18 Dimana 0 α 1 adalah konstan. Andaikan pula manfaat yang diperoleh dari
produksi X adalah BX, Ś. Jika X adalah barang yang memberikan manfaat positif, Ś dapat dianggap sebagai barang yang memberikan manfaat negatif.
Hubungan antara manfaat total dan produksi X sering di asumsi bersifat cembung meningkat dengan peningkatan yang menurun terhadap X, sehingga manfaat
marjinal terhadap X akan memiliki kemiringan yang negatif Gambar 2.1. sementara itu, karna adanya hubungan linier antara pencemaran dan produk X.
Bagaimana dengan kerusakan yang di timbulkan oleh pencemaran, karna pencemaran menimbulkan kurusakan terhadap lingkungan, kerusakan tersebut
diukur dalam unit rupiah, merupakan fungsi dari pencemaran atau : 2.1
Kurva manfaat total disajikan pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Kurva Manfaat Total
K urva penerimaan marjinal terhadap Ś juga berbentuk sama dengan kurva
manfaat karjinal terhadap X, secara intuitif hal ini dapat dipahami karna manfaat ekonomi akan menurun seiring dengan meningkatnya pencemaran dibaca secara
horizontal dari kiri kekanan. Kurva penerimaan marjinal disajikan pada Gambar 2.2
X X
BX Manfaat total
19
Gambar. 2.2 Kurva Manfaat Total dan Manfaat Marjinal
Sumber : Fauzi, 2004 Kurva manfaat marjinal terhadap pencemaran disajikan pada Gambar 2.3
Gambar. 2.3 Kurva Manfaat Marjinal terhadap Pencemaran
Sumber : Fauzi, 2004 Kurva kerusakan yang diukur dalam pengukuran marjinal perubahan kerusakan
per perubahan pencemaran disajikan pada Gambar 2.4
Ś Ś
Manfaat Marjinal terhadap Pencemaran
Manfaat marjinal
X X
20 D Rp
Kerusakan Marjinal
Ś
Ś
Gambar. 2.4 Kurva Kerusakan Marjinal Sumber : Fauzi, 2004
Kurva kerusakan marjinal memiliki kemiringan Slope yang positif karena diasumsikan bahwa kerusakan dalam ukuran rupiah akan meningkat sejalan
dengan peningkatan pencemaran.
Gambar 2.5 Tingkat Pencemaran yang Efisien
Sumber : Fauzi, 2004
Dengan diperolehnya kurva manfaat marjinal dan kurva kerusakan marjinal, penggambungan kedua kurva tersebut disajikan pada Gambar 2.5 akan
menghasilkan tingkat pencemerana yang efisien secara sosial. Sebagaimana tampak pada Gambar 2.5 tanpa adanya pengendalian, tingkat pencemaran yang
D Rp
D
Ṥ Kerusakan
Marjinal Ṥ
Ṥ Manfaat
Marjinal Ṥ
21 optimal ditunjukkan oleh perpotongan kurva manfaat dan kerusakan pada titik
Ṥ .
Titik perpotongan ini disebut titik keseimbangan yang paling efisien secara sosial, karena jika
Ṥ Ṥ , manfaat marjinal akan lebih besar daripada kerusakan marjinal, sehingga tinggkat buangan industri pencemaran akan meningkat. Demikian juga
jika Ṥ Ṥ , manfaat marjinal akan lebih kecil daripada kerusakan marjinal yang
menyebabkan industri mengurangi buangannya. Jadi keseimbangan tersebut dicapai hanya pada titik
Ṥ = Ṥ .
c. Pencemaran Stock
Menganalisis aspek ekonomi pencemaran stock jauh lebih kompleks dibandingkan pencemaran aliran. Hal ini disebabkan karena selain pencemaran
stock bersifat akumulatif, pencemaran ini juga bersifat intertemporal terkait dengan perbedaan antar waktu sehingga untuk menganalisisnya secara terperinci
memerlukan pendekatan dinamik. Berikut ini adalah pendekatan analisis pencemaran stock yang didasarkan pada analisis yang dikenalkan oleh Kaller
1971, Conrad dan Clark 1987, dalam Fauzi 2004.
d. Kebijakan terhadap Pencemaran
Salah satu masalah yang timbul pada pengendalian pencemaran melalui pendekatan efisiensi atau tingkat pencemaran yang optimal adalah penentu
kebijakan sulit untuk menentukan tingkat pencemaran yang optimal tersebut. Pemerintahan, misalnya tidak terlalu berkepentingan untuk menentukan fungsi
produksi dan fungsi biaya industri. Di sisi lain, menyerahkan pengendalian pencemaran kepada industri semata juga tidak akan menjamin tercapainya
22 efisiensi tersebut. Karena itu, suatu pendekatan pengendalian pencemaran melalui
instrumen-instrumen tertentu perlu dilakukan. Instrumen tersebut berbasis pasar Market Bassed atau berupa perintah dan pengendalian command and control.
