Kepengurusan Yayasan Tunas Kartika

3.2 Kepengurusan Yayasan Tunas Kartika

Seiring dengan kemajuan yayasan yang terus maju dan berkembang, maka ketua yayasan pun mengalami pergantian. Nyonya Blondina Leo Lopolissa digantikan oleh Nyonya Yasir Hadibroto yang memulai masa baktinya pada tanggal 29 Agustus 1971 sampai tahun 1973. Pada masa ini sekolah-sekolah yang dikelola oleh yayasan sudah sangat dikenal di lingkungan masyarakat, dan menjadi sekolah pilihan setelah sekolah negeri. Murid yang akan masuk ke Sekolah Tunas Kartika akan diseleksi terlebih dahulu. Para pengelola sekolah yaitu para guru yang dipimpin oleh Kepala Sekolah memberikan pengorbanan tenaga dan waktu yang tinggi terhadap tugas-tugasnya. Begitu juga dengan pengurus yayasan, disela-sela kesibukannya menjadi ibu rumah tangga tetapi masih tetap dapat memberikan kontribusi yang maksimal kepada yayasan. Pengurus yayasan sangat aktif agar sekolah-sekolah dikenal dan bermutu. Yayasan juga turut hadir dalam sebuah rapat kerja untuk para pengelola sekolah swasta seluruh Indonesia di Jakarta, yayasan mengutus ibu Ngairah Sukowartono sebagai wakil dari daerah Sumatera Utara, ia menjabat sebagai Urusan Persekolahan. Medan belum membentuk organisasi yayasan yang mengelola sekolah swasta yang disebut MPS Musyawarah Perguruan Swasta. Yayasan Tunas Kartika menjadi salah satu pemrakarsa berdirinya organisasi ini. Begitu juga dengan organisasi yang lebih khusus yaitu GOPTKI Gabungan Organisasi Pengelola Taman Kanak-Kanak Indonesia. Yayasan Tunas Kartika sangat aktif dan selalu ikut serta dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh pengurus, baik di pusat maupun di daerah. Selalu ikut di setiap penataran yang diadakan untuk meningkatkan pengetahuan para guru, baik yang diselenggarakan oleh Depdikbud maupun lembaga lainnya, sepanjang ada kaitannya untuk meningkatkan mutu pendidikan, baik di Universitas Sumatera Utara Kota Medan maupun di kota-kota lainnya Yayasan Tunas Kartika selalu ikut dan selalu memberikan dukungan penuh. 36 Kedua, Pangkowilhan I yang dijabat oleh Mayor Jenderal TNIAD Moko Ginta memberikan instruksi melalui Kakanwil Depdikbud Propinsi Sumut untuk membaurkan sekolah SD non pribumi dengan Sekolah Dasar pribumi. Yayasan Tunas Kartika ikut dalam proses tersebut dengan cara menggabungkan SD Tunas Kartika III dengan SD Sedjati Ibu Yasir Hadibroto mengabdikan tugas ke Yayasan Tunas Kartika selama 21 bulan, lalu digantikan oleh Ibu Alex Prawira Atmaja dan memulai masa baktinya tanggal 3 April 1973 sampai 28 Januari 1975. Ada dua hal yang menonjol yang terjadi pada ruang lingkup sekolah yang dikelola oleh Yayasan Tunas Kartika pada saat masa pimpinan Ibu Alex Prawira Atmaja, pertama adalah pembebasan uang sekolah sumbangan pokok belajar bagi siswa yang berprestasi yang memasuki sebutan “sepuluh besar” dalam kelas mereka, dibebaskan membayar SPP selama 6 bulan. Hal ini memberikan dampak yang positif bagi anak didik, mereka menjadi saling bersaing untuk menaikkan prestasi kelassekolah, dan menciptakan suasana kompetitif yang sehat. 37 dan mendapat hasil yang baik, pembauran ini menghasilkan siswa yang cerdas dan kritis, dan berhasil mengundang berbagai prestasi dari Kanwil Depdikbud Medan. 38 36 Ibid., hlm 26 37 SD Sedjati merupakan SD non pribumi, mereka masih menggunakan bahasa mandarin sebagai pengantar dalam proses belajar. Pembauran ini bertujuan untuk membantu agar SD ini dapat menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam proses belajar mengajar. SD Sedjati ini terletak di Jl. Barus No 14 Medan. 