34
tindakan polisi yang “anrechmatig” dan segera pula perkara itu akan diajukan ke pengadilan agar supaya hakim menilai dan memutuskan perkara itu.
e. Ilmu Pengetahuan
Anggapan atau pendapat ahli ilmu pengetahuan hukum dan ahli kepolisian yang terkenal juga mempunyai kewibawaan. Di dalam Jurisprudensi dapat
diketahui bahwa hakim itu sering berpegangan pada anggapan sarjana hukum dan beberapa sarjana hukum yang terkenal.
Perumusan-perumusan yang tidak terdapat dalam undang-undang bisa juga dicari di dalam dunia ilmu pengetahuan, yaitu dengan mendasarkan pada
pendapat para sarjana. Anggapan atau pendapat ahli hukum dan ahli kepolisian akan lebih sangat
berguna apabila anggapan tesebut menentukan tentang bagaimana seharusnya. Pendapat ahli hukum dan ahli kepolisian mendasari juga kebiasaan praktek
kepolisian oleh karena pada umumnya apabila tidak terdapat dalam peraturan, keputusan pejabat kepolisian berpegang pada pendapat tersebut sehingga kalau
secara berulang-ulang diikuti, dapat membentuk hukum kepolisian kebiasan.
3. Asas-asas Hukum Kepolisian.
Berbeda dengan The Nine principles of Police di Inggris yang hanya merupakan pangkal tolak dan sumber dari segala peraturan kepolisian Inggris,
maka di Indonesia “
Tri Brata
” sebagai asas, selain merupakan pangkal tolak dan sumber darimana mengalir kaidah dan garis hukum, dia juga merupakan
35
pedoman hidup kepolisian oleh karena asas-asas yang tersimpul di dalamnya mempunyai hubungan luas dengan kehidupan kepolisian
28
. Seperti diketahui asas-
asas yang tersimpul dalam “
Tri Brata
” adalah : 1.
Polisi ialah abdi utama dari nusa dan bangsa; 2.
Polisi ialah warga negara utama; dan 3.
Polisi ialah wajib menjaga ketertiban pribadi rakyat. Jadi, dengan demikian “
Tri Brata
” sebagai asas hukum kepolisian Indonesia tidak saja merupakan patokan-patokan dan batu ujian bagi kaidah-kaidah
kepolisian, akan tetapi juga mengenai kehidupan kejiwaan dari organ polisi, sehingga mempunyai daya paksa dari dalam untuk menjauhkan pejabat polisi
dari penyelewengan dalam bentuk apapun . Dapat juga dikatakan bahwa “Tri
Brata” merupakan sumber dari kode etik profesi Kepolisian. Selain tri brata yang merupakan pedoman hidup, kepolisian Indonesia
mempunyai pula “Catur Prasatya” yang merupakan pedoman karya kepolisian, yang langsung berhubungan dengan pelaksanaan tugas polisi sehari-hari. Di
dalam “Catur Prasatya” itu dinyatakan bahwa :
1.
Satya Haprabu
atau setia kepada pimpinan negara, 2.
Hanyaken Musuh
atau menghancurkan musuh, 3.
Gineung Pratidina
atau mengangung-agungkan negara pada tiap saat, 4.
Tansa Tresna
atau tiada terikat oleh hal sesuatu, kecuali oleh tugas masing-masing.
28
Ibid.hal 95-100
36
Di Indonesia, dikenal dengan asas-asas hukum kepolisian menurut tingkatannya itu :
1. Sapta Marga;
2. Tri brata;
3. Catur Prasetya.
Selain itu, dikenal pula asas-asas pelaksanaan wewenang polisi berupa : a.
Asas Legalitas, ialah asas dimana setiap tindakan polisi harus didasarkan kepada undang-undang atau peraturan perundang-
undangan. Jika tidak, maka dikatakan bahwa tindakan polisi itu melawan hukum onrechtmatig. ; dan
b. Asas Plichmatigheid, ialah asas dimana polisi sudah dianggap sah
berdasarkan atau bersumber kepada keamanan umum. Jadi, kalau polisi diberi kewajiban untuk memelihara ketertiban dan keamanan
umum, maka untuk asas plichmatigheid ini bisa dijadikan dasar melakukan tindakan-tindakan. Jadi jelasnya polisi bisa bertindak
menurut penilaiannya sendiri, asal untuk memelihara ketertiban dan keamanan umum. Asas ini bisa dikaitkan dengan “diskresi”.
37
4. Obyek Hukum Kepolisian.