Hukuman Dari Perbuatan Melanggar Susila oleh Seorang Wanita Terhadap Germo Pengertian Melawan Hukum oleh Para Ahli

25 Serta Pasal 332 ayat 4 KUHP yang berbunyi : “Apabila antara orang yang melarikan dengan wanita yang dilarikan itu terjadi perkawinan dan perkawinan tersebut oleh peraturan-peraturan dari BW burgerlijk wetboek, tidaklah dijatuhkan hukuman sebelum perkawinan itu dinyatakan batal dengan suatu putusan hakim” Perbuatan “mengangkut pergi” itu memerlukan tindakan secara aktif dari laki- laki itu, untuk “menjamin pemilikan”, tidaklah diperlukan pelaksanaan penguasaan atas wanita itu untuk jangka waktu yang lama 15 . Anak dibwah umur itu tidaklah perlu untuk dilarikan dari rumah orang tuanya. Tindakan laki-laki itu dapat pula berupa membuat suatu rencana perjalanan, dan kemudian melakukan perjalanan bersama dengan wanita itu. Perbuatan menjamin pemilikan atas wanita tersebut bukanlah merupakan undur dari kejahatan ini, akan tetapi adalah benar bahwa opset si pelaku haruslah ditujukan kepada masalah ini. 16

3. Hukuman Dari Perbuatan Melanggar Susila oleh Seorang Wanita Terhadap Germo

Pasal 506 KUHP dengan tegas mengatakan : “ Barang siapa sebagai germo mengambil keuntungan dari perbuatan melanggar susila oleh seorang wanita, dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun 17 .” Perkataan “germo” itu dapat dipergunakan di dalam surat tuduhan, karena ia mempunyai pengertian tertentu yang nyata, sehingga tanpa keterangan lebih 15 H.R. 3Des, 1888.W.5665 16 H.R. 18 nop.1935,1936 no.117. 17 P.A.F. Lamintang, Op.Cit.Hal 209-210 26 lanjut tentang keadaan-keadaan sudah dapat diketahui bahwa germo itu pasti mengambil keuntungan dari perbuatan semacam itu. 18 Laki- laki itu haruslah merupakan “parasit” dari perbuatan melanggar kesusilaan yang dilakukan oleh istrinya, dalam pengertian bahwa dalam ukuran yang berarti menggantungkan hidupnya dari uang yang dihasilkan oleh perbuatan yang melanggar kesusilaan, yang dilakukan oleh istrinya 19 .

