BAB V DISKUSI HASIL PENELITIAN
Hasil yang tercapai dalam penelitian ini adalah tersedianya prototype berupa pedoman integrasi pendidikan karakter ke dalam pembelajaran IPS kelas tinggi
SD. Prototype integrasi pendidikan karakter kedalam pembelajaran dapat dijadikan pedoman guru dalam penerapan pendidikan karakter ke dalam proses
pembelajaran IPS kelas tinggi SD. Dalam bab ini akan didiskusikan hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian baik yang berhubungan dengan pengembangkan
perangkat pembelajaran berbasis pendidikan karakter; nilai-nilai karakter yang sesuai diintegrasikan ke dalam mata pelajaran IPS di kelas tinggi SD; wujud
pengintegrasikan nilai-nilai karakter kedalam pembelajaran IPS di kelas tinggi SD khususnya kelas IV; dan mendeskripsikan perilaku atau karakter siswa, sesuai
yang diharapkan.
A. Perangkat Pembelajaran 1. Silabus
Setelah diadakan pengembangan terhadap perangkat silabus yang melibatkan beberapa stakeholders dari unsur sekolah maka silabus dari
hasil studi awal diintegrasikan nilai-nilai karakternya sehingga terlihat dalam silabus. Sedangkan pengertian dari Silabus, yaitu :
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK, KD, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus
dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi SI dan Standar Kompetensi Lulusan SKL, serta panduan
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP. Dalam
140
pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah
madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP atau Pusat Kegiatan Guru PKG, dan
Dinas Pendidikan. Pengembangan silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupatenkota yang bertanggung jawab di bidang pendidikan
untuk SD dan SMP, dan dinas provinsi yang bertanggung jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang
menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk Ml, MTs, MA, dan MAK Permendiknas No 41, 2007.
Hasil perbandingan antara hasil pengembangan dengan teori ada beberapa yang sudah sesuai, misalnya komponen-komponen silabus sudah
sesuai, panduan berdasarkan KTSP yang ada, pengembangan silabus disusun dibawah arahan Dinas Pendidikan dalam hal ini UPTD Pendidikan
Kecamatan, dan lain-lain. Peneliti berharap guru lebih gemar membaca, menggali informasi
baik di media cetak, internet, dan lain-lain tentang Standar Proses khususnya Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Kurangnya pemahaman
guru tentang Standar Proses khususnya Permendiknas No. 41 Tahun 2007 yang didalamnya termasuk perangkat silabus ini yang membuat informasi
dari peneliti kepada beberapa guru kurang berjalan maksimal. Proses pembuatan perangkat silabus dilakukan beberapa guru kelas
dengan berkoordinasi dengan rekan guru, kepala sekolah, dan pengawas TKSD Kecamatan pada saat jam kosong atau pada sela-sela istirahat, ini
dikarenakan beberapa guru kelas tidak bisa membawa tugas sekolah ke rumah dengan alasan yang beraneka ragam. Sebaiknya beberapa guru
kelas mengadakan KKGMGK pada setiap bulan guna membahas tentang
perangkat silabus ini agar lebih seragam atau padu antar kecamatan pada umumnya dan antar gugus pada khususnya.
Implikasi-implikasi selama
proses pengembangan
perangkat pembelajaran khususnya perangkat silabus ini diantaranya, membutuhkan
proses yang cermat dalam hal pembuatan silabus berkarakter yang sesuai harapan, mulai diskusi dengan rekan guru, memahami karakteristik siswa,
serta mengintegrasikan nilai-nilai karakter tersebut. Simpulan perangkat silabus di atas bahwa hasil pengembangan sesuai
dengan teorinya, guru hendaknya lebih gemar membaca dan lebih pro aktif dalam menggali informasi di media cetak, online, dan sebagainya. Perlu
diadakan kelompok kerja guru KKG minimal 1 bulan sekali dan perangkat silabus ini memerlukan proses yang cermat guna mencapai hasil
yang maksimal.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
Hasil pengembangan terhadap perangkat RPP yang melibatkan beberapa stakeholders dari unsur sekolah, diantaranya guru kelas, kepala
sekolah, dan pengawas TKSD Kecamatan, maka RPP dari hasil studi awal yang berpedoman pada silabus diintegrasikan nilai-nilai karakternya
sehingga masuk dalam RPP. Sedangkan pengertian dari RPP, yaitu RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar
peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. RPP
disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk
setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan Permendiknas No 41, 2007.
