Dinar dan Dirham dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist

perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, bahwa mereka akan mendapat siksa yang pedih. QS. At- Taubah : 34 Menurut wahidi sebagaimana dikutip Wahbah Zuhaily makna ayat ; wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, ketahuilah bahwa banyak dari orang-orang berilmu Yahudi dan rahib-rahib Nasrani mengambil orang lain dengan jalan bathil, adalah dari pengikut mereka rahib dan ahli qira‟ah mengambil harta dalam wujud pungutan dan iuran wajib untuk tempat-tempat ibadah. Sedangkan mereka mengatakan kepada orang-orang bahwa infak tersebut merupakan ketentuan syariat serta untuk mendekatkan diri kepada Allah. 23 Bahkan sebagian dari mereka manghalalkan harta setiap orang selain mereka yaitu dari kalangan penganut agama-agama lain walaupun dengan pengkhianatan atau pencurian, dan itu semua termasuk dalam kategori memakan harta orang lain dengan jalan yang bathil, buruk, dan terlarang. Selain itu, sifat umum dalam diri para pemimpin dan di antara umat islam lainnya yaitu sifat bakhil dan menolak menunaikan hak-hak Allah yang berkaitan dengan harta mereka. Di mana mereka menyimpan emas dan perak, menghimpun harta dan menyimpannya dan tidak menunaikan hak-hak syariat yang wajib mereka tunaikan seperti kewajiban zakat, dan mereka juga tidak menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah. Oleh karena itu mereka layak mendapatkan azab yang pedih. Harta yang ditetapkan syariah adalah harta yang disimpan itu adalah yang tidak ditunaikan zakatnya meskipun tampak jelas. Adapun harta yang dikubur jika dikeluarkan zakatnya maka ini tidak dinyatakan sebagai penyimpan. 24 23 Wahbah Zuhaily, Tafsir Al-Wasith, Penerjemah Muhtadi, dkk Cet. 1, Jakarta : Gema Insani, 2012, h.753. 24 Ibid.,h. 753. Sebagaimana dalam QS At-Taubah : 34 yang disebutkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa orang yang menimbun emas dan perak, baik dalam bentuk mata uang maupun dalam bentuk kekayaan biasa dan bagi mereka yang tidak mau mengeluarkan zakatnya akan diancam dengan azab yang pedih. Dalam hadist, dinar dan dirham juga banyak disebutkan dalam hadist antara lain : a. “Dari „Ubadah bin As-Shamit, ia mengatakan bahwasanya Rasulullah bersabda : “diperbolehkan menjual emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam dengan syarat harus sama sejenis serta secara tunai – dari tangan ke tangan. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai – dari tangan ke tangan.” HR.Muslim. 25 b. Hadist rawayat Imam Bukhari, Ali bin Abdullah menceritakan kepada kami, sufyan menceritakan kepada kami, syahib bin Gharqadah menceritakan kepada kami, ia berkata : saya mendengar penduduk bercerita tentang „Urwah, bahwa nabi SAW memberikan uang satu dinar kepadanya agar dibelikan seekor kambing untuk beliau; lalu dengan uang tersebut ia membeli dua ekor kambing, kemudian ia jual satu ekor dengan harga satu dinar. Ia pulang membawa satu dinar dan satu ekor kambing. Nabi SAW mendoakannya dengan keberkatan dalam jual belinya. 25 Ibnu Hajar Al-Asqalani, Bulughul Maram, Penerjemah A. Hassan Bandung : Diponegoro, 2011, h. 366. Seandainya Urwah membeli debu pun, ia pasti beruntung” HR.Bukhari. 26 c. Rasulullah SAW bersabda : “tidak ada kewajiban atas harta emas yang belum sampai 20 dinar. Apabila telah sampai 20 dinar, maka zakatnya adalah setangah dinar. Demikian juga perak tidak diambil zakatnya sebelum sampai 200 dirham yang dalam hal ini zakatnya adalah 5 dirham.” HR.Bukhari. 27 d. Dalam hadist lain Nabi Muhammad juga menyebutnya dengan istilah wariq; “Uang logam perak yang jumlahnya di bawah lima auqiyah tidak ada kewajiban zakat atasnya”. HR.Bukhari. 28

