Latar Belakang dan Masalah

4 negosiasi. Namun setelah tahun 1969-an para ahli melihat bahwa masalah eksternalitas adalah masalah yang cukup serius dan tidak bisa dihindari sebagai konsekuensi dari hukum termodinamika, sehingga pada periode inilah perhatian yang serius terhadap analisis pencemaran dimulai Fauzi, 2004. Tingginya aktivitas ekonomi di Kota Metro terutama pada sektor perdagangan dan jasa mulai mendominasi nilai PDRB sejak tahun 2009. Hampir seluruh Bank tersedia di Kota Metro untuk mendukung sektor perdagangan dan jasa. Kota Metro menjadi alternatif kedua bagi masyarakat Lampung Timur, Lampung Selatan dan Pesawaran untuk mengakses perdagangan dan jasa Bappeda Kota Metro, 2014. Aktivitas ekonomi melalui sektor perdagangan dan jasa, merupakan upaya yang ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah pengangguran dan kemiskinan dengan pemberdayaan dan pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM. Menurut Rudjito 2003, dalam linda 2012, usaha mikro adalah usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh penduduk miskin atau mendekati miskin. Usaha mikro sering disebut dengan usaha rumah tangga. Besarnya kredit yang dapat diterima oleh usaha adalah Rp 50 juta. Usaha mikro adalah usaha produktif secara individu atau tergabung dalam koperasi dengan hasil penjualan Rp 100 juta. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pasal 3 disebutkan bahwa usaha mikro bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan ekonomi yang berkeadilan. 5 Peran UMKM sangat strategis bagi perekonomian Kota Metro yang ditunjukkan oleh jumlah industri kecil yang paling banyak di Kota Metro yaitu sekitar 94.14, dimana golongan ini paling banyak menyerap tenaga kerja yaitu sebanyak 4.529 orang atau sebesar 95.75. Tercatat pada tahun 2013 ada 1.681 perusahaan kategori industri kecil, empat perusahaan industri menengah dan satu perusahaan industri besar Bappeda Kota Metro, 2014. Industri kecil atau industri rumah tangga secara umum keberadaannya adalah menyebar, namun ada juga yang terkonsentrasi dalam satu sentra industri kecil. Kriteria industri seperti ini mempunyai ciri: berkembang dengan modal kecil, menggunakan teknik produksi dan peralatan yang sederhana, keselamatan dan kesehatan kerja kurang mendapatkan perhatian, tingkat pendidikan SDM nya relatif rendah, kegiatan riset dan pengembangan usaha masih minim, belum mengutamakan faktor-faktor kelestarian lingkungan, belum mampu mengolah limbahnya sampai memenuhi baku mutu yang berlaku Setiyono, 2004. Pada saat ini wilayah Kota Metro dibagi menjadi lima kecamatan yang terdiri dari 22 kelurahan. Rencana struktur ruang sebagai kawasan strategis ekonomi ditetapkan dengan kriteria: kawasan yang memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh, kawasan yang memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi kota, kawasan yang memiliki potensi ekspor, kawasan yang didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi dan produksi, mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal. Kawasan perdagangan dan jasa pusat kota ditetapkan di Kecamatan Metro Pusat. Kawasan industri mikro 6 dan kecil tersebar pada seluruh kecamatan di Kota Metro, sedangkan untuk industri menengah dipusatkan di Kecamatan Metro Utara RTRW Kota Metro, 2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pemilik perhotelan, pusat perbelanjaan, rumah sakit dan pabrik besar di Kota Pekanbaru memiliki tingkat kepatuhan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan berada pada tingkat “patuh” dengan perolehan presentase 58.77 sampai dengan 71.93. Sedangkan perkantoran memiliki persentase kepatuhan rata-rata sebesar 14. 04 dengan tingkat kepatuhan “tidak patuh” Basri, 2014. Atas dasar latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka Kota Metro memiliki potensi cemaran lingkungan yang berasal dari aktifitas industri kecil, dan apabila tidak ada pengelolaan yang baik hal ini dapat berisiko terhadap kerusakan lingkungan. Oleh karena hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh karaketeristik sosial demografi pemilik usaha dan profil industri kecil serta pengawasan terhadap tingkat kepatuhan dalam pengelolaan lingkungan, dikerenakan belum ada penelitian yang meneliti mengenai hal tersebut.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah mengetahui adanya pengaruh karakteristik sosial demografi pemilik usaha umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan, profil industri kecil jenis industri kecil, izin usaha, modal, omzet, 7 jumlah karyawan dan lama usaha berdiri, jenis limbah, tingkat pengetahuan dalam pengelolaan lingkungan, dan pengawasan terhadap tingkat kepatuhan dalam pengelolaan lingkungan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan model tingkat kepatuhan berbasis karakteristik sosial demografi pemilik usaha industri kecil di Kota Metro.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a Sebagai masukan bagi para pelaku usaha industri kecil serta pemerintah dalam upaya pengelolaan lingkungan. b Sebagai bahan informasi untuk penelitian sejenis pada masa yang datang.