Hasil perbandingan antara hasil pengembangan dengan teori sudah sesuai, misalnya penjabaran RPP dari silabus, setiap guru dalam hal ini
guru kelas sudah membuat RPP secara lengkap dan sistematis, RPP juga dibuat berdasarkan karakteristik peserta didik. RPP hasil pengembangan
juga layak digunakan dengan sedikit revisi, masing-masing validator memberikan penilaian kelayakan terhadap RPP dengan skor rata-rata
masing-masing komponen adalah isi 3.88 dengan kriteria baik, dan bahasa 3.75 dengan kriteria baik.
Harapan Peneliti terhadap guru, yaitu giat dalam membaca, menggali informasi baik di media cetak, online, dan lain-lain tentang Standar Proses
khususnya Permendiknas No. 41 Tahun 2007. Kurangnya pemahaman guru tentang Standar Proses khususnya Permendiknas No. 41 Tahun 2007
yang didalamnya termasuk perangkat RPP ini yang membuat informasi dari peneliti kepada beberapa guru kurang berjalan maksimal.
Sama halnya dengan perangkat silabus, proses pembuatan perangkat RPP dilakukan oleh guru kelas dengan berkoordinasi dengan rekan guru,
kepala sekolah, dan pengawas TKSD Kecamatan pada saat jam kosong atau pada sela-sela istirahat, ini dikarenakan beberapa guru kelas tidak bisa
membawa tugas sekolah ke rumah dengan alasan yang beraneka ragam. Sebaiknya beberapa guru kelas mengadakan KKGMGK pada setiap bulan
guna membahas tentang perangkat silabus ini agar lebih seragam atau padu antar kecamatan pada umumnya dan antar gugus pada khususnya.
Implikasi-implikasi selama
proses pengembangan
perangkat pembelajaran khususnya perangkat silabus ini diantaranya, membutuhkan
ketelitian dalam proses pembuatan RPP berkarakter yang sesuai harapan, mulai diskusi dengan rekan guru, memahami karakteristik siswa, serta
mengintegrasikan nilai-nilai karakter tersebut. Simpulan perangkat RPP di atas bahwa hasil pengembangan sesuai
dengan teorinya, guru hendaknya lebih gemar membaca dan lebih pro aktif dalam menggali informasi di media cetak, online, dan sebagainya. Perlu
diadakan kelompok kerja guru KKG minimal 1 bulan sekali dan perangkat silabus ini memerlukan proses yang cermat guna mencapai hasil
yang maksimal.
3. Lembar Kerja Siswa LKS
Hasil pengembangan lembar kerja siswa yaitu dalam pembuatan LKS dikonsultasikan dengan beberapa guru kelas yang lain, disesuaikan dengan
karakteristik siswa, serta LKS yang berupa lembaran-lembaran yang berisi petunjuk sudah diintegrasikan nilai-nilai dalam pendidikan karakter.
Lembar Kerja Siswa merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler untuk mempermudah
pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat. Lembar Kerja Siswa adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga
memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri http:pustaka.ut.ac.id.
Hasil perbandingan antara hasil pengembangan dengan teori sudah sesuai, misalnya fungsi dari Lembar Kerja Siswa yaitu untuk
mempermudah pemahaman siswa terhadap pelajaran dan dapat digunakan oleh seluruh peserta didik. Lembar Kerja Siswa hasil pengembangan juga
layak digunakan dengan sedikit revisi, masing-masing validator memberikan penilaian kelayakan terhadap RPP dengan skor rata-rata
masing-masing komponen adalah isi dan bahasa 4.00 dengan kriteria baik. Harapan Peneliti terhadap guru, yaitu lebih bisa memodifikasi LKS
yang akan digunakan pada peserta didik, menggali informasi baik kepada ahli, maupun media cetak, online, dan lain-lain yang akurat dan valid.
