pupuk oleh petani sayuran dan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk oleh petani sayuran di daerah penelitian.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari hasil uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi ekonomi penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah
Kabupaten Karo? 2. Apakah harga sayuran ,harga pupuk dan pengalaman petani merupakan
faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk oleh petani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?
3. Bagaimana penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo yang berdasarkan teori The Law of
Diminishing Returns LDR? 4. Bagaimana perbedaan penggunaan pupuk yang optimal berdasarkan teori
The Law of Diminishing Returns LDR dengan penggunaan pupuk oleh petani di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?
5. Bagaimana cara penentuan penggunaan dosis pupuk untuk tanaman sayuran oleh petani di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo?
1.3 Tujuan Penelitian
Terdapat beberapa tujuan dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis tingkat efisiensi teknis, efisiensi harga dan efisiensi
ekonomi penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani oleh petani sayuran
di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. 3. Untuk menganalisis penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di
Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo berdasarkan teori The Law of Diminishing Returns LDR.
4. Untuk menganalisis perbedaan penggunaan pupuk optimal berdasarkan teori The Law Of Diminishing Returns LDR dengan penggunaan pupuk
oleh petani Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. 5. Untuk mengetahui cara penentuan pupuk oleh petani di Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sebagai sumber informasi kepada petani sayuran di Kecamatan Tigapanah
Kabupaten Karo agar memperhatikan penggunaan pupuk secara efisien. 2. Sebagai sumber informasi dan pertimbangan kepada pemerintah di dalam
merumuskan kebijakan terhadap subsektor hortikultura di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian selanjutnya berhubungan dengan penggunaan pupuk pada tanaman sayuran.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN,
HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Botani Wortel
Daucus carota L.
Wortel Daucus carota L. merupakan salah satu tanaman yang termasuk dalam kelas umbi-umbian yang tumbuh sepanjang tahun. Tanaman ini dapat
tumbuh dengan sempurna baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan.Wortel mengandung nutrisi vitamin A yang lebih tinggi yang berguna untuk
pemeliharaan mata dan selaput mata. Wortel bukan tanaman asli Indonesia, berasal dari negeri yang beriklim sedang sub-tropis yaitu berasal dari Asia
Timur Dekat dan Asia Tengah. Ditemukan tumbuh liar sekitar 6.500 tahun yang lalu. Budidaya wortel pada mulanya terjadi di daerah sekitar Laut Tengah,
menyebar luas ke kawasan Eropa, Afrika, Asia dan akhirnya ke seluruh bagian dunia yang telah terkenal daerah pertaniannya Rukmana, 1995.
Dalam taksonomi tumbuhan, wortel diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae tumbuh-tumbuhan Divisi
: Spermatophyta tumbuhan berbiji Sub-Divisi
: Angiospermae Klas
: Dicotyledonae Ordo
: Umbelliferales
Universitas Sumatera Utara
Famili : Umbelliferae Apiaceae
Genus : Daucus
Spesies : Daucus carrota L.
Rukmana 1995 mengelompokkan jenis wortel berdasarkan umbinya ke dalam tiga golongan, yaitu :
1. Tipe imperatur, golongan wortel yang bentuk umbinya bulat panjang dengan ujung runcing, mirip bentuk kerucut.
2. Tipe chantenay, golongan wortel yang bentuk umbinya bulat panjang dengan ujung tumpul dan tidak berakar serabut.
3. Tipe nantes, golongan wortel yang mempunyai bentuk umbi tipe peralihan antara bentuk imperator dan tipe chantenay.
2.1.2 Botani Kubis
Kubis Brassica oleracea var cipitata adalah kubis yang dalam pertumbuhannya dapat membentuk bulatan seperti kepala atau telur. Bentuk
kepala atau telur ini juga lazim disebut krop. Secara klinis, kubis banyak mengandung berbagai vitamin, mineral, karbohidrat, dan protein. Semua unsur
tersebut sangat dibutuhkan tubuh manusia. Sayuran kubis dapat mensuplai kurang lebih 25 vitamin C, lebih dari 30 vitamin A, 4 - 5 vitamin B, 5 - 6 kapur
dan besi dari kebutuhan tubuh manusia. Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan, kubis dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : Kingdom
: Plantae Tumbuhan Subkingdom : Tracheobionta Tumbuhan berpembuluh
Universitas Sumatera Utara
Super Divisi : Spermatophyta Menghasilkan biji Divisi
: Magnoliophyta Tumbuhan berbunga Kelas
: Magnoliopsida berkeping dua dikotil Sub Kelas
: Dilleniidae Ordo
: Capparales Famili
: Brassicaceae
suku sawi-sawian Genus
: Brassica
Spesies : Brassica oleracea var. capitata L
Semua kubis yang baru tumbuh umumnya memiliki hipokotil sepanjang 2 cm, berwarna merah. Kecuali itu, kubis berkeping dua, berakar tunggang dan
serabut. Daun pertama mempunyai tangkai yang lebih panjang dari pada daun yang di atasnya. Daun membentuk roset. Apabila titik tumbuhnya mati dimakan
ulat atau patah maka akan tumbuh banyak tunas. Kalau pucuk tidak patah, batang tidak bisa bercabang.