1.5. Kerangka Pemikiran

Pengelolaan lingkungan hidup bukan semata-mata menjadi tanggungjawab pemerintah. Pihak swasta dan masyarakat juga sangat penting peran sertanya dalam melaksanakan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup, dan setiap orang mempunyai hak dan kewajiban berperan serta dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup, sehingga dapat tercapai kelestarian lingkungan hidup Suhartini, 2008. 8 Menjadi sebuah harapan agar Kota Metro dapat menjadi kota dengan lingkungan yang terkelola dengan baik, menjadi kota yang bersih, nyaman untuk ditinggali, serta nyaman untuk melakukan berbagai aktifitas kehidupan bahkan dapat menjadi kota yang menjadi pusat pendidikan dan pariwisata. Disisi lain makin bertambahnya jumlah usaha mikro dan kecil di Kota Metro yang diiringi dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi Kota Metro menyebabkan berbagai permasalahan lingkungan. Namun demikian usaha mikro dan kecil sebagai tulang punggung perekonomian mampu menyerap banyak tenaga kerja dan mempunyai potensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pencemaran lingkungan ditimbulkan oleh limbah yang dihasilkan oleh usaha mikro dan kecil. Berdasarkan kenyataan di lapangan masih banyak usaha mikro dan kecil yang belum mengelola limbahnya dengan baik dan benar. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya informasi yang dimiliki tentang teknologi pengelolaan limbah serta bahaya yang ditimbulkannya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Selain itu dengan segala keterbatasan yang ada, mereka masih melihat limbah sebagai sesuatu yang sudah tidak mempunyai nilai ekonomi. Padahal sesungguhnya dengan teknologi tepat guna, limbah yang dihasilkannya masih dapat diolah menjadi barang jadi lainnya sehingga memberi nilai tambah ekonomi dan sekaligus mengurangi beban pencemaran terhadap lingkungannya Setiyono, 2004. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu adanya kajian tentang pengaruh karakteristik sosial demografi pemilik usaha, profil industri kecil serta tingkat 9 pengetahuan dan pengawasan terhadap tingkat kepatuhan dalam pengelolaan lingkungan. Kerangka pemikiran pada penelitian ini disajikan pada Gambar 1.1. Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran dalam Penelitian PROFIL INDUSTRI KECIL 1. Jenis Industri Kecil Aneka Keripik, Aneka Olahan Makanan dan Aneka Kerajinan 2. Ijin Usaha 3. Modal 4. Omzet 5. Jumlah Karyawan 6. Lama Usaha Berdiri KEPATUHAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN JENIS LIMBAH 1. Padat 2. Cair 3. Gas PENGAWASAN KARAKTERISTIK SOSIAL DEMOGRAFI PEMILIK INDUSTRI KECIL  Usia  Jenis kelamin  Pendidikan PENGETAHUAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN