Sekolah yang Dikelola oleh Yayasan Tunas Kartika

BAB IV PERANAN YAYASAN TUNAS KARTIKA

4.1 Sekolah yang Dikelola oleh Yayasan Tunas Kartika

Sekolah yang dikelola oleh Yayasan Tunas Kartika di Kota Medan semua berjumlah 15 sekolah, Taman Kanak-Kanak TK berjumlah 7 buah, Sekolah Dasar SD berjumlah 4 buah, Sekolah Menengah Pertama SMP 2 buah dan Sekolah Menengah Atas SMA berjumlah 2 buah. Pengelolaan sekolah ini terbagi atas 2 bagian yaitu: 1. Sekolah-sekolah yang langsung ada di bawah pengawasan Yayasan Tunas Kartika Pengurus Daerah IIBukit Barisan 2. Sekolah-sekolah yang tidak langsung berada di bawah pengawasan Yayasan Tunas Kartika Pengurus Daerah IIBukit Barisan, tetapi diawasi dan diasuh langsung oleh cabang atau ranting Persit Kartika Chandra Kirana Pengurus Daerah IIBukit Barisan. 55 TK yang dari awal dan sampai saat ini masih berjalan dengan baik adalah TK Tunas Kartika I-1 yang terletak di Jl. Cut Mutia, saat kantor dan sekolah Tunas Kartika di tukar dan akan dibangun sebuah hotel maka TK Tunas Kartika pindah ke Jl. Binjai Km 7,5 Kel. Cinta Damai dekat dengan Kantor Persit dan Yayasan Tunas Kartika. TK Tunas Kartika I-1 berdiri pada awal tahun ajaran 19531954. Banyak Taman Kanak-kanak yang dikelola oleh yayasan, 55 Yang dimaksud oleh sekolah yang langsung dibawah pengawasan Yayasan Tunas Kartika adalah pengelolaan sekolah ditangani langsung oleh yayasan, seperti pengelolaan uang sekolah dan kegiatan-kegiatan sekolah lainnya. Sekolah yang tidak langsung di bawah pengawasan dari Yayasan Tunas Kartika melakukan pengelolaan sekolah tersebut sendiri, yayasan hanya menerima laporan dari kegiatan-kegiatan sekolah. Cahairiyati Nasution, Op.cit.,hlm 62 Universitas Sumatera Utara biasanya terletak di batalion-batalion, namun terkadang sekolah Taman Kanak-kanak tersebut harus bubar apabila batalion tersebut pindah atau dibubarkan. 56 Yayasan cukup berperan terhadap SD Tunas Kartika, karena yayasan selalu mendukung setiap keputusan yang telah diambil oleh sekolah untuk kemajuannya, karena yang mengerti kebutuhan sekolah adalah guru sebagai pengajar, dan kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah. Peran yayasan ditunjukkan dengan memberikan perhatian yang baik terhadap sekolah seperti, sarana dan prasarana dicukupi, kesejahteraan guru diperhatikan dengan baik oleh yayasan. Guru yang diterima oleh sekolah terlebih dahulu diseleksi melalui tes, tes ini diselenggarakan oleh yayasan, selain dipilih sendiri oleh yayasan terdapat juga guru negeri yang diperbantukan ke sekolah swasta, artinya ada juga guru negeri yang bekerja di Sekolah Tunas Kartika baik itu SD, SMP maupun SMA. Tantangan yang dihadapi SD Tunas Kartika adalah sumber daya manusia yang terbatas. Para guru sudah banyak yang sudah tua dan hanya lulusan sekolah pendidikan guru belum sampai sarjana. Sehingga guru terlambat untuk mengetahui dan mengikuti perkembangan yang baru. SD Tunas Kartika berdiri pada tahun 1956 yang bertempat di Jl. Cut Mutia kemudian dipecah menjadi 2 pada tahun 1975 menjadi SD Tunas Kartika I-1 dan SD Tunas Kartika I-2. Kemudian dibangunkan sekolah baru di Jl Gaperta karena tanah yang berada di Jl. Cut Mutia dijual. Pada saat pindah sekolah membawa kelas sebanyak 6 kelas yaitu kelas 1 sampai kelas 6. SD Tunas Kartika semakin lama berkembang semakin baik, setiap tahun orang tua yang ingin mendaftarkan anaknya ke SD Tunas Kartika semakin bertambah tetapi karena fasilitas gedung yang tidak mencukupi jadi setiap tahun tetap ada siswa yang ditolak untuk masuk ke SD Tunas Kartika. 