38 Loc.Cit.. Ibu Alex tidak hanya memberi perhatian untuk meningkatkan mutu sekolah saja tetapi juga mengembangkan masalah untuk meningkatkan pendapatan untuk urusan ekonomi yayasan termasuk para guru dan karyawan sekolah. Universitas Sumatera Utara Membentuk koperasi kecil-kecilan, koperasi ini menggiatkan usaha simpan pinjam, dan mengadakan barang-barang keperluan rumah tangga yang bisa dibeli dengan sistem angsuran, membuat bazar dan pameran. Koperasi yang belum lama berdiri ini hasilnya bisa langsung dirasakan. Yayasan membeli lemari es yang baru dan sebuah piano. Para Kepala Sekolah diberi dukungan sebuah sepeda motor. 39 Peralatan drumband didapat dari Brigade Jenderal TNIAD Ismail yang pada saat itu menjadi Pembina Yayasan Tunas Kartika, yang melatih adalah bapak-bapak dari anggota Brigif 7Rimba Raya. Hasilnya pada saat setiap ulang tahun yayasan selalu tampil dengan baik, begitu pula pada hari-hari penting lainnya seperti pada Hari Kemerdekaan tanggal 17 Agustus, Hari Ulang Tahun Pramuka tanggal 14 Agustus. Hal ini membuat anak-anak lebih Ibu Alex Prawira Atmaja mengabdi selama 22 bulan, lalu digantikan oleh Ibu Soekotjo pada tanggal 28 Januari 1975 sampai 11 Agustus 1977. Keadaan sekolah dan yayasan masih tetap sama, berkembang baik dan tugas pengelola menjadi sebuah rutinitas dengan masanya. Ibu Soekotjo mengakhiri masa bakti dan digantikan oleh Ibu Ismail. Ibu Ismail memberikan perhatian lebih terhadap kegiatan ekstrakulikuler. Ibu Ismail banyak memberikan ide-ide sekaligus mewujudkannya. Salah satu kegiatan yang beliau laksanakan adalah kegiatan drumband dan atletik seperti lari, lompat jauh, senam dan lainnya. Menurut beliau kegiatan formal yang diberikan dan dilaksanakan oleh sekolah yaitu dengan mempelajari berbagai hal yang sesuai dengan kurikulum Depdikbud sama pentingnya dengan kegiatan non formal yang dilaksanakan di sekolah. Kegiatan non formal antara lain adalah, pendidikan budi pekerti, etiket, agama, kesenian, dan pramuka yang pada waktu itu belum wajib seperti sekarang. 39 Ibid., hlm 27 Universitas Sumatera Utara bangga pada sekolahnya sendiri dan tentunya pada keahliannya. Drumband mereka berhasil meraih prestasi tertinggi yaitu juara I dalam kejuaraan drumband se-Kodya Medan tiga kali berturut-turut 1977,1978, dan 1979. 40 Pada tahun 1979, pembina pramuka di lingkungan sekolah Tunas Kartika mengadakan silaturahmi ke Semarang. Mereka sangat mengagumi kegiatan pramuka yang ada di Jawa Tengah dengan salah satu keahlian anggota pramuka Siaga dalam bermain sepeda roda satu. Ibu Ismail memaklumi kekaguman dari para pembina pramuka dan Ibu Ismail memboyong sepeda untuk melatih keseimbangan para pramuka tingkat siaga ke Medan, dan di Medan hanya sekolah yang dikelola oleh Yayasan Tunas Kartika yang mempunyai sepeda roda satu. 41 Yayasan tidak hanya mengelola sekolah-sekolah umum saja tetapi juga mengelola sekolah kejuaran yaitu SKKP 42 dan SKKA 43 yang letaknya di Kawasan Deli Serdang. 