun 90-an banyak hal yang mengancam remaja seperti maraknya tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba, dan saat ini yang paling hebat dan sekaligus menjadi bahaya laten adalah free life style bagi pergaulan maupun kehidupan seks. Membuat kondisi yang demikian, membuat hati para alumni SMA Negeri 1 Bogor untuk berkontribusi kepada Negara melalui pembinaan generasi muda.

Awalnya pada tahun 1992 sebelum mendirikan lembaga ILNA atau

‘Ilman Nafi’an (Ilmu yang bermanfaat), lembaga ini masih berupa paguyuban. Pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan tahun 2001 ketika I’tikaf di masjid, akhirnya memutuskan untuk membentuk ILNA Youth Centre. Berstatus badan hukum pada tahun 2003 dengan nama Yayasan Pusat Pembelajaran ILNA (ILNA

Learning Centre).85

Akhirnya, pada tahun 2007, ILNA berhasil mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang jas pelatihan yaitu PT Central Prima Dynamic, tapi

market brand-nya adalah ILNA Training Centre. Dan program yayasan

+ ) ) 6 * 3 0 0 ,1&5


(57)

merupakan Corporate Social Responsibility perusahaan.86 Dan kini ILNA memiliki 200 orang mentor yang terdiri dari 106 mentor ikhwan dan 94 mentor akhwat.87

B. Visi dan Misi

Visi dari lembaga ini adalah :88 1. Menjadi pusat pengembangan diri

2. Menjadi sebuah lembaga pengembangan konsep, metode, dan trainer

3. Menjadi sebuah lembaga professional di bidang pembelajaran

Adapun misinya, yaitu mengembangakan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya generasi muda melalui pendekatan ilmiah, aktual, popular, dalam rangka membentuk kepribadian diri yang berwawasan spiritual, prestatif, menguasai keterampilan hidup, dan memiliki semangat beramal soleh.89

C. Tujuan Mentoring

Pada dasarnya tujuan mentoring dari ILNA Youth Centr yaitu membentuk remaja yang berkarakter dewasa.90 Maksud dewasa disini diartikan bahwa remaja mampu memenuhi tuga perkembangannya sebagai seorang remaja dan menjadi remaja yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.

+ ) ) 6 * 3 0 0 ,1&5

= 1* # > & 2 &

+ ) ) 6 * 3 0 0 ,1&5


(58)

D. Program Kerja

Adapun program kerja ILNA Youth Centre adalah sebagai berikut :91 1. Seminar, yaitu program kerja yang diselenggarakan dalam bentuk talkshow,

bedah buku, dan sebagainya dalam rangka peningkatan kualitas keilmuan remaja secara teoritik.

2. Training, yaitu program kerja yang diselenggarakan dalam bentuk pelatihan – pelatihan sebagai pembekalan yang tidak hanya bersifat teoritik saja, tapi juga praktik.

3. Workshop, yaitu bentuk kegiatan yang memperkenalkan program–program yang diselenggarakan oleh ILNA.

4. Outbond, yaitu bentuk kegiatan lebih pada pembinaan secara jasmani. Biasanya dilakukan di outdoor.

5. Publishing, yaitu salah satu bentuk program kerja yang bergerak dalam penerbitan dan pengadaan materi-materi mentoring. Adapun buku-buku yang sudah diterbitkan oleh ILNA Youth Centre adalah sebagai berikut :92

a. Super Mentoring Yunior b. Super Mentoring Senior c. Super Mentoring Senior 2

& " $ # & ," - &


(59)

d. Games for Islami Mentor e. Manajemen Mentoring

f. Fun Tac Tics Strategi Presentasi Mentoring g. Jadi Muslimah Kudu Sukses

h. Bintang 1 : Bikin Life Planning i. Bintang 2 : Integrity Building j. Bintang 3 : Nurani Cerdas k. Bintang 4 : Terampil Belajar l. Bintang 5 : Atur Diri

m. Bintang 6 : Nilai Akhlak

n. AMPUH : Menjadi Cerdas Tanpa Batas

o. Lho Moves M Matches : Ragam Permainan Korek Api

E. Struktur Organisasi

Seperti yang dijelaskan di awal bab ini, bahwa dalam struktur organisasi, mentoring merupakan Corporate Social Responsibility dari ILNA itu sendiri. Dan baru-baru ini divisi-divisi yang ada di ILNA melakukan reduksi dari delapan divisi yang ada menjadi tiga divisi, yaitu :93

1. Divisi Operasional dan Riset, menangani operasional dan riset statistic remaja.

2. Divisi Media dan Penerbitan, mengelola situs dan menerbitkan buku.

; + ) ) 6 * 3 0 0 ,1&5


(60)

3. Divisi Keuangan, bertanggung jawab mengelola keuangan lembaga.

Di bawah ini penulis gambarkan struktur organisasi di lembaga ILNA Youth Centre :

Tabel 2.1.