56 Wawancara dengan Ibu Ngairah Sukowartono pada tanggal 29 April 2008 bertempat di Jl. Jamin Ginting Komplek Pamen no G 11. Universitas Sumatera Utara Siswa yang berprestasi mendapatkan beasiswa yaitu pembebasan SPP, yayasan memberikan potongan biaya SPP terhadap siswa yang orangtuanya merupakan anggota prajurit TNI, bagi anak warakawuri 57 dan anak guru-guru yang bekerja kepada yayasan. Sudah 3 orang yang menjabat menjadi Kepala Sekolah di SD Tunas Kartika I-2 yang pertama Ibu Lisken Tobing, kedua Ibu Sri Sutarti dan ketiga Bapak Riyono. 58 SMP Tunas Kartika pertama didirikan tahun 1965, bertempat di Jl. Kartini. Tahun 1970 SMP Tunas Kartika 1 pindah ke Jl. S. Parman no 240, bersamaan dengan dibukanya SMA Tunas Kartika 1. Karena peminatnya banyak dan tempat tidak dapat mencukupi lagi maka tahun 1983 dibangun lagi sebuah gedung bagi SMP Tunas Kartika I-2 yang terletak di Jl. Gaperta. Adapun Kepala Sekolah dari SMP Tunas Kartika I-1 adalah, pertama 1965 dijabat oleh Bapak M. Yusuf, kedua tahun 1967 oleh Bapak A. Manalu, ketiga tahun 1978 oleh Bapak Suheimi Yusuf dan keempat tahun 1982 dijabat oleh Mukhtar Tanjung. 59 SMA yang pertama kali dibuka oleh Yayasan Tunas Kartika adalah SMA Tunas Kartika I-1 yang bertempat di jalan S. Parman 240. Gedung yang dipergunakan oleh Yayasan Tunas Kartika ini adalah gedung yang telah diambih alih oleh KAMIKAPPI Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia dari BAPERKI Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia Medan. 60 57 Warakawuri adalah anak dan istri prajurit Angkatan Darat yang suaminya telah meninggal saat masih dalam masa tugas. 58 Wawancara dengan Bapak Riyono, Kepala Sekolah Dasar Tunas Kartika I-2. Wawancara dilakukan pada tanggal 30 Maret 2008 dirumah Bapak Riyono yang terletak di Jl. Amal Luhur 87. 59 Wawancara dengan Bapak Mukhtar Tanjung, Kepala Sekolah dari SMP Tunas Kartika I-1. wawancara dilakukan tanggal 31 Maret 2008 bertempat di sekolah SMP Tunas Kartika I-2 Jl. S. Parman no 240 medan. 60 Baperki adalah organisasi yang didirikan oleh beberapa tokoh peranakan Tionghoa dalam menghadapi masalah diskriminasi rasial di berbagai bidang, Baperki juga organisasi yang mengutamakan perjuangan politik dalam mencapai tujuan ekonomi, sosial, kebudayaan dan pendidikan. Kemudian pada saat muncul kekuasaan orde baru Baperki pun dibubarkan oleh kekuasaan orde baru. Pada waktu itu organisasi KAMIKAPPI menuntut pemerintah untuk mengusir semua warga Tionghoa dari Sumatera Utara. Kemudian timbul ide dari Bapak Wiliater Simbolon BA untuk Universitas Sumatera Utara memanfaatkan gedung tersebut, untuk digunakan menjadi gedung Sekolah Menengah Atas. Niatnya tesebut akhirnya dikemukakan kepada Ibu Blondina Leo Lopolissa selaku Ketua Persit Kartika Chandra Kirana Daerah IIBukit Barisan, dan ide ini kemudian disambut baik oleh Ibu Blondina Leo Lopolissa. 61 Masalah gedung belum teratasi karena ternyata gedung yang semula ingin digunakan yaitu gedung milik Baperki itu sudah ada yang menggunakan, untuk sementara ruang belajar yang digunakan adalah ruang kosong dari TK Tunas Kartika yang ada di Jalan Kartini, namun peralatan sekolah dan yang dibutuhkan oleh sebuah sekolah tetap dipersiapkan sedemikian rupa. Setelah itu dilakukan pengumuman untuk penerimaan siswa melalui media Beliau menyambut baik ide ini karena sebenarnya Persit memang tengah mempersiapkan berdirinya sekolah khususnya SMA sebagai tingkat lanjut dari perkembangan sekolah-sekolah yang ada sebelumnya