Kurangnya pemahaman guru tentang pembuatan perangkat LKS ini yang membuat informasi dari peneliti kepada para guru kelas kurang berjalan
efektif. Proses pembuatan perangkat LKS dilakukan beberapa guru kelas
dengan berkoordinasi dengan rekan guru, kepala sekolah, dan pengawas TKSD Kecamatan pada saat jam kosong atau pada sela-sela istirahat, ini
dikarenakan beberapa guru kelas tidak bisa membawa tugas sekolah ke rumah dengan alasan yang beraneka ragam. Sebaiknya beberapa guru
kelas mengadakan KKGMGK pada setiap bulan guna membahas tentang perangkat silabus ini agar lebih seragam atau padu antar kecamatan pada
umumnya dan antar gugus pada khususnya. Implikasi-implikasi
selama proses
pengembangan perangkat
pembelajaran khususnya perangkat silabus ini diantaranya, membutuhkan
ketelitian dalam proses pembuatan Lembar Kerja Siswa berkarakter yang sesuai harapan, mulai diskusi dengan rekan guru, memahami karakteristik
siswa, serta mengintegrasikan nilai-nilai karakter tersebut. Simpulan perangkat LKS di atas bahwa hasil pengembangan sesuai
dengan teorinya, guru hendaknya lebih memodifikasi perangkat LKS dan lebih pro aktif dalam menggali informasi di media cetak, online, dan
sebagainya. Perlu diadakan kelompok kerja guru KKG minimal 1 bulan sekali dan perangkat silabus ini memerlukan proses yang cermat guna
mencapai hasil yang maksimal.
4. Tes Hasil Belajar THB
Hasil pengembangan terhadap perangkat Tes Hasil Belajar yang melibatkan beberapa stakeholders dari unsur sekolah maka Tes Hasil
Belajar dari hasil studi awal yang berpedoman pada silabus dan RPP diintegrasikan nilai-nilai karakternya sehingga masuk dalam Tes Hasil
Belajar. Berikut definisi Tes Hasil Belajar, The type of ability test that describes what a person has learned to do
is called an achievement test. Berdasarkan pendapat itu, tes hasil belajar biasanya terdiri dari sejumlah butir soal yang memiliki tingkat
kesukaran tertentu ada yang mudah, sedang, dan sukar. Tes tersebut harus dapat dikerjakan oleh siswa dalam waktu yang sudah
ditentukan. Oleh karena itu, tes hasil belajar merupakan power test. Maksudnya adalah mengukur kemampuan siswa dalam menjawab
pertanyaan atau permasalahan Thordike Hagen, 1975:5.
Hasil perbandingan antara hasil pengembangan dengan teori sudah sesuai, misalnya Tes Hasil Belajar terdiri dari beberapa butir soal,
memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi sesuai dengan taxonomi
bloom, dan THB juga mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa. Hasil penilaian atau validasi kelayakan tes hasil belajar oleh dua orang
validator terhadap 3 butir soal yang dikembangkan adalah semua soal dapat digunakan tanpa revisi, penilaian untuk komponen validitas isi,
untuk 3 butir soal semuanya valid, komponen bahasa dan penulisan, untuk 3 butir soal semuanya sangat dapat dipahami
Harapan Peneliti terhadap guru, yaitu lebih kreatif dalam hal pembuatan soal tes dan mengacu pada taxonomi bloom serta menggali
informasi sebanyak-banyaknya baik di media cetak, online, dan lain-lain tentang cara pembuatan tes hasil belajar yang baik dan benar.
Proses pembuatan perangkat THB dilakukan beberapa guru kelas dengan berkoordinasi dengan rekan guru, kepala sekolah, dan pengawas
TKSD Kecamatan pada saat jam kosong atau pada sela-sela istirahat, ini dikarenakan beberapa guru kelas tidak bisa membawa tugas sekolah ke
rumah dengan alasan yang beraneka ragam. Sebaiknya beberapa guru kelas mengadakan KKGMGK pada setiap bulan guna membahas tentang
perangkat silabus ini agar lebih seragam atau padu antar kecamatan pada umumnya dan antar gugus pada khususnya.