Daun kubis bagian luar tertutup lapisan lilin dan tidak berbulu. Daun- daun bawah tumbuhnya tidak membengkok, dapat mencapai panjang sekitar 30 cm.
Daun- daun muda yang tumbuh berikutnya mulai membengkok menutupi daun- daun muda yang ada di atasnya. Makin lama daun muda yang terbentuk semakin
banyak sehingga seakan- akan membentuk telur atau kepala. Di Indonesia kubis termasuk tanaman annual, sedangkan di daerah sub-
tropis termasuk tanaman biennial. Tergolong biennial karena pertumbuhan awalnya secara vegetatif, selanjutnya bila musim dingin tiba pertumbuhannya
masuk ke masa generatif. Pembentukan bunga tergantung dari temperatur, bukan panjangnya hari. Kubis akan tumbuh baik bila ditanam di daerah berhawa dingin
Universitas Sumatera Utara
seperti dieng dan Pegalengan. Temperatur optimum yang dikehendaki antara 15- 20
C. Sedangkan kelembaban yang baik pada kisaran antara 60 - 90. kalau temperatur melebihi 25, pertumbuhan akan terhambat Pracaya, 2001.
2.1.3 Botani Kubis Bunga Kol Bunga
Kubis bunga Brassica oleraceea L. merupakan jenis tanaman sayuran yang termasuk dalam keluarga tanaman kubis-kubisan Cruciferae yang berasal
dari Eropa, dan pertama kali ditemukan di Cyprus, Italia Selatan dan Mediterania, masuk ke Indonesia pada abad ke XIX. Di Indonesia masyarakat mengenal
sayuran kubis bunga sebagai bunga kol, kembang kol, atau dalam bahasa asing disebut cauliflower. Bagian yang dikonsumsi dari sayuran ini adalah masa
bunganya curd. Masa kubis bunga umumnya berwarna putih bersih atau putih kekuning-kuningan Rukmana, 1995 dan Cahyono, 2002.
Dalam taksonomi tumbuh-tumbuhan, kol bunga dapat diklasifikasikan sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Sub-divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica Oleracea var. Botrytis L.
Kubis bunga mempunyai peranan penting bagi kesehatan manusia, karena mengandung vitamin dan mineral yang sangat dibutuhkan tubuh, sehingga
permintaan terhadap sayuran ini terus meningkat. Sebagai sayuran, kubis bunga dapat membantu pencernaan, menetralkan zat-zat asam dan memperlancar buang
air besar. Menurut Rukmana 1995, komposisi zat gizi dan mineral setiap 100 g kubis bunga adalah kalori 25,0 kal, protein 2,4 g, karbohidrat 4,9 g, kalsium
Universitas Sumatera Utara
22,0 mg, fosfor 72,0 mg, zat besi 1,1 mg , vitamin A 90,0 mg, vitamin B1 0,1 mg, vitamin C 69,0 mg dan air 91,7 g.
Kubis bunga terdiri dari beberapa varietas, yang dapat dilihat perbedaannya pada bentuk daun dan ukuran krop. Menurut Pracaya 2001 bahwa
secara umum kubis bunga dibedakan atas 3 jenis yaitu: a jenis pendek, mempunyai ciri ukuran daun sedang, daun sebelah luar melengkung ke arah luar
dan daun sebelah dalam melengkung ke arah dalam sehingga ujungnya menutupi krop, b jenis besar, mempunyai ciri ukuran kepalanya lebih besar daripada jenis
pendek. Jenis besar ini juga mempunyai daun lebih tegak dan lebih panjang, kepala bunga lebih bulat lebih tebal dan berat, c jenis kepala ungu, jenis ini akan
berubah warnanya menjadi hijau pucat pada saat masa panen, kepala bunga tidak tertutupi daun. Jenis kepala ungu ini biasanya tidak dibudidayakan secara besar-
besaran, namun hanya ditanam di sekitar rumah.
