Laporan HB Multikultur 2006
49 bervariasi, sebagian besar TNI, kemudian disusul Petani, PNS, wiraswasta,
dan lainnya. Bahasa pergaulan yang digunakan di sekolah adalah Bahasa Jawa di dalam kelas dengan bahasa Indonesia. Kebiasaan yang dilakukan
siswa saat istirahat pada sebagian besar siswa berbaurbermain bersama teman sebaya; ada yang berbaur dengan guru; ada yang di kantin.
Hubungan antara sekolah dan masyarakat baik. Terkait dengan adat- istiadat, masih menjalankan sesaji yang tua-tua, sedang yang muda sudah
mulai meninggalkannya. Sosial ekonomimata pencaharian masyarakat adalah bertani, berdagang dan pegawai. Masyarakatwali murid membantu
sekolah membuat musholla, pesantren kilat melibatkan anak-anak dan orang tua di masyarakat; anak pernah dari SD yang berbeda. Aggota komite
sekolah berasal dari masyarakat sekitar. Sebagian besar masyarakat sekitar sekolah menyekolahkan anaknya di sekolah ini.
14. SDN Bunder I
Kepala Sekolah di SD ini sudah memiliki masa kerja seluruhnya 38 th. Dia mengaku belum pernah mengikuti seminarkegiatan khusus tentang
pendidikan multikultural, namun demikian sudah pernah mendengar, memahami maksud tentang pendidikan multikultural.
Keadaan guru berjumlah 8 orang dengan rincian 4 laki-laki, 4 wanita; 3 guru mata pelajaran, 5 guru kelas; semua beragama Islam; masa kerja
dari 16 th hingga 38 th; semua guru berasal dari DIY. Semua guru kelas sudah memahami maksud dari pendidikan multikultural.
Pengurus inti Komite sekolah ada 2 orang laki-laki semua. Selain itu, sekolah memiliki 1 pesuruh dan 1 petugas kantin. Di antara mereka belum
ada satu pun yang pernah ikut seminarkegiatan sejenis tentang pendidikan multikultural, lebih-lebih memahaminya.
Jumlah siswa kelas I – VI ada 160 siswa, dengan rincian L=98, P=62; semua beragama Islam dan asal siswa semua dari DIY. Siswa kelas III, dari
33 anak terdiri atas: 23 L, 10 P, Islam semua. Siswa Kelas IV, dari 26 anak meliptui 16 L, 10 P, semua beragama Islam. Pekerjaan orang tua siswa
bervariasi, sebagian besar adalah petani, kemudian disusul wiraswasta,
Laporan HB Multikultur 2006
50 PNS, karyawan swasta, guru, dan tukang. Bahasa pergaulan yang
digunakan di sekolah adalah Bahasa Jawa. Kebiasaan yang dilakukan siswa saat istirahat: sebagian besar berbaurbermain bersama teman sebaya;
terlihat saling akrab dan harmonis antarteman; dan ada gejala yang menunjukkan adanya kelompok jenis kelamin.
Hubungan antara guru dan Kepala Sekolah terjalin baik. Hubungan antara sekolah dan masyarakat saling membantu. Masih ada tradisi bersih
desa. Sosial ekonomi mata pencaharian masyarakat adalah bertani. Masyarakat sangat peduli terhadap sekolah. Aggota komite sekolah berasal
dari masyarakat sekitar dan mendukung atas kemajuan sekolah. Sebagian besar masyarakat sekitar sekolah menyekolahkan anaknya di sekolah ini.
Apabila terjadi lingkungan sekolah kurang bersih, masyarakat mengadakan gotong royong untuk membersihkan lingkungan.
15. SDN Wonosari I
Kepala Sekolahnya memiliki masa kerja di SD ini 5 tahun, sedang seluruhnya 8 tahun. Dian pernah mengikuti seminarkegiatan khusus tentang
pendidikan multikultural, namun belum mengetahui maksud tentang pendidikan multikultural.
Jumlah guru ada 18 guru, terdiri atas 8 laki-laki, 10 wanita; 6 guru mata pelajaran, 11 guru kelas; sebagian besar beragama Islam; masa
kerjanya dari 13 th hingga 29 th; asal dari DIY semuanya. Semua guru kelas belum mengetahui maksud dari pendidikan multikultural.
Komite sekolah beranggotakan 10 orang; 9 L dan 1 P; 8 Islam. Sekolah memiliki 1 karyawan, 1 pesuruh dan 1 petugas keamanan. Mereka
belum ada yang pernah ikut seminarkegiatan sejenis tentang pendidikan multikultural lebih-lebih memahaminya.
Jumlah siswa kelas I – VI ada 478 siswa, terdiri atas L=222, P=256; sebagian besar beragama Islam, 40 Kristen, dan 8 Katholik. Asal siswa
semua dari DIY. Siswa Kelas III, dari 68 anak terdiri atas: 38 L, 30 P; 52 Islam, 14 Kristen, dan 2 Katholik. Siswa Kelas IV, dari 73 anak meliputi 35 L,
38 P; 68 Islam, 4 Kristen, dan 1 Katholik. Kondisi sosial ekonomi orang tua,