yang hanya masih tingkat Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar yang berada di Jalan Imam Bonjol dan Jalan Kartini. Diadakanlah pertemuan untuk membahas persiapan dalam membuat SMA, pertemuan diadakan di rumah Dinas Pangdam IIBukit Barisan pada akhir Agustus tahun 1969. Pertemuan itu dihadiri oleh Ibu Blondina Leo Lopolissa selaku Ketua Pengurus Daerah, kemudian Ibu Halim Harahap selaku Ketua Seksi Kebudayaan, Ibu Tampak Sebayang yang menangani urusan persekolahan dan Pak Wiliater Simbolon sebagai pendidik. Hasil pertemuan tersebut disusunlah sebuah proposal untuk dapat segera mewujudkan SMA, dan tahun ajaran baru 1969 harus sudah berdiri. Tugas mulai dibagi, mulai dari penyelesaian administrasi ke Depdikbud menjadi tugas Bapak Simbolon sedangkan teknis pelaksanaan sekolah dan masalah honor, peralatan gedung dan lainnya menjadi tanggung jawab ibu-ibu Persit Kartika Chandra Kirana PD IIBukit Barisan. 61 Endang Sedaryanto, Loc cit., hlm 22 Universitas Sumatera Utara masa yang ada pada waktu itu. Tahun 1969 dimulailah tahun ajaran baru, SMA telah terwujud. Kurikulum dan peraturan pelaksanaan semuanya disamakan dengan sekolah negeri. Upaya untuk dapat menggunakan gedung ex Baperki itu masih terus dilanjutkan, Pembina Persit Kartika Chandra Kirana PD IIBukit Barisan mengadakan negoisasi dengan beberapa pihak yang telah menggunakan gedung tersebut terlebih dahulu yaitu Fakultas Ekonomi USU, Universitas Jayabaya dan Yayasan Widyasana Utama, kemudian akhirnya kesepakatan terwujud antara kedua belah pihak dan mereka meninggalkan tempat. Sejak tahun 1969 SMA Tunas Kartika menggunakan gedung yang berada di Jalan S. Parman 240 sampai sekarang. Pada tahun kedua SMA Tunas Kartika menerima murid pindahan dari SMA IBRI arahan Ikatan Bintara yang dilikwidasi. Seluruh siswa dan guru dipindahkan ke SMA Persit ini, itulah sebabnya pada tahun 1970 SMA Tunas Kartika sudah mengikuti ujian negara dengan bergabung dengan SMA Negeri 3 Medan. Selanjutnya setahun kemudian tahun 1971 SMA Persit telah mendapat kepercayaan dari Depdikbud untuk menyelenggarakan ujian negara sendiri, kepala sekolah berhak untuk menandatngani STTB Surat Tanda Tamat Belajar. Kemudian tahun 1983 berdiri kembali sebuah sekolah yang merupakan pemekaran dari SMA Tunas Kartika yang berada di Jl. Letjen S. Parman no 240 Medan dengan nama SMA Tunas Kartika I-2 terletak di Jl. Gaperta Helvetia Medan sekolah ini membawa siswa dari SMA Tunas Kartika I-1 Jl. Letjen S. Parman no 240 Medan sebanyak 4 kelas dengan rincian kelas II IPA 1 kelas, kelas II IPS 1 kelas, kelas III IPA 1 kelas dan kelas III IPS sebanyak 1 kelas. Universitas Sumatera Utara Pada awal berdirinya SMA Tunas Kartika I-2 Medan menerima siswa tahun ajaran baru kelas 1 sebanyak 8 kelas, dengan jumlah pendaftar hampir 600 orang, maka pada saat penerimaan diadakan penyaringan testing sehingga pada saat tahun ajaran baru 19831984 seluruh kelas yang ada di SMA Tunas Kartika I-2 berjumlah 12 kelas dengan rician kelas I ada 8 kelas, kelas II ada 2 kelas masing-masing kelas IPA dan IPS dan kelas III 2 kelas, kelas IPA dan kelas IPS. SMA Tunas Kartika I-2 mempunyai jenjang akreditasi disamakan dan pada tahun ajaran 19831984 sudah menjadi penyelenggara EBTA evaluasi belajar tahap akhirEBTANAS evaluasi belajar tahap akhir nasional. 4.2 Sistem Pendidikan Sekolah Sistem adalah cara atau metode yang teratur untuk melakukan sesuatu. 62 Pengertian pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. 