44 40 Pada saat itu Pembina tidak berani memberikan usul agar anak-anak di Medan memiliki sepeda roda satu, dan Ibu Ismail memaklumi keingin para Pembina ini agar anak-anak di Medan mendapat keterampilan yang sama dalam menggunakan sepeda roda satu. Kemudian Ibu Ismail menawarkan untuk membeli sepeda tersebut dan segera dikirim ke Medan sehingga menjadi satu-satunya gugus depan di Sumatera yang memiliki keahlian menggunakan sepeda roda satu. Ibid., 41 Wawancara dengan ibu Soekomartono yang telah bekerja di Yayasan Tunas Kartika. Wawancara dilakukan tanggal 28 Oktober 2007 di di rumah Ibu Ngairah Sukowartono yang bertempat di Jalan Jamin Ginting Kompleks Pamen no G 11. 42 SKKP adalah Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama. 43 SKKA adalah Sekolah Kesejahteraan Keluarga Atas. 44 Ibu Ngairah Sukowartono tidak dapat mengingat alamat sekolah SKKP dan SKKA dengan jelas, ia hanya menyebutkan di Deli Serdang dan sekolah ini tidak lama dijalankan karena status tanahnya yang belum jelas. Namun karena masalah dengan status tanah tempat belajar yang tidak jelas, dan akhirnya pembina harian mengadakan musyawarah dengan Bupati Deli Serdang agar sekolah dikembalikan ke Pemda setempat. Bupati setempat menyetujuinya dan sebagai tanda sepakat pihak Pemda menyerahkan dua buah mesin jahit dan sebuah mesin obras kepada Persit Kartika Chandra Kirana Pengurus Daerah IIBukit Barisan. Mesin-mesin jahit itu selanjutnya Universitas Sumatera Utara dikelola yayasan dan diserahkah kepada warakawuri 45 Dengan demikian untuk pertama kalinya sejak mulai berdiri ketua yayasan dijabat oleh Wakil Ketua Daerah. Nyonya DM Lintang yang menjadi Wakil Ketua Daerah, maka Nyonya DM Lintang memulai masa baktinya tanggal 30 Desember 1980, melalui serah terima Ketua Yayasan dari Ibu Latifah M Sanif. Tidak lama setelah beliau menjabat, dari Pengurus Pusat mengeluarkan instruksi melalui surat nomor : 144, tanggal 30 Desember 1982 tentang kepengurusan yayasan. Diantaranya adalah Pasal 8 ayat 5 butir a : bahwa, Ketua Yayasan adalah Wakil Ketua Persit Kartika Chandra Kirana DaerahGabunganCabang BS. Yayasan semakin maju dan berkembang pada masa ini, di kalangan para guru, terdapat kebanggaan sebagai pengajar di sekolah swasta milik organisasi Persit. Yayasan sendiri geraknya untuk mewujudkan komitmen organisasi Induk yaitu Persit Kartika Chandra Kirana makin menunjukan kemajuan. , mesin jahit tersebut digunakan untuk membuat seragam untuk TK yang dijual kepada orang tua murid dengan mengambil sedikit keuntungan, keuntungan tersebut dimanfaatkan untuk putera-puteri warakawuri yang membutuhkan baju seragam sekolah. Ibu Ismail kemudian digantikan oleh Ibu Latifah M Sanif yang memulai tugas dari 10 Maret 1980, pada masa inilah pendirian Yayasan Tunas Kartika dikukuhkan secara resmi dihadapan notaris bernama Kusmulyanto Ongko. Akte yang bernillai tinggi bagi Yayasan Tunas Kartika ini bernomor : 14, dikeluarkan tanggal 4 Oktober 1980. Salah satu anggaran dasarnya adalah Ketua yayasan adalah Wakil Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Daerah IIBukit Barisan, yaitu Nyonya DM Lintang, wakil ketua yayasan adalah Ketua Seksi Kebudayaan Persit Kartika Chandra Kirana Daerah IIBukit Barisan. 