27
Pengolahan Limbah Cair
Limbah industri pangan merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan. Jumlah dan karakteristik air limbah industri bervariasi menurut jenis industrinya.
Contoh untuk industri tahu dan tempe mengandung banyak bahan organik dan padatan terlarut. Untuk memproduksi 1 ton tahu atau tempe dihasilkan limbah
sebanyak 3.000-5.000 Liter Ditjen IKM, 2007.
Petunjuk Teknis Pengelolaan Limbah Industri Pangan Ditjen IKM Departemen Perindustrian 2007, sebagian besar limbah cair industri pangan dapat ditangani
dengan mudah dengan sistem biologis, karena polutan utamanya berupa bahan organik, seperti karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin. Polutan tersebut
umumnya dalam bentuk tersuspensi atau terlarut sebelum dibuang, ke lingkungan, limbah cair industri pangan harus diolah untuk melindungi keselamatan
masyarakat dan kualitas lingkungan. Tujuan dasar pengolahan limbah cair adalah untuk menghilangkan sebagian besar padatan tersuspensi dan bahan terlarut,
kadang-kadang juga untuk penyisihan unsur hara nutrien berupa nitrogen dan fosfor. Secara umum, pengolahan limbah cair dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu
pengolahan primer, pengolahan sekunder, dan pengolahan tersier.
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2014 tentang baku mutu air limbah, pada lampiran XVIII disajikan pada Tabel 2.2
28 Tabel. 2.2 Baku Mutu Air Limbah Pengolahan Kedelai
Parameter Pengolahan Kedelai
Kecap Tahu
Tempe
Kadar mgL
Beban kgton
Kadar mgL
Beban kgton
Kadar mgL
Beban kgton
BOD 150
1.5 150
3 150
1.5 COD
300 3
300 6
300 3
TSS 100
1 200
4 100
1 pH
6-9 Kuantitas Air
Limbah Paling Tinggi
10 20
10
Sumber : Permen LH No.5 Tahun 2014
2.4. Konsep Pengawasan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sejak pertemuan di Rio de Janiero Brasil, masalah kelestarian lingkungan hidup semakin penting dan bersifat global. Masalah pengawasan dan pengelolaan
lingkungan hidup menjadi salah satu faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan kelestarian lingkungan hidup. Memahami ekosistem sangat penting
dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup karena pertimbangan sosial sangat erat kaitannya dengan proses politik dan pengambilan keputusan dalam
pengembangan pengetahuan lingkungan hidup. Perubahan lingkungan hidup juga dapat mempengaruhi kehidupan sosial budaya masyarakat desa, baik perubahan
terhadap pola hidup, kepercayaan, emosi maupun pengetahuan masyarakat. Lebih lanjut lagi berdasarkan fakta yang didapat dari kehidupan masyarakat ternyata
dominasi materialisme yaitu pandangan terhadap kehidupan yang lebih baik ternyata mampu mengubah peradaban manusia yang pada akhirnya mengarah
kepada terciptanya krisis lingkungan hidup Pebreni, 2012.
29 Pebreni 2012, pengawasan dan pengelolaan lingkungan hidup ini tentunya tidak
lepas dari campur tangan dari beberapa dimensi yaitu: a.
Pengawasan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Dimensi Politik. Politik merupakan dimensi yang mendapat perhatian utama dalam bidang
undang-undang, falsafah, teologi, dan sosial, terutama konsep tentang keadilan. Konsep keadilan menginginkan supaya setiap individu menerima
apa yang wajar bagi dirinya. Perlu diingat bahwa keterlibatan individu dalam berbagai kedudukan dalam dimensi politik, merupakan syarat penting untuk
dapat mencapai suatu tujuan. b.
Pengawasan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam Dimensi Ekonomi, disadari atau tidak bahwa pengawasan dan pengelolaan lingkungan hidup
ditinjau dari segi ekonomi. Proses ini akan terus meluas dalam berbagai bentuk perusahaan, yang bertujuan membasmi kemiskinan untuk
meningkatkan taraf pendapatan yang seimbang. Tingkat pembangunan ekonomi yang pesat ini membawa implikasi terhadap kemampuan lingkungan
hidup menampung berbagai jenis limbah dan sampah industri. Oleh karena itu, persoalan tentang lingkungan hidup menjadi perhatian utama masyarakat
dan pemerintah. Hal ini didorong oleh dampak negatif pembangunan ekonomi, kepesatan urbanisasi, dan proses modernisasi yang tidak dapat
dihindari. Oleh karena itu usaha utama dalam pengawasan dan pengelolaan lingkungan hidup ialah menjalankan konsep seimbang di antara
pembangunan ekonomi dengan daya dukung sumber alam bagi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan.
30 c.
Pengawasan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam dimensi sosial budaya. Sosial budaya ialah suatu konsep kehidupan sekelompok orang maupun
beberapa kelompok yang membuat keputusan hidup bersama melalui usaha untuk memanfaatkan lingkungan hidup dalam rangka keperluan hidup
bersama.
2.5 Teori Kepatuhan compliance theory
Kepatuhan berasal dari kata patuh. Menurut KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan
dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada ajaran dan aturan.
2.5.1 Konsep Kepatuhan
Pengertian Kepatuhan dalam sebagai berikut: Sarfino 1990 di kutip oleh Smet B. 1994 mendefinisikan kepatuhan ketaatan sebagai tingkat penderita
melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau yang lain. Kepatuhan adalah perilaku positif penderita dalam mencapai tujuan
terapi Degresi et al, 1998 dalam Suparyanto 2010.
A. Proses Perubahan Sikap dan Perilaku teori Kelman
Menurut Kelman 1958 dalam Suparyanto 2010 perubahan sikap dan perilaku individu dimulai dengan tahap kepatuhan, identifikasi kemudian baru menjadi
internalisasi. Mula-mula individu mematuhi anjuran atau instruksi petugas tanpa kerelaan untuk melakukan tindakan tersebut dan seringkali karena ingin
31 menghindari hukumansanksi jika tidak patuh atau untuk memperoleh imbalan
yang dijanjikan jika mematuhi anjuran tersebut tahap ini disebut tahap kesediaan, biasanya perubahan yang terjadi dalam tahap ini bersifat sementara, artinya bahwa
tindakan itu dilakukan selama masih ada pengawasan petugas. Tetapi begitu pengawasan itu mengendur atau hilang, perilaku itupun ditinggalkan. Pengawasan
itu tidak perlu berupa kehadiran fisik petugas atau tokoh otoriter, melainkan cukup rasa takut terhadap ancaman sanksi yang berlaku, jika individu tidak
melakukan tindakan tersebut. Dalam tahap ini pengaruh tekanan kelompok sangatlah besar, individu terpaksa mengalah dan mengikuti perilaku mayoritas
kelompok meskipun sebenarnya dia tidak menyetujuinya. Namun segera setelah dia keluar dari kelompok tersebut, kemungkinan perilakunya akan berubah
menjadi perilakunya sendiri.
A. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Menurut Niven, 2008 dalam Suparyanto 2010, faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan diantaranya adalah:
a. Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikan aktif.