2. Dinar dan Dirham Sebelum Islam

Jauh sebelum islam datang semua orang memakai dinar dan dirham sebagai alat tukar 29 dan berbagai jenis dinar dan dirham telah beredar dalam perdagangan yang merupakan akibat dari banyaknya bangsa Arab yang berdagang dengan bangsa Romawi, Byzantium, dan pedagang lain yang melewati negeri Arab. 30 Sehingga banyak pedagang dari berbagai negeri datang ke Makkah bertemu dan bertransaksi dagang dengan menggunakan 26 Ibid.,h. 360. 27 Ibid.,h. 270. 28 Imam Zabidi, Ringkasan Hadist Shahih Bukhari, Penerjemah Ahmad Zaidun Jakarta : Pustaka Amani, 2002, h. 26 29 Ryan Febrianti, “Saatnya Kembali ke Dinar Dirham”,h. 69. 30 Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam Jakarta : Kencana, 2008, h. 99. dinar dan dirham.di mana ketika itu Makkah menjadi kota dagang internasional yang dilalui tiga jalur besar perdagangan dunia. 31 a. Jalur dagang selatan atau lalu lintas perdagangan antara Romawi dan India melalui Arab. b. Jalur dagang Romawi dan Persia disebut sebagai jalur dagang utara. c. Jalur dagang Syam dan Yaman disebut jalur Utara-Selatan. Selain itu, pada masa jahiliyah bangsa Arab tidak memiliki mata uang tersendiri dan mereka menggunakan dinar emas Hercules, Byziantium, dan dirham perak Dinasti Sasanid dari Iraq, serta sebagian mata uang bangsa Himyar, Yaman. 32 Bahkan sebelum Masehi, bangsa Lidya, Yunani, Romawi dan Persia, selain emas dan perak sebagai bahan pembuatan uang. Namun masing-masing dari mereka memiliki penamaan, bentuk, dan ukuran yang berbeda-beda, antara lain : 33 a. Bangsa Lidya merupakan bangsa pertama yang mengenal uang cetakan. Di mana pada masa Croseus 570-546 SM, Negara berkepentingan mencetak uang dan pertama kalinya pada masa itu terkenal dengan mata uang emas dan perak yang halus dan akurat. b. Bangsa Yunani membuat uang komoditas sehingga tersebar di antara mereka kapak sebagai utensil money dan koin-koin dari perunggu. Mereka 31 Agustianto, “Keunggulan dan Keberkahan Dinar”,artikel diakses pada 27 Oktober 2014dari http:islamicfinance.co.id . 32 Ahmad Hasan, Mata Uang Islam, h. 30-31. 33 Ibid.,h. 28-29. juga membuat emas dan perak yang beredar dalam bentuk batangan hingga dimulainya pencetakkan uang tahun 406 SM. Namun ukiran uang mereka berbentuk berhala, pimpinan-pimpinan mereka, dan nama negeri di mana uang itu dicetak. Adapun mata uang utama mereka adalah drachma yang terbuat dari perak. c. Sebelum abad ke -3 SM bangsa Romawi menggunakan mata uang yang terbuat dari perunggu yang disebut aes aes signatum aes rude dan mata uang koin yang terbuat dari tembaga. Adapun orang pertama kali yang mencetaknya adalah Numa atau Servius Tullius, dan koin itu dicetak pada tahun 269 SM kemudian 268 SM mereka mencetak denarius dari emas sebagai mata uang imperium Romawi yang dicetak dengan ukiran bentuk tuhan-tuhan, dan pahlawan-pahlawan mereka hingga masa Julius Cesar yang kemudian gambarnya dicetak di atas uang tersebut. d. Bangsa Persia mengadopsi pencetakan uang dari bangsa Lidya setelah penyerangan mereka pada tahun 546 SM. Uang dicetak dari emas dan perak dengan perbandingan 1:13,5. Uang pada mulanya berbentuk persegi empat yang kemudian dirubah menjadi bundar dengan ukiran-ukiran tempat peribadatan mereka dan tempat nyala api. Namun mata yang yang tersebar luas adalah dirham perak yang betul-betul murni. Mata uang dalam berbagai bentuknya sebagai alat tukar perdagangan telah dikenal sejak ribuan tahun lalu. Bahkan dalam sejarah Mesir kuno 4000 –