Untuk memahami instrumen kebijakan pencemaran tersebut, terlebih dahulu kita memerlukan terminologi baru yang akan menggantikan peran kurva manfaat
marjinal pada Gambar 2.2. terminologi yang dimaksud adalah biaya pengurangan pencemaran atau abatement cost, khususnya marjinal abatement cost MAC. Jika
misalnya pencemaran tersebut adalah aliran flow dari suatu industri yang mencemari perairan maka dalam operasinya bisa saja industri tersebut melepaskan
banyak pencemaran ke perairan. Namun dengan menggunakan teknologi yang ada dan dibantu dengan pengelolaan yang baik, industri tersebut bisa saja mengurangi
pencemaran melalui pengurangan jam operasi mengubah proses produksi, mengganti sumber energi dan berbagai alternative lainnya. Biaya untuk
melakukan aktivitas tersebut disebut abatement cost karena aktivitas tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi pencemaran. Untuk keperluan analisis
ekonomi pencemaran, akan lebih mudah jika kita menggunakan pengukuran marjinal, yakni marginal abatement cost atau MAC yang menggambarkan
penambahan biaya akibat pengurangan satu unit pencemaran atau biaya yang bisa dihematkan jika pencemaran ditingkatkan sebesar satu unit.
Transferable Discharge Permit TDP
Jenis kebijakan lain untuk mengendalikan pencemaran adalah melalui izin melepaskan pencemaran yang dapat ditransfer. Jenis kebijakan ini sering disebut
Transferable Discharge Permit atau TDP. Konsep yang sebelumnya pernah
23 diperkenalkan oleh Dales 1968 ini pada prinsipnya memberikan hak
kepemilikan sebagian Particial Property Right, dalam hal ini untuk melepaskan pencemaran. TDP bekerja melalui mekanisme pasar karena dengan sistem yang
bersifat transfrable, hak tersebut dapat diperjual belikan melalui mekanisme pasar yang berlaku. Jual beli dapat dilakukan oleh pelaku tunggal untuk industri
yang berbeda atau pelaku-pelaku yang berbeda. Berbeda dengan pengendalian pencemaran melalui pajak yang berbasis harga, pengendalian bersistem TDP
bekerja dengan basis kuantitas bahan pencemar yang dilepas. Dengan kata lain, TDP adalah semacam pengendalian kuantitas quantity control pencemaran.
Untuk memberikan insentik kepada pelaku industri agar membeli izin, pemerintah menetapkan batas pencemaran maksimum yang diperolehkan sehingga
menciptakan nilai kelangkaan scarcity lingkungan Fauzi, 2004.
Pengendalian dengan Commend and Control CAC
Pengendalian pencemaran dapat juga dilakukan dengan tidak menggunakan instrument pasar, namun langsung melalui perintah dan pengawasan- Commend
and Control. Pengendalian jenis ini dilakukan dengan menggunakan skema pengaturan administrative dan perundang-undangan yang terkait langsung dengan
jumlah pencemaran atau output yang diperbolehkan dan dengan teknologi yang digunakan oleh industri. Bentuk pengendalian CAC ini dilakukan dengan
menentukan standar baik standar emisi maupun standar ambient. Standar emisi akan menentukan laju rate emisi maksimum yang diperbolehkan secara hukum,
sementara standar ambient menentukan dimensi kualitatif terhadap lingkungan sekitar. Standar ini bisa mengacu pada kualitas udara disebuah kota, atau kualitas
24 air pada suatu sungai. Bentuk standar lainnya bisa saja dilakukan melalui standar
teknologi atau technology-based standar TBE atau desain standar. Tipe standar ini pada intinya mengharuskan industri untuk mengadopsi teknologi yang
mengurangi pencemaran Fauzi, 2004.
2.3. Pengelolaan Lingkungan
Lingkungan hidup adalah ruang yang ditempati oleh suatu makhluk hidup bersama dengan benda hidup dan benda tak hidup. Keberadaan lingkungan hidup
sangatlah penting bagi kehidupan manusia. Apabila terjadi kerusakan lingkungan hidup maka kehidupan manusia juga akan terganggu. Globalisasi dan reformasi
membawa pengaruh yang besar terhadap kebijakan terhadap lingkungan. Adanya globalisasi dan reformasi merubah nilai dan pola pikir terhadap pengambilan
kebijakan tentang lingkungan. Mengingat pentingnya lingkungan hidup bagi kehidupan manusia, pemerintah baik pusat maupun daerah mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang menyangkut pengelolaan lingkungan hidup. Selain itu, peran serta masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan hidup sangat
dibutuhkan karena masyarakatlah yang secara langsung berhadapan dengan masalah lingkungan. Dengan program pembangunan yang berwawasan
lingkungan diharapkan selain pembangunan itu sendiri berhasil juga lingkungan tidak mengalami penurunan kualitas Sriyanto, 2007.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan usaha pemanfaatan sumberdaya, namun yang berciri khas yaitu merupakan upaya terpadu pelestarian fungsi
limgkungan hidup
yang meliputi
kebijakan penataan,
pemanfaatan,