21
1. Yang terdapat dalam KUHAP.
2. Yang terfapat dalam KUHP.
Salah satu unsur pidana kesusilaan ini adalah subjek-subjek yang mempunyai peranan langsung dalam pelacuran. Subjek-subjek tersebut diantaranya adalah wanita
tuna susila, mucikarigermo serta pihak-pihak yang terkait didalamnya. Seorang germo pada dasarnya dapat diancam pidana, karena disamping menyediakan tempat
berbuat cabul, mereka juga sering bertindak sebagai perantaramakelar seks. Germo sebagai orang yang memudahkan perbuatan cabul dan melakukannya sebagai mata
pencaharian yang tetap. Praktek-praktek germo juga mempunyai unsur-unsur yang dapat dimasukkan
sebagai suatu kejahatan susila. Dari berbagai golongan masyarakat di Indonesia perbuatan melacurkan diri dari seorang wanita masih dianggap sebagai perbuatan
kejahatan yang harus dihukum. Demikian juga dengan germomucikari yang berbeda dengan pelacur, maka mucikarigermo ini mempunyai unsur-unsur kejahatan yang
jelas sehingga dapat dihukum.
1. Tinjauan Terhadap Pasal 296 KUHP
9
Pasal 296 “Barang siapa dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain dengan orang lain dan menjadikannya sebagai
pencaharian atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu
9
P.A.F. Lamintang dan Djisman Samosir, Hukum.Pidana Indonesia, Sinar baru, Bandung, 1983, Hal.125-126
22
tahun empat bulan atau pidana dengan denda paling banyak lima belas ribu rupiah”
Ketentuan ini tidak hanya melarang dipermudahkannya perbuatan-perbuatan melanggar kesusilaan yang bersifat umum di tempat-tempat pelacuran,
melainkan juga perbuatan mempermudah dilakukannya perbuatan-perbuatan yang melanggar kesusilaan yang tidak bersifat umum yang dilakukan sebagai
mata pencaharian ataupun kebiasaan
10
. Termasuk ke dalam pengertian “mempermudah” adalah juga perbuatan
menyewakan kamar-kamar untuk memberikan kesempatan kepada orang lain untuk
melakukan perbuatan-perbuatan
melanggar kesusilaan
11
. Untuk
“mempermudah” adalah tidak perlu suatu tindakan melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu secara aktif dari suatu kewajiban yang ditentukan oleh
Undang-Undang
12
. Untuk dap
at dikatakan telah melakukan “sebagai kebiasaan”, tindakan itu haruslah dilakukan berulang kali dan antara perbuatan yang satu dengan
perbuatan yang lain, harus pula ada hubungan, sehingga tidak cukup apabila di dalam surat tuduhan hanya disebutkan dengan
perkataan “sering”
13
. Adapun Pasal yang terkait dengan pasal 296 KUHP, adalah pasal 298 ayat
1 KUHP yang berbunyi : “Pada waktu menjatuhkan hukuman karena melakukan salah satu kejahatan, seperti yang diatur dalam Pasal-Pasal 281, 284-
10
H.R. 18 nop.1918, N.J.1910.6.W.10349
11
H.R. 6 nop.1941,1942 no.48
12
H.R.18 Nop.1940,1941.No.169
13
H.R. 15 febr.1943, 1943 No.320
23
290, dan 292-297, dapat dilakukan pencabutan hak-hak seperti yang diatur dalam Pasal 35 no.1 dan 5. Dan pasal 35 KUHP itu berbunyi : “ 1 hak-hak yang
dengan satu putusan hakim dapat dicabut sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan di dalam kitab Undang-Undang ini atau sesuatu peraturan umum
yang lain adalah :
1. Hak untuk menduduki jabatan-jabatan atau jabatan-jabatan tertentu;
2. Hak untuk bekerja pada angkatan bersenjata;
3. Hak untuk memilih dan untuk dipilih di dalam pemilihan-pemilihan
yang disenggarakan berdasarkan peraturan-peraturan umum; 4.
Hak untuk menjadi seorang penasehat atau kuasa yang diangkat oleh hakim untuk menjadi wali, wali pengawas, pengampu atau pengampu
pengawas terhadap orang lain selain dari anak-anaknya sendiri; 5.
Hak orang tua, perwalian, dan pengampuan atas diri anak-anaknya sendiri; dan
6. Hak untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan tertentu.
Serta pasal 298 ayat 2 yang berbunyi: “apabila orang yang bersalah telah melakukan salah satu dari kejahatan-kejahatan seperti yang diatur di dalam
Pasal-Pasal 292-297 di dalam pekerjaannya, maka dia dapat dicabut haknya untuk melakukan pekerjaan-
pekerjaan tersebut”.
24
2. Kaitan Dengan Kejahatan Terhadap Kemerdekaan Pribadi.