SDN Bangirejo I Kondisi Awal Sekolah

Laporan HB Multikultur 2006 36 seminarkegiatan sejenis tentang pendidikan multikultural lebih-lebih memahaminya Kondisi siswa di SD ini sebagai berikut. Jumlah siswa kelas I – VI ada 184 siswa, L=98, P=86. Variasi agama: mayoritas Islam, hanya ada 3 Kristen dan 13 Katholik. Kelas III, dari 36 anak terdiri atas: 16 L, 20 P, 32 Islam, 4 Katholik. Kelas IV, dari 23 anak meliptui 13 L, 10 P, 22 Islam, 1 Katholik. Pekerjaan orang tua siswa bervariasi, sebagian besar karyawan swasta dan wiraswasta, sedang lainnya PNS. Bahasa pergaulan yang digunakan di sekolah adalah Jawa dan Bahasa Indonesia. Kebiasaan yang dilakukan siswa saat istirahat adalah sebagian besar berbaurbermain bersama temannya; nampak ada kelompok-kelompok kecil; saling akrab dan harmonis antarteman; dan ada gejala yang mengindikasikan jenis kelamin. Di lingkungan sekolah dan masyarakat tercipta hubungan yang harmonis, tidak ada masalah, kondusif untuk pendidikan. Terkait dengan adat-istiadat dapat dikatakan sudah menasional, tidak begitu kental dengan budaya dulunenek moyang. Sosial ekonomimata pencaharian masyarakat sekitar menengah ke bawah, dengan mata pencaharian: wiraswasta, industri kecil, karyawan, buruh. Bentuk kepedulian terhadap sekolah: masyarakat menanggapi positif kegiatan sekolah; sekolah membantu dalam kegiatan 17- an Agustus, melayat. Aggota komite sekolah ada yang dari masyarakat sekitar ada yang dari jauh. Mayoritas masyarakat sekitar menyekolahkan anaknya di sekolah ini.

2. SDN Jetis Harjo II

Kepala Sekolah di SD ini sudah memiliki masa kerja selama 7 tahun. Namun demikian, sampai sekarang mengaku belum pernah mengikuti seminarkegiatan sejenis tentang pendidikan multikultural, sehingga belum mengetahui tentang pendidikan multikultural. Keseluruhan guru ada 10 orang 5 laki-laki, 5 wanita; semuanya guru kelas. Variasi agama guru adalah hampir semua Islam, Katholik hanya 1. Masa kerja mereka bergerak dari 9 hingga 38 tahun, sedang asal daerah Laporan HB Multikultur 2006 37 mereka dari DIY dan Kebumen 1 guru. Di antara mereka ada seorang guru bantu. Berkait dengan pendidikan multikultural, belum ada satu pun yang pernah ikut seminarkegiatan sejenis tentang pendidikan multikultural, lebih- lebih memahaminya. Komite sekolah memiliki pengurus sejumlah 15 orang terdiri atas 11 laki-laki dan 4 wanita. Di samping itu, sekolah memiliki 1 pesuruh, 1 petugas kantin, dan 1 petugas keamanan. Belum ada satu pun di antara mereka yang pernah ikut seminarkegiatan sejenis tentang pendidikan multikultural, sehingga belum memahaminya. Jumlah siswa kelas I – VI ada 273 siswa, jumlah L dan P seimbang. Mayoritas siswa beragama Islam. Kelas III, dari 46 anak terdiri atas: 28 L, 18 P, mayoritas Islam. Kelas IV, dari 54 anak meliptui 27 L, 27 P, mayoritas Islam. Bahasa pergaulan yang digunakan di sekolah adalah Bahasa Indonesia dan Jawa. Kebiasaan yang dilakukan siswa saat istirahat: sebagian besar berbaurbermain bersama temannya; ada gejala konflik antarindividu. Di lingkungan sekolah dan masyarakat tercipta hubungan yang baik, tidak pernah ada konflik yang begitu berpengaruh, mungkin misskomunikasi. Terkait dengan adat-istiadat, sudah meninggalkan adat dulu. Sosial ekonomi masyarakat sekitar menengah ke bawah. Bentuk kepedulian masyarakat terhadap sekolah, a.l. masyarakat membantu parkir saat tes CPNS; sekolah membantu dalam kegiatan 17-an Agustus, melayat. Aggota komite sekolah tidak ada yang dari masyarakat sekitar sekolah. Masyarakat sekitar yang menyekolahkan di sekolah ini sedikit, mayoritas dari Kabupaten Sleman.

3. SDN Ungaran I

Kepala Sekolah adalah seorang laki-laki yang sudah berpengalaman kurang lebih 5 tahun. Dia belum belum pernah mengikuti seminarkegiatan sejenis tentang pendidikan multikultural, namun sudah menyadari dan memahami pentingnya pendidikan multikultural, sehingga sudah mulai menerapkannya sesuai dengan kondisi sekolah.