63 62 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995, hlm. 955 63 H. Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001,hlm., 70 Jadi sistem pendidikan adalah cara untuk dapat mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapi dan segala aktifitasnya yang direncanakan dengan sengaja, sekolah juga merupakan lembaga pendidikan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga, jadi sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan, karena pengaruhnya besar terhadap jiwa anak dan mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi anak. Universitas Sumatera Utara Masalah dasar dan tujuan pendidikan adalah suatu masalah yang fundamental dalam pelaksanaan pendidikan. Sebab dari dasar pendidikan itu akan menentukan corak dan isi pendidikan. Isi pendidikan itu adalah tidak lain dari pada kurikulum. Kurikulumlah yang merupakan alat pembentukan. 64 Dengan demikian, maka dasar pendidikan itu menentukan corak dan isi dari kurikulum. Pada umumnya tiap-tiap bangsa dan negara sependapat tentang pokok-pokok tujuan pendidikan, yaitu: mengusahakan supaya tiap-tiap orang sempurna pertumbuhan tubuhnya, sehat otaknya, baik budi pekertinya dan sebagainya dan sebagainya, sehingga ia dapat mencapai kesempurnaannya dan berbahagia hidupnya lahir dan bathin. 65 Sistem pendidikan di sekolah adalah berbasis kurikulum. Dari mulai penyampaian kurikulum secara langsung, tatap muka sampai program ekstrakurikuler. Untuk itulah dibuatlah kurikulum, peraturan sekolah, roster pelajaran tatap muka, jadwal praktikum dan Berdasarkan uraian diatas maka dapat ditarik suatu hubungan antara dasar pendidikan dan tujuan dari pendidikan. Dasar pendidikan, dalam hal ini kurikulum pendidikan adalah sebagai alat pembentuk yang menentukan corak dan sistem dari suatu pendidikan dan harus pula disesuaikan dengan tujuan pendidikan. Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa kurikulum adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Adapun tujuan akhir dari tujuan pendidikan itu adalah mendidik anak agar berguna bagi dirinya sendiri serta berguna bagi masyarakat, bangsa dan negara. Dengan demikian dasar dan tujuan pendidikan itu tidak boleh berbeda, tidak boleh dipisahkan satu dengan yang lain. 64 Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah kepada seluruh anak didiknya, baik di dalam maupun di luar sekolah. Pengalaman anak didik di sekolah dapat diperoleh melalui kegiatan pendidikan antara lain, mengikuti pelajaran di kelas, praktik keterampilan dan praktik di laboratorium, latihan olahraga dan kesenian, dan kegiatan karya wisata. Kurikulum biasa disebut juga dengan rencana pendidikan dan pengajaran atau program pendidikan. B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, Jakarta: Penerbit Rineka, 2004, hlm. 32 65 H. Abu Ahmadi, Op.cit, hlm., 99 Universitas Sumatera Utara kegiatan ekstrakurikuler. Kurikulum yang pertama dipakai adalah kurikulum tahun 1968, setelah itu kurikulum tersebut disempurnakan menjadi kurikulum tahun 1975, kurikulum tahun 1975 menekankan pada penghayatan dan pengamalan Pancasila sebagai pedoman dan pandangan hidup bangsa yang mengharuskan setiap siswa baru untuk mengikuti penataran P- 4 yang bertujuan untuk dapat menumbuhkan rasa kecintaan kepada bangsa dan negara. Pada tahun 1984 pemerintah kembali mengganti kurikulum 1975 menjadi kurikulum tahun 1984, kurikulum ini lebih mengarah pada kebutuhan pengetahuan masyarakat, kurikulum ini mengharuskan agar siswa lebih aktif dalam mengikuti belajar mengajar. Kurikulum yang