45 Warakawuri adalah istri prajurit Angkatan Darat yang suaminya telah meninggal saat masih dalam masa tugas. Universitas Sumatera Utara Ketika Ketua Daerah di jabat oleh Ibu Eddy Sudrajat masa bakti 17 Mei 1981-10 April 1983. Ibu Eddy merasa prihatin melihat daya tampung sekolah yang kecil, padahal peminat para calon anak didik sangat besar. Hal ini terjadi karena sekolah-sekolah inpres jumlahnya belum memadai. Begitu juga dengan kualitasnya, sedangkan kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan sangat besar. Oleh karena itu, Ibu Eddy Sudrajat kemudian mencari upaya untuk meningkatkan daya tampung bagi para anak didik, dan jalannya adalah dengan membangun sebuah gedung, dan pada waktu itu ada yang menawari Yayasan Tunas Kartika untuk mengadakan penukaran. Gedung sekolah yang ada di Cut Mutia dan Jalan Kartini akan dirobohkan dan dibangun kembali menjadi sebuah hotel yang bertaraf internasional. Sebagai gantinya yayasan dibangunkan sebuah gedung baru di kawasan Gaperta Helvetia, kesepakatan terjadi dan bukan hanya sebuah gedung sekolah yang memenuhi syarat untuk berlangsungnya proses belajar mengajar yang baik yang didapatkan tetapi yayasan juga mendapat sarana olahraga bagi anak didik kami yang cukup lengkap, lapangan bola kaki, lapangan basket, lapangan voli, lapangan tennis, sebuah gedung olah raga tempat olahraga badminton dan termasuk sebuah kolam renang. Ditambah lagi dengan bangunan kantor Persit Kartika Chandra Kirana. 46 Gedung itu mulai digunakan pada tahun ajaran baru tahun 1983, gedung tersebut digunakan sebagai SMA Tunas Kartika 2, SMP Tunas Kartika 2 dan SD Tunas Kartika 1 dan 2, gedung tersebut diresmikan penggunaannya pada saat minggu pertama bulan Januari 1983, diresmikan oleh KASAD Jenderal TNIAD M.Yusuf dan Menteri Depdikbud Bapak Daud Joesoef. Kemudian dilanjutkan dengan Ibu Elly Yusuf selaku ketua pengurus pusat Organisasi Persit Kartika Chandra Kirana, meresmikan kantor Persit Daerah IIBukit Barisan. 46 Endang Sedaryanto, Ibid.,hlm., 35 Universitas Sumatera Utara Usaha Ibu Eddy Sudrajat tidak hanya sampai disitu saja, beliau juga memperhatikan kesejahteraan para guru dan karyawan, dengan cara mengadakan kerjasama dengan Perusahaan Ansuransi Bumi Putera, untuk membayarkan tunjangan hari tua. Iuran pertama sampai ketiga dibebaskan oleh yayasan, selanjutnya iuran tersebut dibayar oleh masing- masing guru. Ibu Eddy Sudrajat juga mengusahakan tunjangan kesehatan yaitu perawatan gratis untuk berobat di Rumah Sakit Puteri Hijau rumah sakit milik Kodam IBB bagi para guru dan karyawan. 47 Tetapi kedua hal ini hanya diperuntukan bagi guru tetap, dan apabila ingin berobat gratis, guru harus mendapat surat pengantar dari pengurus Yayasan Tunas Kartika. 48 Saat Ibu Soetopo sedang bertugas sebagai Ketua Yayasan, terjadi perubahan dalam kepengurusan. Perubahan yang terjadi adalah hasil dari keputusan Musyawarah Pusat Persit Kartika Chandra Kirana ke III tanggal 25 April 1984. Keputusan dari musyawarah tersebut adalah Ketua Yayasan kembali dijabat oleh Ketua DaerahCabangGabunganCabang BS. Hal ini tercantum dalam akte notaris yang dibuat oleh notaris Kusmulyanto Ongko bernomor: 116 dikeluarkan tanggal 26 Maret 1985. Namun pelaksanaan pergantian Ketua Yayasan telah dilakukan terlebih dahulu pada tanggal 3 November 1984. Ibu Soetopo menyerahkan tugasnya kepada Ketua Daerah II, Ibu Harsudijono Hartas yang hanya memimpin yayasan selama 5 bulan, walaupun masa jabatannya relatif singkat tetapi beliau dalam memimpin yayasan sempat mengadakan pemilihan guru dan siswa terbaik. Ibu Harsudijono Hartas Ibu DN Lintang kemudian digantikan oleh Ibu RI Siregar pada tanggal 6 Januari 1983, beliau membaktikan diri selama 15 bulan, kemudian digantikan oleh Ibu Soetopo yang mengawali masa bakti tepat pada saat peringatan Hari Kartini, tanggal 21 April 1984. 