2.1.4 Tinjauan Pupuk
Pemupukan adalah penambahan hara ke dalam media tumbuh tanaman seperti tanah dan air untuk mendukung pertumbuhan maksimum tanaman apabila
jumlah hara tersebut tidak dapat dipenuhi dari dalam media tumbuh. Salah satu filosofi pemupukan adalah tingkat kecukupan bagi tanaman crop sufficiency
level yang banyak diaplikasikan oleh berbagai negara dalam rangka membangun rekomendasi pemupukan dengan keramahan lingkungan environmentally
friendliness yang tinggi. Dampak negatif aplikasi pemupukan terhadap tanaman,
Universitas Sumatera Utara
terhadap manusia maupun terhadap lingkungan akan timbul apabila implementasi filosofi pemupukan tidak diterapkan secara baik dan benar.
Salah satu jenis pupuk yang sering digunakan petani sayuran ialah pupuk anorganik. Pupuk ini digunakan karena penggunaannya yang lebih praktis dan
mudah diperoleh di toko-toko pupuk. Adapun jenis pupuk anorganik yang sering digunakan petani sayuran antara lain seperti :
a. ZA Zwavelzure ammoniak - ZA mengandung + 21 zat lemas
- Mudah hancur dalam air - Agak mudah hanyut
- Tak mudah dihanyutkanoleh air hujan - Mudah menarik air dari udara, sehingga berbentuk gumpalan.
- Jika ZA diberikan terus-menerus, tanah akan menjadi asam
b. Ureum atau Urea - Mengandung zat lemas 45-46
- Mudah hancur dalam air - Agak mudah hanyut
- Cepat pengaruhnya terhadap tanaman - Mudah menarik air dari dalam udara
- Cara pemupukan ; pupuk harus dibenamkan ke dalam tanah - Pupuk ini biasa dipakai untuk memupuk sayuran.
c. Sendawa Chili Chilisalpeter - Mengandung zat lemas + 15
Universitas Sumatera Utara
- Mudah hancur dalam air - Mudah hanyut akibat air hujan
- Cepat pengaruhnya terhadap tanaman - Dapat menyebabkan zat kapur di dalam tanah hanyut, sehingga tanah
menjadi padat. - Baik untuk tanaman sayuran.
d. DS Dubbel Super- Posphat - Mengandung 34- 38 asam phosphor.
- Agak mudah hanyut dalam air - Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan
- Agak cepat pengaruhnya terhadap sayuran e. Phosphat Cirebon
- Mengandung asam phosphor 25-28 - Tidak mudah hancur dalam air
- Tak mudah dihanyutkan oleh air hujan, tetapi harus dibenamkan di dalam tanah AAK, 1992.
Saat ini tanah yang terkontaminasi bahan kimia dari aplikasi pemupukan anorganik berlebihan dan aplikasi pestisida tidak sesuai anjuran, semakin tersebar
dan meluas di seluruh wilayah Indonesia. Upaya-upaya tertentu diperlukan untuk mencegah kerusakan tanah dan pencemaran lingkungan polusi, pencemaran air
dan eutrofikasi di sekitar wilayah usahatani sayuran oleh unsur kimia yang berlebihan saat diaplikasi dalam usaha budidaya. Perkembangan harga pupuk
yang semakin meningkat, mengharuskan petani dan pemangku kepentingan menerapkan aplikasi pemupukan yang lebih efisien dan efektif.
Universitas Sumatera Utara
Pada saat ini di Indonesia belum memiliki Prosedur Operasional Baku POB atau Best Management Practices untuk rekomendasi pemupukan hara
spesifik lokasi PHSL yang dibangun berdasarkan analisis tanah. Bahkan pemupukan masih belum masuk ke dalam salah satu faktor dari POB tersebut.
