Letak Geografis GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.2 Letak Geografis

Ibukota Sumatera Utara adalah Medan yang terletak di antara 3 30 1 –30 48 1 Lintang Utara dan 98 39 1 –98 47 1 Bujur Timur, berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah Utara yang dikelilingi Kabupaten Deli Serdang. Terhitung mulai 21 September 1951 melalui keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Utara No.66IIIPSU, Kota Medan diperluas tiga kali lipat dan disusul Maklumat Walikota Medan No. 21 tanggal 29 September 1951 dan menetapkan luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha dan meliputi 4 kecamatan: Medan Baru, Medan Barat, Medan Timur, Medan Selatan. 21 Kota Medan sangat cepat berkembang karena letak Kota Medan yang strategis, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1973 areal Kotamadya Medan ditambah 21. 380 hektar yang diambil dari daerah Tk. II Kabupaten Deli Serdang, sehingga luasnya bertambah menjadi 26.510 hektar. 22 Kecamatan bertambah dari 4 kecamatan menjadi 11 kecamatan yaitu, Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Deli, Medan Sunggal, Medan Denai, Medan Tuntungan, Medan Johor, Medan Baru, Medan Barat, Medan Kota dan Medan Timur. 23 21 Bayo Suti, Op.cit., hlm 24. 22 Ibid., hlm 19 23 Statistik Kotamadya Medan, Op, cit., hlm 11 Daerah perluasan keseluruhannya berasal dari Daerah Deli Serdang, tanahnya sebahagian besar berstatus tanah Negaragarapan dan sebagian lagi berstatus tanah AdatSwapraja yang merupakan tanah pertanian ladang dan sawah, masih ada juga yang berbentuk rawa-rawa yang dikuasai dan digarap oleh perseorangan yang relatif luas. Universitas Sumatera Utara Kota Medan merupakan kota yang dinamis, kota terbesar di Sumatera dan ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Ada 2 faktor yang menyebabkan Kampung Medan Puteri mengalami perkembangan yang pesat yaitu karena, 1. Terletak di antara pertemuan 2 sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura, yang terletak tidak jauh dari jalan Putri Hijau sekarang. Kedua sungai tersebut merupakan jalur lalu lintas perdagangan yang cukup ramai, sehingga Kampung Medan Putri merupakan cikal bakal Kota Medan sangat cepat berkembang dan menjadi pelabuhan transit yang sangat penting. Kampung Medan Putri yang terletak di dekat pertemuan Sungai Deli dan Sungai Babura Sebelah Kantor Walikota sekarang didirikan oleh Guru Patimpus. Perkembangan Kampung Medan yang sangat cepat tidak terlepas dari adanya perkebunan tembakau yang terkenal dengan Tembakau Delinya. 2. Karena Tembakau Deli dikenal merupakan tembakau terbaik untuk membungkus cerutu. Pada tahun 1863, Sultan Deli memberikan kepada Jacobs Nienhuys, Van der Falk dan Elliot dari Firma Van Keeuwen en Mainz Co, tanah seluas 4.000 bahu 1 bahu = 0,74 ha secara erfpacht 24 24 Erfpacht adalah sewa jangka panjang yang diberikan sultan Deli kepada pemerintah kolonial selama 99 tahun. 20 tahun di Tanjung Sepassi, dekat Labuhan. Contoh tembakau Deli. Maret 1864, contoh hasil panen dikirim ke Rotterdam di Belanda, untuk diuji kualitasnya. Ternyata daun tembakau tersebut sangat baik dan berkualitas tinggi untuk pembungkus cerutu. Kemudian di tahun 1866, Jannsen, P.W. Clemen, Cremer dan Nienhuys mendirikan De Deli Maatscapij di Labuhan, dan melakukan ekspansi perkebunan baru di daerah Martubung, Sunggal 1869, Sungai Beras dan Klumpang 1875, sehingga jumlahnya mencapai 22 perusahaan perkebunan pada tahun 1874. Mengingat kegiatan perdagangan tembakau yang sudah sangat luas dan berkembang, Nienhuys memindahkan kantor perusahaannya dari Universitas Sumatera Utara Labuhan ke Kampung Medan Putri. Dengan demikian Kampung Medan Putri menjadi semakin ramai dan selanjutnya berkembang dengan nama yang lebih dikenal sebagai Kota Medan. 25 Perpindahan kantor dari Labuhan ke Medan menyebabakan kegaitan menjadi banyak terpusat di Kota Medan, sehingga pada tahun 1870 Belanda membentuk Keresidenan Sumatera Timur dan menetapkan Kota Medan sebagai ibukotanya pada tahun 1884. Pada tahun 1918 pemerintah kolonial menetapkan Kota Medan menjadi Kotapraja 26 , setelah membeli tanah seluas 15,83 km2 dari Sultan Deli untuk kepentingan kota. Untuk dapat mendukung fungsi Kota Medan, maka pada tahun 1908 pemerintah Belanda membangun gedung Gemente 27 yang dikenal sebagai Balai Kota, pada tahun 1911 dibangun pula gedung Kantor Pos yang sampai sekarang masih digunakan dengan fungsi yang sama, terdapat juga pusat pertokoan Kesawan, mulai berdiri dari tahun 1876 yang letaknya tidak jauh dari Kantor Pos dan Balai Kota. Selama beberapa dasawarsa daerah pertokoan ini menjadi pusat perbelanjaan masyarakat Eropah dan mengalami kejayaan sampai tahun 60-an. Yayasan Tunas Kartika yang berada di jl. Binjai KM 7,5 Medan, SMA Kartika I-1 yang bertempat di jl. S. Parman Medan, dan SMA Kartika I-2 yang berada di jl. Gaperta Helvetia Medan. Dalam penelitian dilakukan wawancara tidak berstruktur dengan informan yang terlibat langsung dengan kegiatan di Yayasan Tunas Kartika dan pendidikan di SMA Tunas Kartika I-1 dan I-2 25 Statistik Kotamadya Medan, Op. cit., hlm iii 26 Kotapraja Medan pada waktu itu terdiri dari 4 kampung yaitu: Kesawan, Kampung Sungai Regas, Kampung Petisah Hulu, Kampung Petisah Hilir. Setelah itu tumbuh lagi Kampung Aur dan Kampung Keling. Said Efendi, Strategi Pembangunan Mewujudkan Kota Medan Bestari, Medan: Yayasan Pola Pengembangan Daerah Medan-Indonesia, 1997, hlm 39 27 Gemente adalah Kota Praja Kota Administrasi Pemerintah Hindia Belanda Universitas Sumatera Utara

2.3 Keadaan Penduduk di Kota Medan