47 Ibid.,hlm. 36 48 Wawancara dengan Ibu Ngairah Sukowartono yang telah bekerja di Yayasan Tunas Kartika. Wawancara dilakukan tanggal 28 Oktober 2007 di di rumah Ibu Ngairah Sukowartono yang bertempat di Jalan Jamin Ginting Kompleks Pamen no G 11. Universitas Sumatera Utara digantikan oleh Ibu Soeripto tanggal 27 April 1985 dan mengakhiri tugasnya pada tanggal 28 Januari 1986. Pada masa bakti Ibu Soeripto terjadi perubahan yang cukup besar di tubuh TNIAngkatan Darat yang sangat berpengaruh terhadap yayasan 49 , yaitu pada tahun 1985 sesuai dengan hasil Rapim 50 Dengan adanya perubahan tersebut Badan Pengurus Yayasan Tunas Kartika mengadakan rapat pada tanggal 12 Agustus 1986 yang memutuskan untuk mengadakan perubahan akte notaris yang dilaksanakan secara resmi tanggal 24 Nopember 1986, yaitu Yayasan selanjutnya bernama Yayasan Persit Kartika Chandra Kirana Daerah IBukit Barisan yang terletak di Jalan Binjai KM 7,5 Medan. Ini terdapat dalam pasal I Anggaran Dasar: Ayat a. Adapun perwakilan yayasan adalah Korem-Korem yang termasuk dalam Komando Daerah Militer IBukit Barisan, yaitu: Perwakilan Yayasan Tunas Kartika Korem 012Teuku Umar di Banda Aceh, Perwakilan Yayasan Tunas Kartika Korem 011Lilawangsa di Lhokseumawe, Perwakilan Yayasan Tunas Kartika Korem 022Pantai Timur di Pematang ABRI sebelumnya terjadi reorganisasi, khususnya dalam hal ini adalah TNIAngkatan Darat. Kowilhan Komando Wilayah Pertahanan ditiadakan dan terjadi pengurangan jumlah Kodam Komando Daerah Militer. Kodam I yang semula membawahi Propinsi Aceh, selanjutnya dimekarkan menjadi seluruh wilayah Sumatera Utara Sumbagut. Termasuk Propinsi Sumatera Barat yang menjadi Korem 032, Propinsi Sumatera Utara menjadi Korem 022 dan Korem 023, serta Propinsi Riau yang menjadi Korem 033. 49 Saat itu ruang lingkup Yayasan Tunas Kartika yang dilelola oleh Pengurus Daerah II meliputi Medan, Yayasan Wirabanti 17 Agustus Padang, Yayasan Putra Yani Pati di Pematang Siantar dan Yayasan Tugama dari Pomdam IBukit Barisan. Endang Sedaryanto,Perjalanan Bhakti, Medan: tanpa penerbit, 1997 hlm. 37 50 Rapim adalah Rapat Pimpinan Universitas Sumatera Utara Siantar, Perwakilan Yayasan Tunas Kartika Korem 023Kawal Samodra di Sibolga, Perwakilan Yayasan Tunas Kartika Korem 032Wirabraja di Padang, Perwakilan Yayasan Tunas Kartika Korem 031Wirabima di Pekanbaru, dan Koordinator Perwakilan Yayasan Tunas Kartika di Medan. Terdapat dalam Pasal II ayat b, dan Pasal 2 yang menyatakan bahwa Badan Pengurus adalah 1 Ketua Yayasan adalah Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Daerah IBukit Barisan Nyonya Maharani Ali Geno. 2 Wakil Ketua Yayasan adalah Wakil Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Daerah IBukit Barisan Nyonya Basofi Sudirman. 51 Setelah itu Ibu Maharani Ali Geno digantikan Ibu Asmono pada tahun 1987 sampai tahun 1990. Pada tahun 1990-an mulai banyak terjadi kenakalan remaja. Hampir di seluruh daerah terjadi kenakalan remaja, termasuk di Kota Medan dan wilayah Sumbagut. Setelah terjadi perubahan di dalam tubuh TNI dan Yayasan Tunas Kartika tersebut maka sekolah yang dikelola dan menjadi tanggung jawab dari Yayasan Tunas Kartika di wilayah Sumbagut Sumatera Bagian Utara menjadi 82 buah sekolah, rinciannya adalah, TK 60 buah, SD 12 buah, Sekolah Menengah Pertama sekarang SLTP 6 buah, Sekolah Menengah Atas sekarang SMA 4 buah, dengan jumlah anak didik kurang lebih 13.000 siswa. 