2.3 Keadaan Penduduk di Kota Medan
Medan dalam bahasa Melayu berarti “tempat berkumpul”, karena sejak zaman dahulu Medan adalah tempat berkumpulnya orang dari Hamparan Perak, Sukapiring dan lainnya
untuk berdagang, bertaruh dan lain-lain.
28
Suku asli wilayah Sumatera Timur adalah etnis Melayu, Batak Karo, dan Batak Simalungun, umumnya mereka bekerja sebagai petani.
29
John Anderson, seorang pegawai Kerajaan Inggris dari Penang, dalam kunjungannya ke Medan pada tahun 1823 menemukan bahwa Medan saat itu masih merupakan sebuah
kampong kecil berpenduduk sekitar 200 orang.
30
Bangsa asing datang untuk membuka perkebunan di Sumatera Timur, hal ini memberi pengaruh yang besar terhadap perkembangan penduduk Kota Medan, karena kedatangan
bangsa Belanda ke Sumatera Timur untuk menanam investasi dengan membuka perkebunan telah memberikan keuntungan kepada masyarakat yaitu terbukanya lapangan pekerjaan bagi
penduduk dengan demikian banyak masyarakat Sumatera Timur yang bekerja di perusahaan milik Belanda.
Namun karena letak geografis Kota Medan yang sangat mendukung, yaitu karena terdapat pertemuan 2 sungai, yaitu Sungai Babura dan Deli yang pada saat itu dijadikan
tempat lalu lintas perdagangan yang ramai maka banyak orang yang datang dari berbagai daerah berkumpul untuk melakukan aktivitas perdagangan. Kemudian Belanda datang dan
menguasai Tanah Deli sejak tahun 1858, setelah Sultan Ismail, penguasa Kerajaan Siak Sri Indrapura, memberikan beberapa bekas tanah kekuasaannya, Deli, Langkat dan Serdang.
28
T.Luckman Sinar, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Perwira, 1991. hlm.,53
29
Anthony Reid, Perjuangan Rakyat : Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera,terj. Tim Pustaka Sinar Harapan Jakarta : PustakaSinar Harapan, 1978. hlm., 87
30
Bayo Suti, Op.cit., hlm 20
Universitas Sumatera Utara
Pada saat pemerintah Belanda menetapkan medan sebagai kotapraja pada tahun 1918 penduduk Kota Medan telah berjumlah 43.826 jiwa, yang terdiri dari 409 bangsa Eropa,
25.000 orang Indonesia, 8.269 bangsa Cina dan 130 orang adalah bangsa Asia lainnya, artinya Kota Medan telah dihuni oleh beragam bangsa dari sejak dahulu.
31
Pemerintahan Kota Medan pada saat Medan menjadi Kotapraja, Medan terbelah menjadi 2 bagian yaitu, wilayah pemerintahan pihak Belanda Gemeente dan wilayah
pemerintahan di bawah kekuasaan Kerajaan Deli yang disebut Landschap. Garis pemisah antara kedua daerah ini adalah Jl Anatara sekarang Jl. Sutrisno. Kampung Sungai Rengas
Kondisi Sumatera Timur pada awal berkembangnya perkebunan ditandai dengan melimpahnya kekayaan para
Sultan pada pertengahan abad ke 19. Namun kondisi tersebut telah membantu bagi berkembangnya kota di awal abad ke 20 dengan banyak didirikannya berbagai macam
infrastruktur kota. Akibat banyak pendatang yang bekerja untuk perkebunan-perkebunan Belanda maka
penduduk Kota Medan berkembang dan semakin bertambah. Ada beberapa etnis yang didatangkan ke daerah Sumatera Timur untuk bekerja di perkebunan milik Belanda, mereka
adalah etnis Cina, India, dan Jawa, mereka datang untuk bekerja sebagai kuli. Pengaruh asing yang datang tidak hanya di sektor perkebunan tetapi juga di sektor ekonomi. Sektor ekonomi
banyak dipengaruhi oleh orang Cina, walaupun pada mulanya etnis ini datang perkebunan untuk menjadi kuli, di perkebunan. Orang Cina sebagai golongan masyarakat kelas dua
setelah bangsa Eropa diberikan kemudahan oleh Pemerintah Belanda untuk membuka kebun, beternak babi dan membuka kedai di sekitar perkebunan, agar dapat mensuplai kuli di
perkebunan dan tuan asisten di perkebunan.
31
Ibid., hlm 22
Universitas Sumatera Utara
Petisah, Kampung Keling dan lainnya masuk daerah Kotapraja, Kampung Sungai Mati, Kampung Baru, Sungai Kera dan Kota Matsum dan lainya masuk ke daerah Kerajaan Deli.
