31
itu  arti  “polisi”  demikian  luasnya  bahkan  selain  meliputi seluruh  pemerintahan negara  kota,  termasuk  juga  di  dalamnya  urusan-urusan  keagamaan  seperti
penyembahan  dewa-dewanya.  Seperti  diketahui  pada  zaman  itu,  sebagai  akibat masih  kuatnya  rasa  kesatuan  dalam  masyarakat,  urusan  keagamaan  termasuk
dalam  urusan  pemerintah,  sehingga  arti  “polisi”  menjadi  seluruh  pemerintahan negara dikurangi urusan agama.
2.   Sumber-Sumber Hukum Kepolisian
Ada beberapa sumber-sumber dalam hukum kepolisian, yaitu
27
:
a. Undang-Undang
b. Kebiasaan praktek Kepolisian
c. Traktat
d. Jurisprudensi
e. Ilmu Pengetahuan pendapat para ahli dan kepolisian yang terkenal
a. Undang-Undang.
Di  Indonesia,  umum  diketahui  bahwa  hukum  kepolisian  sebagian  besar terdiri  peraturan-peraturan  yang  tersebar  di  berbagai  undang-undang.  Undang-
undang  yang  langsung  mengatur  kepolisian  di  Indonesia  sudah  ada  yaitu Undang-Undang pokok Kepolisian No.13 Tahun 1961 yang telah diganti dengan
UU  no.2  tahun  2002  tentang  Kepolisian  Negara.  Akan  tetapi,  undang-undang
27
Mono Kelana, Op.Cit.hal. 88-95
32
pokok Kepolisian hanyalah merupakan gejala saja dari adanya hukum kepolisian oleh  karena  sebenarnya  mengenai  materinya  lebih  banyak  lagi  yang  diatur  di
dalam berbagai undang-undang peraturan perundang-undangan. Peraturan  perundang-undangan  yang  bersifat  materiil  dapat  kita  sebut
misalnya  :  Keppres,  Permen,  Kepmen,  dan  pejabat-pejabat  yang  mendapat delegasi wewenang tersebut.
b. Kebiasaan Praktek Kepolisian
Hukum  kebiasaan  ialah  himpunan  kaidah-kaidah  yang  biarpun  ditentukan oleh  badan-badan  perundang-undangan,  dalam  suasana  yang  nyata  ditaati  juga
oleh karena orang sanggup menerima kaidah-kaidah itu sebagai hukum. Kebiasaan  praktek  kepolisian  juga  membentuk  hukum  kepolisian.  Sangat
sering terjadi hal-hal yang dihadapi oleh polisi yang tidak berdasarkan peraturan- peraturan formil, tindakan-tindakan polisi itu sesuai dengan hakekat hukum atau
jiwa  dari  undang-undang,  sehingga  merupakan  kebiasaan  praktek  kepolisian yang  secara  sosiologis  diterima.  Misalnya  tindakan  polisi  sebagai  “pendamai”
dalam  perkara-perkara  kegaduhan  untuk  mencegah  gangguan  keamanan  yang lebih berarti. Selain contoh tersebut, dapat dikemukakan pula misalnya tindakan
polisi mendamai kan perkara “perkelahian satu lawan satu”.
Kebiasaan  praktek  kepolisian  ini,  terutama  dimungkinkan  dipakainya  asas oportunitas  dimana  pelaksanaan  wewenang  polisi  tidak  didasarkan  kepada
peraturan, akan tetapi didasarkan terutama kepada kewajiban
plichtmatigheid
.
33
c. Traktat
Di  dalam  hukum  kepolisian,  maka  sebagai  sumber  hukum,  traktat  memuat tentang  syarat-syarat  dan  kewajiban  negara  anggota  di  dalam  tugas-tugas
pemberantasan  kejahatan  internasional.  Kemudian  mengatur  pula  tentang prosedur  dan  hubungan  badan-badan  kepolisian  antar  negara,  serta  persoalan-
persoalan  yang  menyangkut  ekstradisi.  Tiap-tiap  traktat  yang  diadakan  sudah tentu memuat isi yang berbeda, dan ini tergantung dari traktat itu tadi.
Jadi,  dengan  demikian  ternyata  bahwa  traktat  merupakan  sumber  hukum kepolisiam  untuk  hubungan  internasional.  Dari  uraian  ini  terlihat  adanya
singgungan  antara  hukum  Kepolisian  dan  hukum  publik  internasional  Hukum Antar Negara
d. Jurisprudensi
Dengan  menyebut  Jurisprudensi  sebagai  salah  satu  sumber  hukum kepolisian,  maka  hal  ini  berarti  hukum  kepolisian,  memberikan  tempat  yang
penting bagi keputusan hakim. Dengan  demikian,  berarti  bahwa  pengembangan  hukum  kepolisian  antara
lain  juga  berada  di  pundak  para  hakim.  Akan  tetapi  keputusan  hakim  baru  bisa terjadi  bila  perkara  sampai  di  pengadilan,  sehingga  dalam  hal  ini  turut
menentukan  juga  faktor  kesadaran  hukum  dari  masyarakat  dan  pandangan  serta perhatian  masyarakat  terhadap  polisinya.  Masyarakat  yang  mempunyai  tingkat
kesadaran  hukum  yang  cukup  tinggi  segera  akan  memberikan  reaksi  terhadap
34
tindakan polisi yang “anrechmatig” dan segera pula perkara itu akan diajukan ke pengadilan agar supaya hakim menilai dan memutuskan perkara itu.
e. Ilmu Pengetahuan
Anggapan  atau  pendapat  ahli  ilmu  pengetahuan  hukum  dan  ahli  kepolisian yang  terkenal  juga  mempunyai  kewibawaan.  Di  dalam  Jurisprudensi  dapat
diketahui  bahwa  hakim  itu  sering  berpegangan  pada  anggapan  sarjana  hukum dan beberapa sarjana hukum yang terkenal.
Perumusan-perumusan  yang  tidak  terdapat  dalam  undang-undang  bisa  juga dicari  di  dalam  dunia  ilmu  pengetahuan,  yaitu  dengan  mendasarkan  pada
pendapat para sarjana. Anggapan  atau  pendapat  ahli  hukum  dan  ahli  kepolisian  akan  lebih  sangat
berguna apabila anggapan tesebut menentukan tentang bagaimana seharusnya. Pendapat  ahli  hukum  dan  ahli  kepolisian  mendasari  juga  kebiasaan  praktek
kepolisian  oleh  karena  pada  umumnya  apabila  tidak  terdapat  dalam  peraturan, keputusan  pejabat  kepolisian  berpegang  pada  pendapat  tersebut  sehingga  kalau
secara berulang-ulang diikuti, dapat membentuk hukum kepolisian kebiasan.
3. Asas-asas Hukum Kepolisian.