Struktur Organisai ILNA Youth Centre

ILNA

Corporate Social Responsibility

Yayasan

Ketua

Bisnis

Chief Operating Office

Divisi Media

Bendahara Sekretaris

Divisi Finance Divisi Riset


(61)

Ketua Yayasan : Yono Suryanto Dewan Pembina : 1. Baban Sarbana

2. Meydi Muldani

Creative Officer : Nugraha Dwi Putra Natakusumah Media Officer : Syamsul Hadi

IT Officer : Andika Prapta Daharu

BAB IV


(62)

A.Temuan Data Pelaksanaan Mentoring dalam Pembentukan Konsep Diri Remaja pada Lembaga ILNA Youth Centre Bogor

Dari hasil penelitian di lapangan, penulis menemukan proses pelaksanaan mentoring dalam pembentukan konsep diri remaja pada lembaga ILNA Youth Centre Bogor dilaksanakan dengan beberapa tahapan.

Tahapan pertama ILNA mempromosikan program mentoring ke suatu sekolah. Natakusumah mengungkapkan, “Pada tahun awal, ILNA membuka program mentoring di suatu sekolah dengan menawarkan program mentoring ke pihak sekolah.”94 Jika proposal tersebut disetujui, ILNA kemudian berkoordinasi dengan pihak sekolah dengan menawarkan program mentoring ke pihak sekolah melalui guru Pendidikan Agama Islam dan guru Bimbingan dan KOnseling.

Tahap selanjutnya, ILNA mengerahkan SDM internal untuk melakukan mentoring agama Islam terhadap remaja yang disini sasarannya adalah pelajar SMA. Sasaran utama adalah membina anak-anak ROHIS atau DKM sekolah dengan tujuan mereka inilah nantinya yang akan menjadai SDM mentor di sekolah tersebut. Setelah tiga tahun melakukan mentoring dengan memberdayakan SDM yang terdapat di ILNA, maka sekolah tersebut memiliki alumni mentoring. Para alumni inilah yang nantinya akan diterjunkan menjadi mentor di sekolah mereka masing-masing. Jika jumlah alumni memungkinkan maka ILNA akan mendorong

94

Wawancara dengan Nugraha D.P. Natakusumah (Chief Operational Officer ILNA) via e-mail, Bogor, 20 Agustus 2008.


(1)

n

Juli 4 Perkenalan MG

1 hak prerogative mentor

Materi, diskusi, games

2 Waktu dalam Kehidupan Muslim

Cerita, diskusi

Siswa muulai membiasakan diri menggunakan agenda waktu dalam mengatur aktivitasnya

Siswa mampu menjalankan ibadah harian dengan baik

4 Sabar Diskusi, games

Siswa bersikap sabar dalam

menjalankan ibadah

Siswa mengurangi kebiasaan mengeluh dan menghilangkan sikap berputus asa

*Pekan ke-3 libur 17 Agustus-an

Agustus

5 Islam Kemarin, Kini, dan Esok

Cerita, diskusi

Memberikan kontribusi dalam kegiatan keislaman di sekolah (min menjadi peserta kegiatan)

1 Ramadhan Rujakan,

diskusi, + kasih souvenir

Siswa memiliki persiapan untuk menghadapi bulan Ramadhan

Siswa termotivasi untuk mengisi bulan Ramadhan dengan ibadah yang terbaik September 3/4S ep /1Ok t

Problematika Iman Tuker kado, kuisioner, games (ukhuwah), diskusi, MLM (multi level mentoring)

Siswa tegar dalammenghadapi ujian dalam kehidupan denagn tidak sedih dan berputus asa

Siswa mampu menjaga ritemaktivitas ibadah harian

Pilihan pekan tersebut sesuai keadaan untuk mengisi materi yang dibutuhkan *Pekan ke-2 libur awal puasa 3/4S ep /1Ok t Al-Qur’an Nonton, diskusi, bedah ayat tentang “Keajaiban Qur’an” atau buku

Mulai banyak terlihat siswa yang setiap hari sekolah membawaAl-Qur’an dan membacanya sehabis sholat Zuhur dan Ashar

Munculnya forum-forun kajian Al-Qur’an yang diselenggarakan oleh siswa secara mandiri

Pilihan pekan tersebut sesuai keadaan untuk mengisi materi yang dibutuhkan Oktober

4 Menjadikan Syetan sebagai Musuh

Curhat , cerita

Puasa sunnah menjadi sebuah kebiasaan di kalangan siswa

Menurunnya angka kemaksiatan seperti pacaran dan pornografi di sekolah

*Pekan ke-2 dan 3 libur Idul Fitri


(2)