Implikasi-implikasi selama
proses pengembangan
perangkat pembelajaran khususnya perangkat silabus ini diantaranya, membutuhkan
ketelitian dalam proses pembuatan Tes Hasil Belajar berkarakter yang sesuai harapan, mulai diskusi dengan rekan guru, memahami karakteristik
siswa, serta mengintegrasikan nilai-nilai karakter tersebut.
Simpulan perangkat THB di atas bahwa hasil pengembangan sesuai dengan teorinya, guru hendaknya lebih gemar membaca dan lebih pro aktif
dalam menggali informasi di media cetak, online, dan sebagainya. Perlu diadakan kelompok kerja guru KKG minimal 1 bulan sekali dan
perangkat silabus ini memerlukan proses yang cermat guna mencapai hasil yang maksimal.
5. Bahan Ajar Siswa BAS
Hasil pengembangan terhadap perangkat Bahan Ajar Siswa yang melibatkan beberapa stakeholders dari unsur sekolah maka Bahan Ajar
Siswa dari hasil studi awal yang berpedoman pada silabus diintegrasikan nilai-nilai karakternya sehingga masuk dalam Bahan Ajar Siswa. Berikut
ini pengertian Bahan Ajar Siswa dari salah satu sumber, Bahan Ajar atau learning material, merupakan materi ajar yang
dikemas sebagai bahan untuk disajikan dalam proses pembelajaran. Bahan pembelajaran dalam penyajiannya berupa deskripsi yakni
berisi tentang fakta-fakta dan prinsip-prinsip, norma yakni berkaitan dengan
aturan, nilai
dan sikap,
serta seperangkat
tindakanketerampilan motorik.
Dengan demikian,
bahan pembelajaran pada dasarnya berisi tentang pengetahuan, nilai, sikap,
tindakan dan keterampilan yang berisi pesan, informasi, dan ilustrasi berupa fakta, konsep, prinsip, dan proses yang terkait dengan pokok
bahasan tertentu yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran Depdiknas, 2008a
Hasil perbandingan antara hasil pengembangan dengan teori sudah sesuai, misalnya Bahan Ajar Siswa merupakan bahan yang disajikan
kepada peserta didik pada saat pembelajaran, Bahan Ajar Siswa berisi fakta-fakta sesuai pokok bahasan, dan lain sebagainya. Bahan Ajar Siswa
hasil pengembangan juga layak digunakan dengan sedikit revisi, masing-
masing validator memberikan penilaian kelayakan terhadap Bahan Ajar Siswa dengan skor rata-rata masing-masing komponen adalah isi 4.10
dengan kriteria baik, dan bahasa 3.82 dengan kriteria baik. Harapan Peneliti terhadap guru, yaitu untuk memperbanyak informasi
seputar bahan ajar siswa baik di media cetak, online, dan lain-lain. Agar bahan ajar siswa lebih variatif dan penilaian terhadap siswa lebih valid
serta guru bisa lebih mandiri lagi dalam penyusunan bahan ajar siswa BAS.
Proses pembuatan perangkat Bahan Ajar Siswa dilakukan beberapa guru kelas dengan berkoordinasi dengan rekan guru, kepala sekolah, dan
pengawas TKSD Kecamatan pada saat jam kosong atau pada sela-sela istirahat, ini dikarenakan beberapa guru kelas tidak bisa membawa tugas
sekolah ke rumah dengan alasan yang beraneka ragam. Sebaiknya beberapa guru kelas mengadakan KKGMGK pada setiap bulan guna
membahas tentang perangkat silabus ini agar lebih seragam atau padu antar kecamatan pada umumnya dan antar gugus pada khususnya.
Implikasi-implikasi selama
proses pengembangan
perangkat pembelajaran khususnya perangkat silabus ini diantaranya, membutuhkan
ketelitian dalam proses pembuatan Bahan Ajar Siswa berkarakter yang sesuai harapan, mulai diskusi dengan rekan guru, memahami karakteristik
siswa, serta mengintegrasikan nilai-nilai karakter tersebut. Simpulan perangkat Bahan Ajar Siswa di atas bahwa hasil
pengembangan sesuai dengan teorinya, guru hendaknya lebih gemar
membaca dan lebih pro aktif dalam menggali informasi di media cetak, online, dan sebagainya. Perlu diadakan kelompok kerja guru KKG
minimal 1 bulan sekali dan perangkat silabus ini memerlukan proses yang cermat guna mencapai hasil yang maksimal.
