xx
1. Pengalaman pribadi.
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah
terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan akan
pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama berbekas.
2. Kebudayaan.
B.F. Skinner dalam, Azwar 2005 menekankan pengaruh lingkungan termasuk kebudayaan dalam membentuk kepribadian seseorang.
Kepribadian tidak lain daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement penguatan, ganjaran yang
dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
15,16
3. Orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
4. Media massa.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan
menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5. Institusi Pendidikan dan Agama.
Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh
xxi
dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari
pusatkeagamaan serta ajaran-ajarannya. 6.
Faktor emosi dalam diri.
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang.Kadang-kadang, suatu bentuk sikap
merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang
lebih persisten dan lebih tahan lama. Contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka.
17
2.1.3. Hubungan Antara Sikap Dan Perilaku
Wicker 1969 menyatakan dalam penelitiannya menyatakan bahwa sikap tidak berkaitan dengan perilaku . Terdapat faktor seperti faktor personal yaitu
seperti tingkat aktivitas, sikap atau motif lain. Faktor situasional juga dapat jadi pertimbangan lain seperti keberadaan orang lain, norma yang di harapkan,
kedua faktor ini dapat mempengaruhi individu. Setelah Wicker melaporkan penelitian ini telah ada penelitian oleh Baron dan Byrne 1987 bahwa sikap
dapat memprediksi perilaku dalam kondisi tertentu. Faktor lain juga ditemukan terbukti memengaruhi ikatan antara sikap dan
perilaku. Sikap yang dibentuk dari pengalaman langsung lebih akan menggambarkan perilaku yang lebih kuat dan lebih baik dari dari sikap yang
didapatkan secara pasif. Fazio et. Al. 1982. Ketika ada berita yang memilki efek langsung terhadap kehidupan individu dan menjadi perhatian individu itu
sendiri akan terbentuk hubungan antara sikap dan perilaku. Sivacek dan Carno 1982. Sikap yang mudah untuk diaplikasikan dan mudah untuk di realisasikan
akan memberikan pengaruh yang lebih besar Fazio.1986.
18
Hubungan antara sikap dan perilaku dijelaskan Ajzen dan Feishbein 1980 digambarkan dalam skema:
xxii
Gambar 2.1. Model teori tindakan beralasan dari Ajzen dan Feishbein 1980.
19
Tindakan beralasan merupakan usaha yang paling berpengaruh untuk menguji hubungan sikap dan perilaku yang dikembangkan oleh Ajzen dan
Feishbein 1980. Sampai saat ini digunakan sebagai kerangka teori utama.
19
2.2. KOMUNIKASI 2.2.1. Pengertian
Komunikasi menurut kamus besar bahasa indonesia diartikan sebagai peniriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih
sehingga pesan yang di maksud dapat dipahami; hubungan; kontak; diartikan juga sebagai perhubungan.
20
Komunkasi menurut Widjaja 1986 adalah hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu maupun kelompok.
21
2.2.2. Komunikasi Dokter Pasien Komponen komponen komunikasi dokter pasien yaitu :
a. Pasien
Setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan baik secaraa langsung
maupun tidak langsung kepada dokter atau dokter gigi b. Dokter dan dokter gigi
xxiii
Dokter dan dokter gigi sebagaimna dimaksud dalam Undang- Undang No 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran adalah dokter, dokter
spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi, baik di dalam maupun di luar negeri yang
diakui pemerintah republik indonesia sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
22
c. Komunikasi dokter – pasien
Hubungan yang berlangsung antara dokterdokter gigi dengan pasienya selama proses pemeriksaan pengobatan perawatan yang terjadi di ruang
praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, dan puskesmas dalam rangka membantu menyelesaikan masalah kesehatan pasien.
2.2.3. Peranan komunikasi dokter-pasien peranannya dan manfaat Komunikasi Dokter-Pasien
Pasien dalam proses penyembuhan memiliki peranan penting dari komunikasi doker pasien yang merupakan suatu bentuk komunikasi yang
kompleks. Upaya kesembuhan pasien yang dilakukan dokter mempunyai hasil yang signifikan jika tingkat komunkasi interpersonal baik. Manfaat yang
didapatkan baik untuk pasien maupun untuk dokter antara lain :
24
1. Meningkatkan indeks kesehatan dan tingkat pemulihan, serta
menimbulkan kenyamanan dan kepuasaan pasien, sehingga dapat menurunkan risiko malpraktik.
2. Perselisihan, sengketa antara dokter dan pasien maupun keluarga
pasien berkurang. Menurunkan kecemasan pasien. 3.
Diagnosis dapat lebih akurat dan komprehensif 4.
Meningkatkan angka kepatuhan pasien
Manfaat diatas dapat dirsakan jika komunikasi dokter pasien dapat terjalin dengan baik. Sebaliknya, jika tidak berjalan dengan baik akan memberikan
dampak buruk berupa:
24
1. Menurunnya tingkat kepatuhan pasien