4. Pengertian Melawan Hukum oleh Para Ahli

Menurut anggapan kebanyakan orang, bahwa perkataan “ wederechtelijk ” atau melawan hukum itu tidak mempunyai pengertian yang lain kecuali “ zonder eigen recth ” tanpa hak sendiri, agaknya bagi simons hanya ada satu pendapat yang dapat diterima, yakni dimana disyaratkan untuk adanya suatu “ in strijd met het recht ” berlawanan dengan hukum 20 . Tanpa hak adalah berbeda dengan malawan hak, dan perkataan “ wederrechttelijk ” tanpa dapat dibantah menunjukkan kebenaran pengertian yang tersebut terakhir. Hukum yang berlawanan dengan mana suatu tindakan itu telah dilakukan tidaklah perlu suatu “ subjectief recht ” hak seseorang, melainkan dapat juga berupa “ het recht in het algemeen ” atau hukum pada umumnya. Apabila atas dasar tidak adanya “ wederrechttelijkheid ” itu, dapat dihukumnya sesuatu perbuatan itu menjadi tertutup, maka di situ tidak terdapat sesuatu perbuatan yang dapat dihukum, 18 H.R. 21 Sep 1948, N.J. 1949 No.13 19 H.R. 13 Mei 1929, N.J. 1929,879, W.12005 ; 24 Nop.1930, N.J. 1931, 203 W.12267 20 P.A.F. Lamintang, Op.Cit.Hal 235-236 27 sehingga tidak mungkin pula ada suatu “ strafbase uitlokking ” perbuatan menggerakkan orang lain yang dapat dihukum, atau suatu “ strafbare medeplichtigheid ” perbuatan memberikan bantuan yang dapat dihukum. Dengan tidak adanya unsur “melawan hukum” itu, maka perbuatan itu telah kehilangan sifatnya sebagai suatu perbuatan yang dapat dihukum, juga seandainya si pelaku mempunyai anggapan, bahwa ia telah bertindak secara melawan hukum 21 . Setelah tahun 1919 timbul paham baru yang jauh meninggalkan paham lama, yaitu ketika Hoge Raad di dalam suatu perkara antara Lindenbaum melawan Cohen, berdasarkan kenyataan bahwa Cohen telah menyuap seorang pembantu dari Liendenbaum untuk memperoleh segala macam rahasia dari perusahaan percetakan Liendenbaum, sehingga Liendenbaum ini menderita kerugian, menetapkan suatu rumusan baru yang sangat terkenal mengenai “melawan hak”. Yaitu bahwa “melawan hukum” itu bukan hanya apa yang bertentangan dengan hak orang lain atau apa yang bertentangan dengan kewajiban hak si pelaku, melainkan juga bertentangan dengan kesusilaan, sikap hati-hati atau kepatitan di dalam pergaulan masyarakat dalam hubungannya dengan barang orang lain. Rumusan ini bukan hanya mempunyai arti yang penting bagi hukum Perdata, melainkan juga bagi hukum Pidana 22 . 21 Simons, Leerboek, hal.277-279 Simons. Prof.Mr.D: Leenboek Van Het Nederlandse Strafrecht.P. Noordhoff N.V. Groningen-Batavia, 1937 22 Bemmelen. Prof.Mr J.M van, strafvordering Leerboek van het Nederlandse Strafprocesrecht, Martinus Nijhoff, s- Gravenhage, 95 , hal… atau tulisannya yang lain : Op de Grenzen van het Strafrecht. H.D. Tjeenk WillinkZoon, Haarlem, 1955, hal.53-54. 28 Menurut Prof. Dr. Teguh Prasetyo pengertian melawan hukum merupakan salah satu unsur tindak pidana yang bersifat objektif adalah sifat melawan hukum. Hal ini dikaitkan pada asas legalitas yang tersirat pada Pasal 1 ayat 1 KUHP. Dalam bahasa Belanda melawan hukum itu adalah wederrechtelijk weder = bertentangan dengan, melawan; recht = hukum. Dalam menentukan perbuatan itu dapat dipidana, pembentuk undang-undang menjadikan sifat melawan hukum sebagai unsur yang tertulis. Tanpa unsur ini, rumusan undang- undang akan menjadi terlampau luas. Selain itu, sifat dapat dicela kadang-kadang dimasukkan dalam rumusan delik, yaitu dalam rumusan delik culpa 23 .

C. Tugas dan wewenang kepolisian berkaitan dengan prostitusi.

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Modus Operandi Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan: Studi Kasus pada Polres Salatiga T1 312012088 BAB I

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Modus Operandi Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan: Studi Kasus pada Polres Salatiga T1 312012088 BAB II

0 3 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana di Bidang Kehutanan: studi kasus di Polres Wonogiri T1 312012029 BAB I

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penegakan Hukum terhadap Tindak Pidana di Bidang Kehutanan: studi kasus di Polres Wonogiri T1 312012029 BAB II

0 1 50

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pendekatan Restorative Justice dalam Penyelesaian Tindak Pidana Anak oleh Polres Tegal T2 322012002 BAB II

0 0 48

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penegakan Hukum terhadap Pasal 296 KUHP tentang Tindak Pidana Prostitusi oleh Polres Salatiga T1 312007078 BAB I

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penegakan Hukum terhadap Pasal 296 KUHP tentang Tindak Pidana Prostitusi oleh Polres Salatiga

0 1 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pertimbangan Penyidik dalam Melakukan Penahanan Kepada Tersangka Anak Oleh Polres Salatiga T1 312008084 BAB II

0 0 42

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tanggungjawab Pidana Korporasi dalam Tindak Pidana Pembakaran Hutan T1 BAB II

0 1 29

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sanksi Pidana terhadap Pelaku Tindak Pidana Terorisme Berbasis Keadilan Bermartabat T1 BAB II

0 0 48