Pembagian dua wilayah ini menyebabkan tidak samanya hak yang dimiliki oleh warga kota. Di Kota Medan Orang Cina terpusat di daerah Kesawan sampai sekarang masih
disebut Kesawan lalu orang India atau keling terpusat di Kampung Keling sampai sekarang masih disebut Kampung Keling. Perkampungan tersebut merupakan komunitas tersendiri
dari masyarakat tersebut. Berbagai fasilitas dan sarana yang dibangun oleh pemerintah Belanda di Kota Medan telah membantu perkembangan kota di awal abad ke 20. Kehidupan
yang ada di Kota Medan sangat beragam karena terdiri dari berbagai macam etnis di Kota Medan yang memberikan warna bagi terbentuknya kota.
Dengan kemajuan Kota Medan serta tersedianya sarana yang semakin baik sehingga mendorong pertumbuhan penduduk, tahun 1905 jumlah penduduk Kota Medan berjumlah
14.250 jiwa, ditahun 1920 bertambah menjadi 45.248 jiwa dan terus naik jumlahnya di tahun 1930 menjad 74.976jiwa.
32
Penduduk Kotamadya Medan sampai periode Desember 1973 berjumlah 626.242 jiwa terdiri dari 309.390 jiwa laki-laki dan 316.842 perempuan, dengan kepadatan penduduk
1220 jiwaKm2. Sedangkan penduduk perluasan sampai Desember tahun 1973 berjumlah 385.743 jiwa. Dengan demikian pada saat perluasan Kotamadya Medan dilaksankan
penduduk seluruhnya berjumlah 984.985 jiwa. Kenaikan penduduk tidaklah hanya disebabkan oleh kelahiran saja, tetapi karena terjadinya urbanisasi.
33
32
Said Efendi, Strategi Pembangunan Mewujudkan Pembangunan Kota Medan Bestari, Medan: Yayasan Pola Pengembangan Daerah Medan-Indonesia, 1997, hlm92
33
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota
Urbanisasi terjadi karena beberapa faktor yang terdapat dalam kota tempat tujuan misalnya, lapangan pekerjaan
Universitas Sumatera Utara
yang tersedia, fasilitas pendidikan yang baik serta faktor lain yang menarik bagi masyarakat pedesaan
Jumlah penduduk Kota Medan dari tahun 1981 sampai 1990
34
No Tahun
Jumlah 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
16 17
18 19
1970 1971
1972 1973
1974 1975
1976 1977
1978 1979
1980 1981
1982 1983
1984 1985
1986 1987
1988 341.274
634.192 664.995
671.459 987.661
1.041.137 1.089.213
1.129.686 1.205.802
1.227.652 1.373.747
1.418.550 1.460.218
1.505.806 1.552.817
1.594.934 1.699.865
1.749.207 1.807.466
Sumber: Statistik Kotamadya Medan, Statistik Tahunan Kotamadya Medan Tahun 1987, Medan: Kantor Statistik Kotamadya Medan, 1989
34
Statistik Kotamadya Medan, Op. cit., hlm 10
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan Jumlah Penduduk Kota Medan
No Tahun
Jumlah Penduduk Laju Pertumbuhan
I 1961
479.090 Jiwa –
II 1971
635.562 Jiwa 2,90
III 1980
1.378.953 Jiwa 12,99
IV 1990
1.730.752 Jiwa 2,30
Sumber: Sensus Penduduk 1961, 1971, 1980 dan 1990.
Pada tahun 1971-1980 Kota Medan merupakan daerah yang tertinggi laju pertumbuhannya yakni sebesar 12,99. Hal ini disebabkan adanya perluasan wilayah pada
tahun 1974. Akan tetapi secara riil rata-rata laju pertumbuhan penduduk sebelum perluasan wilayah adalah 3,58. Kepadatan penduduk merupakan pengaruh daripada tekanan
penduduk di suatu daerah. Dari kedua tabel diatas dapat dilihat Kota Medan dari segi perkembangan
penduduknya telah berkembang dengan pesat. Perkembangan penduduk di kota Medan di pengaruhi oleh angka kelahiran dari masyarakat asli Medan dan dipengaruhi oleh masyarakat
pendatang yang memilih untuk berdomisili di Medan, sehingga menambah jumlah penduduk di Kota Medan setiap tahunnya, tidaklah mengherankan bila akhirnya Kota Medan mampu
berkembang menjadi salah satu kota besar di Indonesia, ditinjau dari segi pembangunan maupun pertumbuhan jumlah penduduknya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III PERKEMBANGAN YAYASAN TUNAS KARTIKA MEDAN