Akibatnya rekomendasi pupuk yang ada sangat bervariasi dengan skala rentang dosis yang lebar sehingga sangat sulit dipakai sebagai acuan untuk meningkatkan
hasil sayuran secara maksimal. Disamping itu, status kecukupan hara tanaman khususnya P dan K terutama di dataran rendah lahan kering belum tersedia,
sedangkan data status tersebut sangat diperlukan sebagai dasar untuk menentukan rekomendasi penggunaan pupuk Izhar, 2010.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Fungsi Produksi
Menurut Kalangi 2011, produksi adalah proses penggabungan atau pengkombinasian faktor produksi input yang mengubahnya menjadi barang atau
jasa output = product. Hubungan antara jumlah output yang dihasilkan dan kombinasi jumlah input yang digunakan disebut sebagai fungsi produksi atau
fungsi produk total. Secara umum, fungsi produksi dapat ditulis dalam bentuk matematis menjadi,
Q = fL, K, T, W di mana :
Q = Jumlah barang dan jasa output L = Tenaga Kerja
K = Modal T = Tanah
W = Wirausaha Skill
Universitas Sumatera Utara
Persamaan di atas menunjukkan fungsi produksi dengan empat input atau empat variabel bebas. Apabila suatu fungsi produksi hanya memiliki satu variabel
bebas maka persamaan fungsi produksi menjadi, Q = f L
di mana : Q = jumlah barang dan jasa output
L = Tenaga kerja
2.2.2 Fungsi Produksi Cobb- Douglas
Fungsi produksi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi produksi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu
disebut variabel dependen yang menjelaskan Y dan yang lain disebut variabel independen yang menjelaskanX Soekartawi, 1993.
Untuk menganalisis fungsi produksi dalam bidang pertanian, perlu ditentukan model fungsi produksi yang akan dipakai berdasarkan pada sebaran
data yang diperoleh pada diagram sebaran data yang diperoleh. Sebaran data tersebut menggambarkan hubungan antara produksi Y dan input X. Apabila
sebaran data berbentuk garis lurus, maka digunakan fungsi produksi linier. Sebaliknya apabila sebaran data tidak berbentuk garis lurus, maka digunakan
fungsi produksi non - linier Soekartawi,1990. Fungsi produksi Cobb-Douglas merupakan fungsi produksi non linier
standar, indah dan populer dalam ilmu ekonomi. Hal ini dikarenakan fungsi Cobb- Douglas mampu menjelaskan dengan baik bagaimana penerapan dari hukum The
Law of Demineshing Return berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Adapun
Universitas Sumatera Utara
rumus fungsi produksi Cobb-Douglas Q dengan menggunakan dua input K dan L adalah sebagai berikut :
Q = K
α
L
ẞ
0α, ẞ1 0α, ẞ 1 menunjukkan produk marjinal untuk setiap input adalah
menurun dengan kenaikan pemakaian jumlah input. Hal ini sesuai dengan hukum The Law of Diminishing Returns, dimana pada hakikatnya apabila jumlah input
ditambah maka akan meningkatkan jumlah output yang diperoleh. Namun akan ada suatu saat di mana meskipun jumlah input terus ditambah namun, tidak
menambah jumlah output yang dihasilkan atau bahkan mengakibatkan penurunan jumlah output sebagai akibat dari penambahan jumlah input yang telah melebihi.
Hal ini lah yang perlu disikapi di dalam hukum kenaikan hasil yang semakin menurun. Misalnya, penambahan jumlah pupuk pada tanaman dalam dosis yang
tetap akan meningkatkan jumlah produksi tanaman. Namun apabila dosis terus ditambah sampai overdosis maka, hal ini akan mengakibatkan produksi tanaman
akan menurun atau bahkan menyebabkan kematian bagi tanaman. Berikut ini gambar tahapan-tahapan fungsi produksi :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1 Tahap-tahap Produksi
Dimana persamaan Q = K
α
L
ẞ
ini memiliki sifat yang berlaku di dalam penerapan tahapan fungsi produksi. Tahapan-tahapan itu antara lain sebagai
berikut : a. Constant return to scale, jika a+b = 1. Artinya, jika input K dan L
ditambah masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya juga bertambah dua kali.
b. Increasing returns to scale, jika a+b 1. Artinya, jika K dan L ditambah masing-masing menjadi dua kalinya, maka outputnya bertambah menjadi
lebih dari dua kalinya. Dalam hal ini, output bertambah lebih dari proporsi pertambahan input.
Universitas Sumatera Utara
c. Decreasing returns to scale, jika a+b 1. Artinya, jika K dan L ditambah masing-masing menjadi dua kali, maka outputnya bertambah
menjadi kurang dari dua kalinya. Output bertambah kurang dari proporsi pertambahan input Sunaryo, 2001.