52 51 Ibid.,hlm. 38 52 Ibid., hlm. 46 Penyalahgunaan obat terlarang, main ding-dong dan kenakalan remaja lainnya. Hal ini membuat para orang tua dan pengurus yayasan merasa khawatir, lalu pengurus membuat program agar dapat menanggulangi kenakalan remaja dengan cara membuat beberapa kegiatan, diantaranya adalah dengan mengadakan Pekan Olah Raga antar siswa-siswi SLTP dan SLTA di Gaperta. Selain itu diadakan silaturahmi antara anggota Pramuka sesama siswa Universitas Sumatera Utara sekolah Tunas Kartika di Aceh dan Sumatera Barat. Untuk menanggulangi masalah kenakalan remaja ini, diadakan ceramah ke sekolah-sekolah dengan topik bahanya penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang lainnya. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan yang oleh Yayasan Tunas Kartika antara lain: 1. Senantiasa membina hubungan baik dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2. Meneruskan kebijaksanaan pengangkatan guru swasta ke status guru negeri dengan bekerjasma dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 3. Mengikutsertakan tenaga guru dalam berbagai penataran yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka meningkatkan mutu tenaga pendidik. 4. Meneruskan surat-surat bantuan dari Persit Kartika Chandra Kirana kepada Pengurus Daerah IIBukit Barisan, cabang dan ranting antara lain: a. S.T.T.B untuk sekolah Persit Kartika Chandra Kirana baik di Pengurus Daerah, cabang maupun ranting. b. Ketentuan mengenai papan nama sekolah, stempel sekolah, pendirian sekolah baru dan lainlain. c. Dana dan bantuan baik berupa uang maupun peralatan sekolah, baik dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan maupun dari pihak lain. 5. Memberikan ceramah-ceramah dalam rangka pembinaan mental, disiplin dan lain lain 6. Mengadakan studi tour, kunjungan ketempat dan objek yang bermanfaat demi menambah ilmu pengetahuan. Universitas Sumatera Utara 7. Mengadakan peringatan bersama pada waktu hari-hari besar baik Islam maupun Kristen. 8. Meningkatkan terus kesejahteraan para pengasuh dan pengajar sekolah untuk tetap merangsang kegiatan bekarja. 9. Merawat dan meningkatkan perbaikan sarana-sarana pendidikan sehingga tetap bertambah baik keadaanya. 10. Berusaha untuk tetap meningkatkan hasil kualitas Evaluasi Belajar Tahap Akhir EBTA murid dari sekolah-sekolah Tunas Kartika. 53 Yayasan Tunas Kartika lebih memfokuskan diri pada bidang pendidikan, karena tujuan utama dari yayasan ini memang untuk pendidikan bagi keluarga tentara. Namun tujuan ini akhirnya menjadi lebih bersifat fleksibel setelah cukup besarnya antusiasme dari masyarakat untuk masuk ke dalam sekolah yang dikelaola oleh Yayasan Tunas Kartika ini. Kegiatan Yayasan Tunas Kartika ini memamg lebih di titik beratkan pada sektor pendidikan, tetapi yayasan ini juga mampu memberdayakan sumber daya manusia yang tergabung dalam yayasan ini, seperti warakawuri janda tentara yang gugur saat bertugas yang diberikan kesempatan untuk dapat mengasah dan mengembangkan keterampilan mereka seperti menjahit dan usaha catering. Kedua jenis usaha ini telah mampu membuat para warakawuri ini menanggulangi biaya hidup mereka secara mandiri. 53 Chairiyati Nasution, Peran Organisasi Persit Kartika Chandra Kirana dalam Membina Kesejahteraan Keluarga, Skripsi dari mahasiswa Jurusan Ilmu Sejarah Fak. Sastra USU: Tidak Diterbitkan, 1983, hlm 63-65 Universitas Sumatera Utara

3.3 Tantangan yang Dihadapi oleh Yayasan Tunas Kartika