1 materi request Games, + rujakan 2 Islam sebagai Sistem

Hidup

Materi, games (menara), makan kue

Siswa menerapkan aturan-aturan Islam dalam aktivitas sehari-hari

4 materi request Tuker kado, kuisioner

Pekan ke-3 TES MENTORING November

5 Opini-opini KeIslaman

Diskusi, membahas artikel terkini, renungan

Siswa memberikan kontribusi terhadap perjuangan Islam di negara lain, misalnya dengan memberikan sumbangan untuk Palestina

Siswa membela Islam jika agama dilecehkan oleh orang lain, misalnya dengan membuat tulisan di media massa

Para mentor melaporkan perkembangan mentoring dan rekomendasinya


(3)

Kurikulum Materi Mentoring Kelas XI Semester Genap SMAN 1

Bogor

Bulan Pekan Materi Metode Pencapaian Keterangan

2 hak prerogative mentor

MG

3 Empati Diskusi,

qodhoya,tukar kado

Siswa peka terhadap permasalahan orang lain

Siswa menjauhi sifat dendam terhadap kesalahan orang lain

Januari

4 Amal Jama’i Games, diskusi

Siswa berminat untuk

mengikuti kepanitiaan sebuah acara di sekolah untuk melatihkemampuan bekerja sama dengan orang lain

1 Makna Syahadatain Materi, diskusi

Siswa mau melaksankan sholat wajib tepatwaktu sebagai bentuk ketaatan pada perintah a Allah

Nilainilai Islammi tampakdalam pergaulan sehari-haridisekolah

Siswa menjauhi

kebudayaan yang destruktif terhadap moralitas

2 Qodhoya Pudding party,

curhat, games 3 Kesempurnaan

Aturan Islam

Bedah buku/artikel

Siswa tidak memperdebatkan kebenaran hukum-hukum Islam dalam kaktivitas keseharian

Siswa bersedia menjalankan peraturan Islam dengan sungguh-sungguh seperti menutup aurat dan menjalankan sholat tepat waktu

Februari

4 Aqidah Islam Materi, diskusi,

opini-opini terkini

Siswa menerapkan nilainilai Islam dalam setiap aktivitasnya seperti mengucapkan salam dan mengerjakan sholat tepat


(4)

waktu

5 materi request Qodhoya, diskusi

1 Makna Asyhadu Materi, diskusi,

nonton film

Siswa mau melaksankan sholat wajib tepatwaktu sebagai bentuk ketaatan pada perintah a Allah

Nilainilai Islammi tampakdalam pergaulan sehari-haridisekolah

Siswa menjauhi

kebudayaan yang destruktif terhadap moralitas

2 Syarat Diterimanya Syahadat

Materi, diskusi

Siswa memahami dan mengamalkan syarat-syarat diterimanya syahadat dalam aktivitas keseharian yaitu tunduk dan patuh terhadap ajaran Islam seperti melaksanakan sholat tepat waktu

Siswa mau membaca buku-bukuk keislaman minimal satu bulan sekali

3 materi request Games, makan-makan Maret

4 Wala’ dan Bara’ Materi, diskusi

Siswa menaati aturan-aturan yang digariskan oleh Allah dalam AlQur’an dan sunnah seperti menutup aurat dan sholat tepat waktu

Siswa menolak segala bentuk kegiatan yang erat kaitannya dengan pemuasan syahwat seperti berpacaran dan melakukan kemaksiatan seperti menonton film porno

Kebijakkan sekolah yang lebih kondusif terhadap perkembangan nilai-nilai keislalman dengan tidak menutup dan menghalangi kesempatan bagi umat beragama lain untuk beribadah

April 1 Tadabbur Q.S. Ali Imran: 190-191

Materi, person to

person evaluation

Siswa tertarik mengkaji kejadian-kejadian yang ada di alam (kauniyah)


(5)

berdasarkan keterangan dalam Al-Qur’an

Siswa giat dalam melaksanakan aktivitas ibadah harian khususnya membaca Al-Qur’an setiap hari

2 materi request Nonton bareng

1 keterampilan Pelatihan Pekan ke-3 dan 4 libur

UAn 2 hak prerogative

mentor

AMT (menuju UAS) Mei

4/5 materi request Belajar bareng tentang UAS

Pekan ke-3 TES MENTORING

Materi yang diwajibkan (dimasukkan ked alam materi TES MENTORING):

1.

Semester ganjil

1.

Islam kemarin, kini, dan esok

2.

Islam sebagai sistem hidup

3.

Al-Qur’qn

4.

Sabar

5.

Waktu dalam kehidupan muslim

2.

Semester genap

1.

Makna syahadatain

2.

Amal jama’i

3.

Kesempurnaan aturan Islam

4.

Aqidah islam

5.

Syarat diterimanya syahadat

6.

Wala’ dan bara’


(6)