2.2.3 Teori The Law Of Diminishing Returns
Dalam proses produksi dikenal hukum kenaikan hasil berkurang Law Of Diminishing Returns disingkat LDR. LDR berlaku dan populer dipakai di sektor
pertanian dan di luar pertanian. LDR berbunyi sebagai berikut : “ Bila satu faktor produksi ditambah terus dalam suatu produksi, ceteris paribus, maka mula-mula
terjadi kenaikan hasil, kemudian kenaikan hasil itu menurun, lalu kenaikan hasil nol dan akhirnya kenaikan hasil negatif ”.Ceteris paribus artinya hal-hal lain
bersifat tetap, faktor produksi lain tetap jumlahnya, hanya satu variabel tertentu yang berubah jumlahnya. Selain jumlah atau kuantitas maka kualitas faktor
produksi itu juga sama. Dalam teori Law Of Diminishing Returns terdapat istilah-istilah produksi
sebagai berikut : 1. TP Total product atau produksi total yaitu jumlah produksi pada level
pemberian input tertentu. Input adalah faktor produksi atau bagian faktor produksi, misalnya input pupuk adalah bagian dari produksi modal, luas
lahan adalah bagian dari faktor produksi alam. 2. AP Average product hasil rata-rata atau produksi rata-rata yaitu jumlah
hasil dibag dengan jumlah input yang dipakai. Kalau AP tenaga kerja
Universitas Sumatera Utara
Labour disingkat APL Average Product of Labour, kalau AP modal capital disingkat dengan APC Average Product of Capital.
3. MP Marginal product atau produk marginal yaitu kenaikan hasil yang disebabkan oleh kenaikan atau pertambahan satu unit input. MP Labour
disingkat MPL Marginal Product of Labour dan MP capital disingkat MPC Marginal Product of Capital, dan sebagainya.
Daerah-daerah produksi pada kurva Law of Diminishing Returns dibagi menjadi tiga menurut gerak dari kurva marginal produk, yaitu :
1. Daerah increasing returns, yaitu dari X= 0, ke MP maksimum. 2. Daerah diminishing returns, yaitu dari titik A sampai ke titik C
3. Daerah negatif returns, yaitu dari titik C sampai seterusnya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 The Law Of Diminishing Returns
Pada titik inflection point besarnya Ep = 1, karena AP=MP, pada titik maksimum point Ep = 0 karena MP adalah nol. Daerah- daerah produksi menurut
Ep ini adalah : 1. Daerah inefisien I, yaitu dari titik X=0 sampai ke Marginal Product
MP mencapai maksimum, atau Ep 1 2. Daerah efisien, dari MP maksimum samapai MP=0 atau 0 Ep
3. Daerah inefisien II, yaitu dari titik MP mulai negatif sampai seterusnya atau 0 Ep samapai ke kanan seterusnya Pindyck, 2007.
1.
2.2.4 Fungsi Efisiensi
Universitas Sumatera Utara
Efisiensi diartikan sebagai upaya penggunaan input yang sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan
terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya agar nilai produk marginal NPM untuk suatu input sama dengan harga input tersebut. Efisensi yang
diemikian disebut efisiensi harga atau allocative efficiency. Ada beberapa istilah mengenai efisiensi antara lain efisiensi harga, efisiensi teknis dan efisiensi
ekonomis Soekartawi, 1990.
2.2.4.1 Efisensi Harga
Efisiensi harga tercapai apabila perbandingan antara nilai produktivitas marjinal masing – masing input NPMxi dengan harga inputnya vi atau ki = 1.
kondisi ini menghendaki NPMx sama dengan harga faktor produksi X atau dapat ditulis sebagai berikut:
bYPy = Px ...................................................................................2.1 X
Atau bYPy = 1 .....................................................................................2.2
X dimana:
Px = harga faktor produksi X
B = elastisitas produksi
Y = produksi
Py = harga produksi
X = jumlah faktor produksi X
Universitas Sumatera Utara
Secara ekonomi ada satu syarat lagi yang perlu dipenuhi yaitu pilihan yang berkaitan dengan harga input atau P
x
dan harga output atau P
Y.
Jumlah input disebut X dan jumlah output X dan jumlah output disebut Y, jumlah keuntungan
disebut B, sehingga dapat dituliskan : B = Y. P
y
– X. P
X
Agar B mencapai maksimum, turunan pertama harus disamakan dengan nol, dengan asumsi P
X
dan P
Y
konstan. Turunan pertamanya adalah nol. dB = P
y
. dY dX
dX - P
X
P
y .
MP = P
X
VMP = P
X
VMPNPMX
i
P
X
= 1 VMP = Value Marginal Product
Dalam banyak kenyataan NPMx tidak selalu sama dengan Px. Yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
a. NPMx Px 1 ; artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk mencapai efisien input X perlu dikurangi.
b. NPMx Px 1 ; artinya penggunaan input X belum efisien, untuk mencapai efisien input X perlu ditambah Soekartawi, 1990.
