SDN Jarakan I Kondisi Awal Sekolah

Laporan HB Multikultur 2006 43 masyarakat, masyarakat turut menjaga keamanan sekolah. Aggota komite sekolah berasal dari masyarakat sekitar. Mayoritas masyarakat sekitar menyekolahkan anaknya di sekolah ini.

8. SDN Sekarsuli I

Masa kerja Kepala SD ini baru 2 tahun. Meskipun belum pernah mengikuti seminarkegiatan khusus tentang pendidikan multikultural, namun sudah pernah mendengar. Jumlah ada 12 guru, terdiri atas 4 laki-laki, 8 wanita 6 Hr.; 6 guru mata pelajaran, 6 guru kelas; dengan variasi agama: 15 Islam, 1 Katholik, dan 1 Kristen; serta masa kerja mereka dari 22 tahun hingga 38 tahun; asal daerah mereka dari DIY semua. Para guru belum ada satu pun yang pernah ikut seminarkegiatan sejenis tentang pendidikan multikultural, lebih-lebih memahaminya. Pengurus Komite sekolah ada 9, dengan 8 Ldan 1 P, 8 beragama Islam dan 1 Kristen. Sekolah memiliki 1 pesuruh. Mereka belum ada satu pun yang pernah ikut seminarkegiatan sejenis tentang pendidikan multikultural, lebih-lebih memahaminya. Jumlah siswa kelas I – VI ada 161 siswa, dengan rincian L=94, P=67; mayoritas Islam 142, hanya ada 13 Kristen, 5 Katholik, dan 1 Hindu; asal siswa semua dari DIY. Siswa Kelas III, dari 26 anak terdiri atas: 17 L, 9 P, Islam 23 dan 3 Katholik. Siswa Kelas IV, dari 33 anak meliptui 21 L, 12 P, 28 Islam, 3 Kristen, dan 2 Katholik. Pekerjaan orang tua siswa bervariasi PNS, Karyawan swasta, TNI, Pedagang, Petani, Tukang, Wiraswasta, sebagian besar karyawan swasta dan wiraswasta, kemudian disusul pedagang, PNS, dan Petani. Bahasa pergaulan yang digunakan di sekolah adalah Jawa. Kebiasaan yang dilakukan siswa saat istirahat: sebagian besar berbaurbermain bersama temannya; terlihat saling akrab dan harmonis antarteman. Antara sekolah dan masyarakat terjalin hubungan baik, artinya saling mendukung, masyarakat mendukung sekolah. Sedangkan sekolah juga berperan dalam kegiatan masyarakat. Terkait dengan adat-istiadat, masih Laporan HB Multikultur 2006 44 menjalankan bersih desa. Kondisi Sosial ekonomimata pencaharian masyarakat adalah bertani. Aggota komite sekolah berasal dari masyarakat sekitar. Mayoritas masyarakat sekitar menyekolahkan anaknya di sekolah ini.

9. SDN I Bantul

Kepala Sekolah di SD sudah memiliki masa kerja 6 tahun. Dia mengaku bahwa belum pernah mengikuti seminarkegiatan khusus tentang pendidikan multikultural, namun demikian sudah pernah mendengar dan sudah memahami maksudnya. Keadaan guru ada 16 guru, terdiri atas 4 laki-laki, 12 wanita 2 Hr.; 8 guru mata pelajaran, 8 guru kelas; semua beragama Islam. Masa kerja mereka dari 12 th hingga 32 th; asal daerah dari DIY semua. Mereka belum ada satu pun yang pernah ikut seminarkegiatan sejenis tentang pendidikan multikultural, lebih-lebih memahaminya. Semua guru kelas pernah mendengar tentang pembelajaran multkultural, bahkan guru kelas V, VI, dan guru agama pernah membacanya. Anggota pengurus Komite Sekolah ada 17 orang, dengan 16 L dan 1 P, semuanya beragama Islam. Sekolah memiliki 2 karyawan dan 2 pesuruh. Komite, pesuruh, dan karyawan belum ada satu pun yang pernah ikut seminarkegiatan sejenis tentang pendidikan multikultural, lebih-lebih memahaminya. Di antara personalia tersebut, baru karyawan yang pernah mendengar pembelajaran multikultural. Jumlah siswa kelas I – VI ada 453 siswa, dengan rincian: L=223, P=230; variasi agama mayoritas Islam 445, hanya ada 5 Kristen, 2 Katholik, dan 1 Hindu; asal siswa mayoritas dari DIY. Kelas III, dari 81 anak terdiri atas: 45 L, 36 P, Islam 80 dan 1 Kristen. Kelas IV, dari 79 anak meliptui 32 L, 47 P, 74 Islam, 3 Kristen, 1 Katholik, dan 1 Hindu. Pekerjaan orang tua siswa bervariasi, sebagian besar PNS, kemudian disusul wiraswasta, karyawan swasta, POLRI, pedagang, petani, gurudosen, tukang, pamong dan TNI. Bahasa pergaulan yang digunakan di sekolah adalah bahasa Indonesia. Kebiasaan yang dilakukan siswa saat istirahat: sebagian besar berbaurbermain bersama teman sebaya; ada yang berbaur