Dinar dan Dirham Sebelum Islam

juga membuat emas dan perak yang beredar dalam bentuk batangan hingga dimulainya pencetakkan uang tahun 406 SM. Namun ukiran uang mereka berbentuk berhala, pimpinan-pimpinan mereka, dan nama negeri di mana uang itu dicetak. Adapun mata uang utama mereka adalah drachma yang terbuat dari perak. c. Sebelum abad ke -3 SM bangsa Romawi menggunakan mata uang yang terbuat dari perunggu yang disebut aes aes signatum aes rude dan mata uang koin yang terbuat dari tembaga. Adapun orang pertama kali yang mencetaknya adalah Numa atau Servius Tullius, dan koin itu dicetak pada tahun 269 SM kemudian 268 SM mereka mencetak denarius dari emas sebagai mata uang imperium Romawi yang dicetak dengan ukiran bentuk tuhan-tuhan, dan pahlawan-pahlawan mereka hingga masa Julius Cesar yang kemudian gambarnya dicetak di atas uang tersebut. d. Bangsa Persia mengadopsi pencetakan uang dari bangsa Lidya setelah penyerangan mereka pada tahun 546 SM. Uang dicetak dari emas dan perak dengan perbandingan 1:13,5. Uang pada mulanya berbentuk persegi empat yang kemudian dirubah menjadi bundar dengan ukiran-ukiran tempat peribadatan mereka dan tempat nyala api. Namun mata yang yang tersebar luas adalah dirham perak yang betul-betul murni. Mata uang dalam berbagai bentuknya sebagai alat tukar perdagangan telah dikenal sejak ribuan tahun lalu. Bahkan dalam sejarah Mesir kuno 4000 – 2000 SM uang standar mereka adalah uang emas dan perak yang dikenalkan oleh Julis Cesar dan Romawi sekitar tahun 46 SM dengan standar konversi uang emas ke uang perak atau sebaliknya dengan perbandingan 12 : 1 untuk perak terhadap emas. Standar Julius Cesar ini kemudian berlaku di eropa sekitar 1250 tahun yaitu sampai tahun 1204. 34

3. Dinar dan Dirham Setelah Kedatangan Islam

Setelah Islam tersiar dan diterima sebagai agama di hampir seluruh jazirah Arab, dinar dan dirham terus digunakan untuk bertransaksi. 35 Begitupun Rasulullah juga menerima dinar dan dirham sebagai alat pertukaran dan standar ukuran hukum- hukum syar‟i, seperti kadar zakat dan diyat. Artinya, penerima Rasulullah terhadap mata uang tersebut merupakan sebuah pengakuan dan penerimaan nabi sunnah taqririyah atas praktik yang ada pada saat itu. 36 Pada awal penerimaan islam dua mata tersebut diimpor dari Roma dinar dan Persia dirham, karena ketika itu dinar dan dirham merupakan satuan moneter di kerajaan Roma dan Persia. 37 Demikian halnya ketika itu masa Khulafaur Rasyidin dinar dan dirham masih mengikuti model Romawi 34 Muhaimin Iqbal, Dinar Nomic ; Membangun Keberkahan Usaha dengan Uang yang Adil, h. 83-84. 35 M. Luthfi Hamidi,Gold Dinar; Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan, h. 79- 80. 36 Nurul Huda dkk, “Sejarah Dinar”, h. 98. 37 Adiwarman A Karim,Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, h. 452. dan Persia. Namun, sedikit demi sedikit terdapat perubahan pola dan modelnya antara lain sebagai berikut: 38 a. Pada masa Abu Bakar uang dinar Hercules dan dirham Persia tetap digunakan. b. Umar bin Khattab pada tahun ke 18 H, pendapat lain pada tahun 20 H dirham islam berhasil dicetak. Namun, masih mengikuti model cetakan Sasanid yang berukiran Kisra dengan tambahan ukiran kalimat Tauhid dalam jenis Kufi, seperti Basmallah, Bismillah Rabbi, Tahmid, dan kalimat Muhammad Rasulullah pada sebagian yang lainnya. Ukuran dirham ketika itu 6 daniq dan ukuran setiap 10 dirham adalah 7 mistqal sebagaimana pada masa Nabi Saw. c. Model dirham di masa Umar tersebut berlanjut hingga kekhalifahan Usman bin Affan. Hanya saja dirham di masa Usman dibubuhi tulisan tanggal dan kota tempat pencetakkan dengan huruf bahlawiyah dan salah satu kalimat Bismillah, Barakah, Bismillah Rabbi, Allah, dan Muhammad dengan tulisan Kufi. d. Model dirham yang dipakai pemerintah Usman diikuti oleh pemerintahan Ali bin Abi Thalib. Hanya saja dilingkaran dirham pada masa Ali bin Abi Thalib dituliskan salah satu kalimat Bismillah, Bismillah Rabbi, dan Raiyallah dengan tulisan Kufi. 39 38 Ahmad Hasan, Mata Uang Islami, h. 33. 39 Ibid.,h. 34. Adapun rujukan yang acapkali digunakan untuk membedakan antara dinar yang dicetak masa Khulafaurrasyidin dengan Bizantium adalah ornament kaligrafi Arab yang mencolokkan ukuran beratnya. Namun, pada umumnya gold dinar adalah koin emas 22 karat dengan ukuran setara 1 mistqal atau sama dengan 4,25 gram. 40 Sedangkan dirham adalah koin perak yang beratnya mencapai tiga gram perak. 41 Sementara model dirham Persia masih dicetak hingga masa daulah bani Muawiyah hanya saja dibedakan dengan gambar dan pedang gubernurnya di Iraq, dan oleh Ziyad dicantumkan nama khalifah. Pencantuman gambar dan nama kepala pemerintah pada mata uang oleh Muawiyah dan Ziyad masih dipertahankan sampai saat ini, termasuk di Indonesia. 42 Meskipun demikian mata uang yang beredar pada waktu itu belum berbentuk bulat seperti uang logam sekarang ini. Barulah ketika zaman Ibnu Zubair uang berbentuk bulat, namun peredaranya terbatas di Hijaz. Pada tahun 76 H Abdul Malik mendirikan percetakan yang di Daar Idjrard, Suq Ahwaj, Sus, Jay, Manadar, Maysan, Ray, dan Abarqudabh. Kemudian dirham dicetak dengan lafaz-lafaz islam yang bergaya tulisan Kufi, namun dirham Persia tidak digunakan lagi. Selang dua tahun kemudian 77 H697M Abdul Malik 40 Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedia Islam Al-Kamil, Penerjemah Ahmad Badjeber, dkk Jakarta : Darus Sunnah, 2013, Cet. 18, h.781. 41 M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar; Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan, h.81- 82. 42 Mustafa Edwin N, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, cet.2. Jakarta : Kencana, 2006, h.246.