2.2.4.2 Efisiensi Teknis
Efisiensi teknis dalam ekonomi produksi adalah suatu kondisi yang jumlah pemakaian input tertentu mempunyai Average Product AP dalam keadaan
maksimum. Tingkat pemakaian input menghasilkan rasio output-input yang
Universitas Sumatera Utara
maksimum dari segi teknis adalah tingkat produksi optimum, tetapi belum tentu optimum dari segi ekonomis Soekartawi, 1990.
2.2.4.3 Efisiensi Ekonomis
Suatu proses produksi sebagai usaha komersial bertujuan untuk memperoleh pendapatan atau keuntungan maksimum. Bila ini menjadi tujuan
maka efisiensi teknis belum cukup karena pada kondisi itu belum tentu memberikan keuntungan maksimum.
Salah satu hal yang perlu diperhatikan ialah efisiensi secara ekonomi. Menurut Hanafie 2010, efisiensi ekonomi dikatakan tercapai apabila petani
mampu meningkatkan produksinya dengan harga faktor produksi dapat ditekan, tetapi dapat menjual produksinya dengan harga yang tinggi. Efisiensi ekonomi
adalah hasil kali antara efisiensi teknis dengan efisiensi harga alokatif dari seluruh faktor input dan dapat tercapai apabila kedua efisiensi tercapai, yaitu
efisiensi teknik dan efisiensi harga alokatif Soekartawi, 1990. Jadi efisiensi ekonomi dapat tercapai bila kedua efisiensi tersebut tercapai,
sehingga dapat dituliskan menjadi : EE = ET . EH .................................................................................2.3
di mana : EE
: Efisiensi Ekonomi ET
: Efisiensi Teknis EH
: Efisiensi Harga Dengan kriteria penilaian yaitu, jika :
1. EE = 1, maka penggunaan faktor produksi sudah efisien 2. EE 1 , maka penggunaan faktor produksi belum efisien
3. EE 1, maka penggunaan faktor produksi tidak efisien
Universitas Sumatera Utara
Soekartawi, 1990.
2.2.5 Fungsi Statistik
Bentuk fungsi Cobb-douglas yang bersifat non-linier dapat diubah menjadi bentuk linier dimana bentuk hubungan antara Y dan X sudah ditransformasikan
menjadi bentuk sebagai berikut : LnY=lnb
+b
1
lnx
1
+ b
2
lnx
2
+ b
3
lnx
3
+ e Di mana :
Y = dosis pupuk b
= intercept X
1
= harga pupuk X
2
= harga sayuran X
3
= pengalaman petani e = standart error
Untuk menganalisis pengaruh faktor independen terhadap faktor dependen dilakukan analisis dengan menggunakan cara regresi linier berganda. Dengan
menggunakan regresi, maka diperoleh besaran besarnya nilai t-hitung F-hitung dan koefisien determinan R
2
. Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel independen X
n
yang dipakai secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen Y. Pengujian secara statistik adalah sebagai berikut:
1. Uji Determinan R
2
Nilai koefisien determinan R
2
digunakan untuk mengetahui sejauh mana besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel independen terhadap
variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
2. Uji T-hitung Hipotesis
H
o
: β
o
= 0 H
1
: β
o
≠ 0 Uji statistik digunakan adalah uji statistik-t
t-hitung =
bi −Bi
���
t-tabel = t
α2n-p
keterangan: bi
= koefisien regresi ke-i Sbi
= standar deviasi koefisien regresi ke-i Bi
= parameter ke-I yang dihipotesiskan N
= Banyaknya pasangan data P
= jumlah parameter regresi Kriteria uji :
1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel
-
t-hitung t- tabel α2 n-p, maka tolak H
-
t-hitung t- tabel α2 n-p, maka terima H
2. Berdasarkan Nilai Signifikansi α =0,05
-
Jika nilai signifikansi α maka H diterima
-
Jika nilai Signifikansi α maka H
ditolak
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Daerah diterima dan ditolak H
Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka parameter yang diuji atau faktor- faktor pengaruh penggunaan pupuk X
i
berpengaruh nyata terhadap penggunaan pupuk Y, sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka faktor-
faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk X
i
tidak berpengaruh nyata terhadap dosis pupuk Y.