B. Nilai-nilai Karakter yang Sesuai diintegrasikan ke Dalam Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Kelas Tinggi Sekolah Dasar
Nilai karakter yang sesuai dengan pembelajaran IPS di kelas tinggi SD dalam penelitian ini berjumlah 11 karakter. Data nilai karakter yang sesuai dengan
pembelajaran ilmu pengetahuan sosial kelas tinggi disekolah dasar diperoleh dengan menggunakan analisis data, dengan cara mengkaji Standar Kompetensi
SK dan Kompetensi Dasar KD pada Standar Isi SI IPS di kelas tinggi sekolah dasar untuk menentukan apakah nilai-nilai karakter yang tercantum itu
sudah tercakup didalamnya, kemudian memilih
nilai karakter yang
memperlihatkan keterkaitan antara SK dan KD IPS kelas tinggi sekolah dasar dengan nilai karakter dan indikator dan kemudiaan divalidasi. Sesuai dengan teori
dalam menentukan nilai-nilai karakter sebagai berikut, Pengintegrasian nilai-nilai karakter, yaitu dengan cara mengkaji
Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD pada Standar Isi SI, kemudian memilih nilai karakter yang memperlihatkan
keterkaitan antara SK dan KD dengan nilai dan indicator pencapaian kompetensi mata pelajaran IPS di kelas tinggi Sekolah Dasar
Kemendiknas, 2010.
Hasil perbandingan antara hasil pengembangan dengan teori sudah sesuai dan menghasilkan nilai dan deskripsi karakter IPS di kelas tinggi SD yang
meliputi: religius, toleransi, disiplin, kreatif, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, menghargai prestasi, bersahabat komunikatif, senang membaca, dan peduli lingkungan.
Harapan peneliti kepada para guru kelas terutama di SDN 8 Karangharjo Kecamatan Glenmore Banyuwagi dalam menentukan nilai karakter yang sesuai
dengan pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di kelas tinggi sekolah dasar hendaklah dilakukan berulang-ulang dan disesuaikan antara SKKD dan indikator
dengan nilai karakter yang terkandung dalam tujuan pembelajaran, serta divalidasi oleh pakar yang ahli dalam bidang ke SDan.
Berdasarkan masukan dari para pakar dan telah dilakukan penilaian atau validasi sebagaimana dipaparkan dalam bab IV, dapat diketahui bahwa nilai-nilai
karakter yang dipilih sesuai dengan SKKD dan indikator pencapaian kompetensi Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas tinggi sekolah dasar, dengan demikian nilai-nilai
karakter yang dipilih telah sesuai dengan syarat-syarat pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam pembelajaran. Nilai-nilai karakter yang terpilih dinyatakan
sesuai diintegrasikan ke dalam pembelajaran ilmu pengetahuan sosial di kelas tinggi sekolah dasar.
Implikasi-implikasi selama proses pengintegrasian nilai-nilai karakter ke dalam mata pelajaran IPS di kelas tinggi SD ini diantaranya, guru kurang teliti
dalam menentukan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan SKKD, atau indikator pencapaian kompetensi, ketidaksesuaian nilai-nilai karakter pada SKKD, atau
indikator pencapaian kompetensi, dan lain-lain. Simpulan pernyataan di atas bahwa hasil perbandingan antara hasil
pengembangan dan analisis data disimpulkan adanya sistematika yang padu. Guru
kelas dalam memasukkan nilai-nilai karakter hendaknya melakukan berulang- ulang dan disesuaikan antara SKKD dan indikator dengan nilai karakter yang
terkandung dalam tujuan pembelajaran, serta divalidasi oleh pakar yang ahli dalam bidang ke SDan, salah satu implikasi yang muncul yaitu ketidaksesuaian
nilai-nilai karakter pada SKKD, atau indikator pencapaian kompetensi, dan lain- lain.