dipakai oleh sekolah-sekolah Tunas Kartika ini merupakan kurikulum yang ditetapkan dan digunakan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, hal ini membuat sekolah- sekolah yang dikelola oleh Yayasan Tunas Kartika ini setaraf dengan sekolah negeri yang ada di Sumatera Utara, sehingga mutu pendidikan sekolah-sekolah yang dikelola Yayasan Tunas Kartika tidak ketinggalan dengan sekolah negeri maupun swasta. Untuk membahas secara luas tentang Yayasan Tunas Kartika karena yayasan banyak mengelola sekolah dan apabila membahas sekolah tidak bisa terlepas dari kurikulum karena kurikulumlah dasar atau basis dari penyelenggaraan pendidikan jadi satu dengan yang lain saling berkaitan. Yayasan Tunas Kartika banyak mengelola sekolah, dari mulai Taman Kanak-kanak sampai Sekolah Menengah Atas, setiap jenjang pendidikan memiliki tujuan pendidikan dan kurikulum sendiri dalam usaha untuk mencapai tujuannya masing-masing. Berikut ini adalah tujuan dan kurikulum tahun 1984 di setiap jenjang pendidikan. Tujuan pendidikan Taman Kanak-kanak TK adalah untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar Universitas Sumatera Utara dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Adapun program Pendidikan TK Tunas Kartika mencakup mata pelajaran 7 mata pelajaran yang terdiri dari: Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Kemampuan Berbahasa, Sosial Emosional dan Kesadaran Lingkungan, Kreativitas 66 , Kognitif 67 Tujuan Pendidikan SMP adalah meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembngunan bangsa. , Jasmani dan Kesehatan. Tujuan pendidikan Sekolah Dasar SD bertujuan untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Adapun program inti Kurikulum SD mencakup mata pelajaran 11mata pelajaran yang terdiri dari: Pendidikan Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Dunia, Ilmu- ilmu Sosial, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan, Pendidikan Seni, Pendidikan Keterampilan. 66 Kreatifitas adalah kemampuan untuk mencipta. Peter Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hlm. 776 67 Kognitif adalah proses pengenalan atau penafsiran terhadap lingkungan atau kegiatan memperoleh ilmu pengetahuan atau usaha untuk mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Ibid., hlm. 754 Universitas Sumatera Utara Program inti dalam Kurikulum SMP tahun 1984 sebagai berikut: Pendidikan Agama, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Sastra Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia dan Sejarah Dunia, Ilmu-ilmu Sosial, Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan, Pendidikan Seni, Pendidikan Keterampilan, Matematika, Biologi, Fisika, Bahasa Inggris. Tujuan pendidikan SMA. Pertama, adalah untuk mendidik para siswa untuk menjadi manusia pembangunan sebagai warga negara Indonesia yang berpedoman pada Pancasila. Kedua, sebagai lembaga pendidikan umum pada tingkat menengah atas, SMA bertujuan untuk memberi bekal kemampuan bagi siswa yang akan melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Ketiga, SMA bertujuan pula untuk memberikan bekal kemampuan bagi siswa yang akan terjun ke dunia kerja setelah menyelesaikan pendidikannya. Program inti dalam kurikulum SMA mencakup mata pelajaran: Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa, Bahasa dan Sastra Indonesia, Ekonomi, Geografi, Pendidikan Jasmani dan OlahragaKesehatan, Pendidikan Seni, Pendidikan Keterampilan, Matematika, Biologi, Fisika, Kimia, Sejarah, Bahasa Inggris. 68

4.3 Sarana Pendidikan Sekolah