3. Uji F-hitung Nilai F-hitung digunakan untuk mengetahui apakah variabel yang
digunakan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Pengujian F-hitung adalah sebagai berikut:
Hipotesis : H
: β
1
= β
2
=…= β
k-1
= 0 H
1
: β
1
≠ 0 Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu:
F − hitung =
�
2
k − 1
1 − R
2
n − k
Keterangan:
Universitas Sumatera Utara
R
2
= koefisien determinan K = jumlah variabel termasuk intersep
n = jumlah pengamatan kriteria uji :
1. Berdasarkan Perbandingan Nilai t- hitung dan t- tabel
-
F-hitung F- tabel α2 n-p, maka tolak H
-
F-hitung F- tabel α2 n-p, maka terima H
2. Berdasarkan Nilai Signifikansi α =0,05
-
Jika nilai signifikansi α maka H diterima
-
Jika nilai Signifikansi Apabila nilai Signifikansi
α maka H ditolak
2.3 Penelitian Terdahulu
α maka H ditolak maka secara bersama-sama
variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen dan sebaliknya bila H
diterima maka secara bersama-sama variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Berdasarkan skripsi Sri Hery Susilowati dengan judul “Analisis Efisiensi Usaha Tani Tebu Di Jawa Timur” Dari hasil analisis data secara umum model
yang digunakan dapat menunjukkan secara baik tingkat efisiensi teknologi usaha tani tebu di wilayah contoh di Kabupaten Malang dan Lumajang. Nilai indeks
efisiensi teknis dikategorikan belum efisien. Hal ini diduga karena sistem usaha tani tebu yang dilakukan adalah sistem keprasan umumnya lebih dari kepras
ketiga dan bibit yang digunakan adalah bibit lokal. Sistem ini berdampak pada rendemen yang masih rendah 7,3. Luas lahan usaha tani memiliki pengaruh
paling responsif terhadap produksi. Kuantitas penggunaan pupuk urea, KCl, dan
Universitas Sumatera Utara
NPK memiliki pengaruh negatif terhadap produksi tebu, yang diduga karena faktor produksi tersebut digunakan secara berlebihan. Peubah lain yang
berpengaruh positif dan nyata terhadap produksi adalah pupuk ZA, pupuk kandang, dan pupuk cair. Peubah tenaga kerja keluarga juga berpengaruh positif
dan nyata sehingga masih mungkin untuk meningkatkan produksi tebu dengan peningkatan penggunaan tenaga kerja dalam keluarga.
Berdasarkan skripsi Nurul Mubarok dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk Ikan Di Sentra Roduksi Kerupuk Desa
Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat” dari hasil analisis disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
kerupuk skala sedang melalui analisis regresi secara bersama-sama ditunjukan dengan nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel 186,7528,7, analisis secara
parsial faktor tersebut menunjukkan tingkat signifikansi ditandai t-hitungt-tabel yaitu modal X
1
, tenaga kerja X
2
, permintaan produk X
3
, sedangkan hargaX
4
tidak berpengaruh t-hitungt-tabel. Berdasarkan skripsi Darwanto dengan judul “Analisis Efisiensi Usahatani
Padi Di Jawa Tengah Penerapan Analisis Frontier” Dari hasil analisis data yang telah berhasil diolah dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, usahatani padi di
daerah penelitian tidak efisien secara teknis sehingga penggunaan input harus dikurangi, apabila dilihat dari efisiensi harga EH dan efisiensi ekonomi EE,
maka usahatani padi tidak efisien dengan nilai efisiensi harga sebesar 0,22 dan efisiensi ekonomi sebesar 0,16. Dari hasil perhitungan ketiga efisiensi ini dapat
dikatakan bahwa usahatani padi tidak efisien.
2.4 Kerangka Pemikiran
Universitas Sumatera Utara
Pupuk merupakan variabel independen yang mempengaruhi jumlah produksi pada budidaya tanaman sayuran. Di mana dengan pemupukan yang tepat
baik dalam ketepatan dosis maupun ketepatan waktu akan berdampak positif dalam peningkatan hasil panen sayuran.
Seringkali para petani terus-menerus menambah penggunaan input pupuk dengan harapan peningkatan hasil produksi tersebut. Namun kenyataannya,
ternyata para petani belum mempertimbangkan efisiensi penggunaan pupuk itu sendiri. Di mana input pupuk terus ditambah belum tentu menghasilkan
peningkatakan produksi dan menjadi berakibat negatif yakni produksi tetap atau bahkan menurun dan tentu hal ini menjadi tidak efisien. Pengkajian hubungan
penggunaan faktor produksi pupuk menggunakan model kepangkatan yang merupakan fungsi produksi Cobb-Douglas dan dirumuskan sebagai berikut:
Y= ẞ
X
1 ẞ1
Y= jumlah produksi X
1
= pupuk Efisiensi faktor produksi pupuk pada usahatani sayuran ini diukur dengan
analisis fungsi produksi frontier, yang dilihat dari efisiensi teknis dan efisiensi harga. Tercapainya efisiensi teknis dan efisiensi harga berarti tercapainya efisiensi
ekonomi. Di sisi lain, terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi petani sayuran di dalam penggunaan pupuk. Adapun faktor-faktor lain tersebut, yakni
harga sayuran, harga pupuk dan pengalaman petani.