C. Wujud Pengintegrasian nilai-nilai karakter ke dalamPembelajaran IPS Kelas IV SDN 8 Karangharjo Kecamatan Glenmore Kabupaten
Banyuwangi.
Di Kelas IV hanya 7 nilai karakter yang dapat diintegrasikan dari 11 nilai karakter yang telah dikaji dalam pembelajaran IPS di kelas tinggi SD.
Pengintegrasian nilai-nilai karakter sesuai teori, sebagai berikut, Pengintegrasian nilai-nilai karakter ke dalam pembelajaran
khususnya IPS, dengan cara menelaah sub-sub kompetensi, kemudian memilih nilai karakter yang sesuai antara sub-sub kompetensi dengan
indikator pencapaian kompetensi, setelah memperoleh nilai-nilai karakter barulah kita integrasikannya ke dalam mata pelajaran IPS
Kemendiknas, 2010.
Hasil perbandingan antara hasil pengembangan dengan teori sudah sesuai dan menghasilkan nilai dan deskripsi karakter IPS di kelas IV semester genap
yang meliputi : Standar Kompetensi yaitu Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten kota dan provinsi,
dengan KD yang meliputi: 2.1 mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya, wujud pengintegrasiannya yaitu
guru menyisipkan nilai-nilai karakter ke dalam indikator pencapaian kompetensi pada saat ada kesempatan yang tepat, hasilnya nilai- nilai karakter kreatif, rasa
ingin tahu, dan peduli lingkungan. 2.2 mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, wujud pengintegrasiannya yaitu guru
menyisipkan nilai-nilai karakter ke dalam indikator pencapaian kompetensi pada saat ada kesempatan yang tepat, hasilnya nilai-nilai karakter kreatif, rasa ingin
tahu, dan bersahabat komunikatif. 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya, wujud
pengintegrasiannya yaitu guru menyisipkan nilai-nilai karakter ke dalam indikator pencapaian kompetensi pada saat ada kesempatan yang tepat, hasilnya nilai-nilai
karakter disiplin, kreatif, rasa ingin tahu, dan gemar membaca. dan 2.4 mengenal permasalahan sosial di daerahnya, wujud pengintegrasiannya yaitu guru
menyisipkan nilai-nilai karakter ke dalam indikator pencapaian kompetensi pada saat ada kesempatan yang tepat, hasilnya nilai-nilai toleransi, bersahabat
komunikatif, dan peduli lingkungan. Hasil perbandingan antara hasil
pengembangan dan analisis data disimpulkan adanya sistematika yang padu. Sama halnya dengan pengintegrasian nilai-nilai karakter di kelas tinggi
diatas, harapan peneliti kepada para guru kelas khususnya kelas IV di SDN 8 Karangharjo Kecamatan Glenmore Banyuwagi dalam menentukan nilai karakter
yang sesuai dengan kelas IV SD hendaklah dilakukan berulang-ulang dan disesuaikan antara SKKD dan indikator dengan nilai karakter yang terkandung
dalam tujuan pembelajaran, serta divalidasi oleh pakar yang ahli dalam bidang ke SDan.
Implikasi-implikasi selama proses pengintegrasian nilai-nilai karakter ke dalam mata pelajaran IPS di kelas IV SD ini diantaranya, guru kurang teliti dalam
menentukan nilai-nilai karakter yang sesuai dengan SKKD, atau indikator pencapaian kompetensi, ketidaksesuaian nilai-nilai karakter pada SKKD, atau
indikator pencapaian kompetensi, dan lain-lain. Simpulan pernyataan di atas bahwa hasil perbandingan antara hasil
pengembangan dan analisis data disimpulkan adanya sistematika yang padu. Guru kelas dalam memasukkan nilai-nilai karakter hendaknya melakukan berulang-
ulang dan disesuaikan antara SKKD dan indikator dengan nilai karakter yang terkandung dalam tujuan pembelajaran, serta divalidasi oleh pakar yang ahli
dalam bidang ke SDan, salah satu implikasi yang muncul yaitu ketidaksesuaian nilai-nilai karakter pada SKKD, atau indikator pencapaian kompetensi, dan lain-
lain.
D. Perilaku atau Karakter Siswa Setelah Pengembangan