32
maupun agama, sehingga memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik.
2. Landasan Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik berangkat dari pemikiran filosofis tertentu yang menekankan pada pembentukan kreativitas anak didik dengan pemberian
aktivitas yang didapat dari pengalaman langsung melalui lingkungannya yang natural. Masing-masing peserta didik mempunyai kemampuan belajar
yang berbeda-beda
dan khas
sehingga perlu
mengembangkan kemampuannya dengan tetap memperhatikan karakteristik, keunikan dan
kekhasannya. Menurut Abdul Kadir dan Hanun Asrorah, 2015: 17 kemampuan
belajar peserta didik pada pembelajaran tematik ini tidak lepas dari beberapa landasan pembelajaran tematik, diantaranya sebagai berikut :
a. Landasan Filosofis
Menurut Abdul Majid 2014: 87 pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh tiga aliran filsafat, yaitu : progresivisme,
konstruktivisme, dan humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas,
pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah natural, dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran konstruktivisme melihat
pengalaman langsung siswa direct experiences sebagai kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil konstruksi
33
atau bentukan manusia. Manusia mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman, dan
lingkungannya. Pegetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak, tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh
masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang secara terus-menerus.
Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme
melihat siswa dari segi keunikankekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
b. Landasan psikologis
Menurut Abdul Kadir dan Hanun Asrohah 2015: 18 secara teoritik dan praktik pembelajaran tematik berlandaskan pada psikologi
perkembangan dan psikologi belajar. Psikologi perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi materi pembelajaran
tematik yang diberikan kepada anak didik agar tingkat keluasan dan kedalamannya sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik.
Psikologis belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi materi pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada anak didik
dan bagaimana pula anak didik harus mempelajarinya. Teori perkembangan mental Piaget yang biasa juga disebut teori
Perkembangan Intelektual atau Teori Perkembangan Kognitif dalam Ruseffendi, 1998: 132 bahwa setiap tahap perkembangan intelektual
34
dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengonstruksikan ilmu pengetahuan. Pada anak kecil perkembangan berpikirnya ditandai
dengan pergerakan-pergerakannya, kemudian berpikir melalui benda konkret sampai berpikir secara abstrak.
Sedangkan menurut Abdul Kadir dan Hanun Asrohah, 2015; 18 kemampuan berpikir semacam ini tidak sama persis antara satu anak
dengan anak lainnya, tetapi bergantung dan sesuai dengan irama perkembangan anak. Ketika anak berpikir secara konkret maka yang
terjadi pada pengetahuannya bahwa pengetahuannya dibangun melalui asimilasi dan akomodasi, asimilasi adalah penyerapan informasi baru
dalam pikiran. Sedangkan akomodasi menurut Ruseffendi 1988: 133 adalah
menyusun kembali struktur pikiran karena adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat. Suparno dalam Abdul
Kadir dan Hanun Asrohah 2015: 19 juga mengemukakan bahwa akomodasi adalah proses mental yang meliputi pembentukan skema
baru yang cocok dengan rangsangan baru atau modifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu.
Pengetahuan anak menurut Piaget Poedjiadi dalam Abdul Kadir dan Hanun Asrorah, 2015: 19 tidak diperoleh secara pasif melainkan
melalui tindakan, perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya.
35
Hudoyo dalam Abdul Kadir dan Hanun Asrorah, 2015: 20 berpendapat bahwa pandangan tentang anak dari kalangan
konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar Kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun
dalam pikiran seseorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan proses
aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekadar tersusun secara hierarki.
Selain dari sisi psikologis perkembangan, pembelajaran tematik juga dilihat dari sisi psikologi belajar. Susan, Marilyn dan Tony dalam
Abdul Kadir dan Hanun Asrorah, 2015: 20 menyatakan bahwa pada pembelajaran tematik apabila dilihat dari sisi psikologi belajar, anak
didik: 1
Memiliki tujuan, tidak diperoleh secara pasif, tetapi anak didik secara aktif mengkonstruksi struktur kognitifnya.
2 Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan
anak didik. 3
Pengetahuan sesuatu dikonstruksi secara personal. 4
Pembelajaran perlu melibatkan pengaturan situasi kelas. 5
Kurikulum adalah seperangkat pembelajaran, materi, dan sumber. Dari sisi psikologis belajar perlu adanya upaya untuk
mengimplementasikan teori belajar yang mendorong tercapainya pembelajaran tematik. Maka berdasarkan pendapat Tytler dalam Abdul
36
Kadir dan Hanun Asrorah, 2015: 21 ciri-ciri rancangan pembelajaran yang dilihat dari sisi psikologis adalah sebagai berikut :
1 Memberi kesempatan kepada anak didik untuk mengemukakan
gagasannya dengan bahasa sendiri. 2
Memberikan kesempatan kepada anak didik untuk berpikir tentang pengalamannya sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
3 Memberi kesempatan kepada anak didik untuk mencoba gagasan
baru. 4
Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki anak didik.
5 Mendorong anak didik untuk memikirkan perubahan gagasan
mereka. 6
Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. c.
Landasan Yuridis Landasan yuridis merupakan landasan hukum yang mendasari
semua kegiatan pendidikan mengenai hak-hak yang penting seperti komponen struktur, kurikulum, pengelolaan, pengawasan, dan
ketenangan. Abdul Kadir dan Hanun Asrohah, 2015: 22, mengungkapkan
bahwa: Dalam implementasi pembelajaran tematik diperlukan payung
hukum sebagai landasan yuridisnya. Landasan yuridis tersebut adalah:
Undang-undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945, pasal 31 menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan
pendidikan yang layak.
37
Undang-undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan Anak. Pasal 9 menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan
bakatnya. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Bab V Pasal 1-b menyatakan bahwa setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya.
Dari penjelasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik mempunyai beberapa landasan dalam
pembentukan kreativitas peserta didik pada proses pembelajaran dengan memberikan aktivitas yang didapat dari pengalaman secara langsung
melalui lingkungannya yang natural. Landasan tersebut diantaranya : 1 Landasan Filosofis, pada
pembelajaran tematik landasan filosofis bersandar pada filsafat pendidikan konstruktivisme, progresivisme, dan humanisme. 2 Landasan Psikologis,
dalam penerapan pembelajaran tematik yang ada di sekolah-sekolah berlandaskan pada psikologi perkembangan dan psikologi belajar. Pada
pandangan psikologi perkembangan yaitu setiap peserta didik mempunyai kecepatan belajar yang berbeda-beda apabila dilihat dari faktor intern pada
diri peserta didik dengan faktor ekstern atau lingkungan. Sedangkan pada landasan psikologi belajar, pembelajaran lebih memfokuskan pada
kesuksesan anak didik dalam mengorganisasikan pengalaman mereka kedalam proses pembelajaran yang menuntut untuk anak lebih aktif dan
kreatif untuk mengembangkan gagasan dan permasalahan yang mereka temui sendiri di lapangan. 3 Landasan Yuridis, landasan yuridis
38
merupakan payung hukum sebagai legalitas penyelenggaraan pembelajaran tematik, dalam artian pembelajaran tematik dianggap sah apabila sudah
mendapatkan legalitas secara formal.
3. Karakteristik Pembelajaran Tematik