Universitas Sumatera Utara
Harga sayuran diduga berpengaruh terhadap kebiasaan petani di dalam menggunakan pupuk. Di mana, diasumsikan apabila harga sayuran meningkat,
maka dosis pupuk yang digunakan petani semakin meningkat. Hal ini didasari, petani berpendapat apabila pupuk terus ditambah, maka akan meningkatkan
volume produksi sayuran. Dugaan peningkatakan jumlah input akan meningkatkan jumlah output dalam hal ini produksi masih diyakini oleh petani
sayuran. Diharapkan peningkatan produksi tersebut dapat menambah pendapatan petani dikarenakan harga sayuran sedang meningkat.
Harga pupuk juga diduga berpengaruh terhadap kebiasaan petani di dalam menggunakan pupuk. Di mana, diduga apabila harga pupuk meningkat, maka
petani akan berpikir untuk mengurangi dosis pupuk. Harapannya setelah dosis pupuk dikurangi dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi input
pupuk. Dan apabila harga pupuk kembali tetap, maka petani akan menambah dosis pupuk seperti sebelum harga pupuk mengalami kenaikan.
Penggunaan dosis pupuk oleh petani diduga dipengaruhi oleh pengalaman petani. Hal ini disebabkan, semakin lama seorang petani menanam sayuran, maka
petani tersebut semakin mengetahui penggunaan dosis yang tepat untuk tanaman sayuran. Pengalaman yang panjang tersebut secara tidak langsung mengajarkan
petani sayuran di dalam penentuan dosis pupuk sehingga kebiasaan untuk menebak-nebak dosis pupuk dapat diminimalisir.
Secara skematis, kerangkan pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut
Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
: Menyatakan Hubungan : Menyatakan hasil
Gambar 2.4 Skema Kerangka Pemikiran
Usahatani Sayuran
Dipengaruhi Faktor produksi pupuk
X
1
= pupuk
Fungsi Cobb-Douglas
Analisis Efisiensi 1. Efisiensi Teknis
Pendekatan Frontier 2. Efisiensi Harga
3. Efisiensi Ekonomi Faktor-faktor
yang mempengaruhi
penggunaan pupuk harga
sayuran, harga pupuk, dan
pengalaman petani
Dosis penggunaan Pupuk
seharusnya X
1
=X
1
E Efisien
Penggunaan pupuk oleh
petani sayuran
Penggunaan pupuk Inefisien X
1
X
1
E Tidak Efisien
X
1
Perlu Dikurangi Penggunaan pupuk
Inefisien X
1
X
1
E Belum Efisien
X
1
Perlu Ditambah Dosis
penggunaan Pupuk menurut
Teori Law of Diminishing
Returns LDR Perbandingan
Universitas Sumatera Utara
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka dan landasan teori yang telah dikemukakan, hipotesis penelitian ini adalah :
1. Penggunaan pupuk pada usahatani sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo tidak efisien baik secara teknis, harga maupun ekonomi.
2. Harga sayuran, harga pupuk, dan pengalaman petani merupakan faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk oleh petani sayuran di Kecamatan
Tigapanah Kabupaten Karo. 3. Adanya perbedaan yang signifikan antara penggunaan pupuk efisien
berdasarkan teori The Law of Diminishing Returns LDR dengan penggunaan pupuk oleh petani sayuran di Kecamatan Tigapanah
Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian adalah secara sengaja purposive, yaitu di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo. Hal ini didasari karena Kabupaten Karo
merupakan daerah penghasil sayuran terbesar di Sumatera Utara. Sayuran yang dipilih merupakan golongan sayuran yang paling banyak
dibudidayakan di Kecamatan Tigapanah yakni : kubis, kubis bunga dan wortel.
Tabel 3.1 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Sayur-Sayuran di Kecamatan Tigapanah Kabupaten Karo Tahun 2012
No. Jenis sayuran Luas Panen
Ha Produksi Ton
Produktivitas TonHa
1. bayam 2. bawang daun
5 30
6 3. bawang merah
4. bawang putih 5. buncis
212 1 109
5,2 6. cabe
500 1 829
3,65 7. ercis
8. kacang merah 9. kacang panjang
10. kangkung 11. kentang
298 3 178
10,66 12. ketimun
13. kubis bunga 234