Upaya Pengembangan Kedisiplinan Anak

27 yang sama sekali tidak diijinkan dan harus dicegah, 3 daerah kuning adalah tingkah laku yang sebenarnya tidak wajar namun karena alasan tertentu harus diterima dengan sabar seperti anak sakit, atau anak mengalami kesulitan di sekolah yang baru. b. Penggunaan konsekuensi akibat sebagai suatu bentuk disiplin Goodman Gurian Maria J. Wantah, 2005: 207 mengemukakan bahwa salah satu teknik disiplin yang efektif adalah dengan menggunakan konsekuensi dari suatu tindakan. Untuk menerapkan konsekuensi tersebut, pendidik harus mengkomunikasikan terlebih dahulu kepada anak. Dengan dikomunikasikannya aturan tersebut maka anak mempunyai pilihan apa yang harus dilakukan. Anak harus memahami bahwa anak mempunyai pilihan dan harus menerima konsekuensi tersebut. c. Mendorong anak agar dapat berperilaku dengan baik Cara yang digunakan pendidik untuk membentuk perilaku disiplin pada anak adalah dengan memperlihatkan perilaku yang baik. Pendidik dapat memberikan pujian dan perhatian positif setiap kali anak menunjukkan perilaku yang baik. Dengan demikian anak akan merasakan bahwa telah menaati aturan dan telah berusaha untuk melakukan sesuatu yang diinginkan orang tua. d. Penggunaan time-out secara efektif Untuk membentuk perilaku disiplin pada anak, pendidik dapat menggunakan teknik time-out. Teknik time-out merupakan teknik mendisiplinkan anak dengan cara memberikan ruangan khusus kepada anak yang berperilaku menyimpang dan susah dikendalikan. 28 e. Perjanjian Untuk membentuk dan mengembangkan perilaku disiplin pada anak, pendidik dapat menggunakan teknik disiplin seperti membuat perjanjian. Perjanjian dalam pendidikan disiplin adalah usaha pendisiplinan untuk kepentingan anak, yang ditandai dengan perhatian, kehangatan, dan tidak mementingkan kepentingan pendidik. Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengembangan disiplin pada anak, dapat disimpulkan bahwa penerapan disiplin kelas di sekolah harus dilakukan guru sebelum pembelajaran dimulai, saat kegiatan pembelajaran berlangsung, selama istirahatmakanbermain dan sesudah pembelajaran berakhir. Pengembangan atau peningkatan kedisiplinan untuk membentuk karakter disiplin pada diri anak usia dini terutama usia Taman Kanak-kanak memerlukan rangsangan dan dorongan dari lingkungan sekitar anak. Orang dewasa yang ada di sekitar anak menjadi faktor penting dalam pembelajaran disiplin bagi anak. Anak Taman Kanak-kanak adalah anak yang sedang dalam tahap perkembangan pra operasional kongkrit. Oleh karena itu, guru atau pendidik di sekolah harus pandai dalam memilih dan menentukan metode yang akan digunakan untuk menanamkan kedisiplinan kepada anak. Dengan demikian, pesan moral yang ingin disampaikan guru dapat benar-benar sampai dan dipahami oleh anak untuk bekal kehidupannya di masa depan. Salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan kedisiplinan anak yaitu dengan menggunakan teknik konseling behavioral atau disebut juga dengan modifikasi perilaku yang diartikan sebagai tindakan yang 29 bertujuan untuk mengubah perilaku. Gantina Komalasari 2011 mengemukakan teknik konseling behavioral terdiri dari dua jenis yaitu teknik untuk meningkatkan perilaku dan untuk menurunkan perilaku. Teknik untuk meningkatkan perilaku antara lain; penguatan positif, token economy , pembentukan perilaku shaping , pembuatan kontrak perilaku behavior contra ct . Teknik konseling untuk menurunkan perilaku diantaranya penghapusan extinction , time out , pembanjiran flooding , penjenuhan satiation , hukuman punishment , terapi aversi aversive therapy , dan disensitisasi sistematis. Pendekatan modifikasi perilaku tersebut didasarkan pada prinsip-prinsip teori belajar behavioristik.

C. Teori Belajar Behavioristik

Peserta didik akan mengalami peningkatan kemampuan jika dalam proses pembelajaran anak diajak untuk belajar melakukan kegiatan pembelajaran yang akan ditingkatkan oleh pendidik. Dalam proses belajar ini, menurut teori belajar behavioristik menekankan adanya stimulus dan respon. Menurut teori behavioristik Asri Budiningsih, 2004: 20, belajar adalah perubahan perilaku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk berperilaku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Teori ini mengutamakan pengukuran, apa saja yang diberikan guru stimulus, dan apa saja yang dihasilkan siswa respon, semuanya harus dapat diamati dan dapat diukur. Sugihartono 2012: 103 mengemukakan bahwa kesalahan yang ditunjukkan peserta didik harus 30 segera diperbaiki. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat ditunjukkan oleh anak dan menjadi kebiasaan. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan reinforcement. Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Penguatan positif sebagai stimulus dapat meningkatkan terjadinya pengulangan perilaku sedangkan penguatan negatif dapat menyebabkan perilaku berkurang atau menghilang. Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah permen, kado, makanan, dan lain-lain, perilaku senyum, bertepuk tangan, mengacungkan jempol, atau penghargaan lainnya. Bentuk penguatan negatif antara lain: menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan, menunjukkan perilaku tidak senang menggeleng, kening berkerut, muka kecewa, dan lain-lain. Salah satu tokoh yang memperkuat teori behavioristik adalah Skinner. Skinner Sugihartono, 2012: 99 mengemukakan bahwa tidak menganjurkan digunakannya hukuman dalam kegiatan belajar. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti kata-kaka kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru akan berakibat buruk pada siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Rusdinal Elizar 2005: 155 yang mengungkapkan bahwa hukuman dapat menimbulkan efek negatif pada anak apabila salah dalam menerapkannya. Apabila ingin menerapkan suatu hukuman kepada anak, guru harus berhati-hati dalam memilih bentuk-bentuk hukuman yang akan diberikan. 31 Hukuman yang diberikan oleh guru hendaknya disesuaikan dengan usia dan perkembangan anak serta memilih kesempatan yang tepat dalam penerapannya. Jika penerapan hukuman salah akan menimbulkan masalah baru pada anak dan tidak menyelesaikan masalah perilaku anak tersebut. Teori belajar behavioristik ini sesuai diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan penghargaan langsung. Hasil dari penerapan teori belajar behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku anak yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau penilaian dalam penerapan teori behavioristik ini didasari atas perilaku yang tampak pada anak Sugihartono, 2012: 104. Kontrak perilaku behavior contract merupakan salah satu bentuk penerapan dari teori belajar behavioristik yang menggunakan penguatan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan perilaku anak.

D. Kontrak Perilaku

Behavior Contract

1. Pengertian Kontrak Perilaku

Behavior Contract Kontrak perilaku merupakan salah satu dari teknik konseling behavioral yang digunakan untuk meningkatkan perilaku. Kontrak perilaku merupakan bentuk intervensi sekolah untuk membantu memonitor dan mengubah perilaku siswa menggunakan perjanjian sederhana. Perjanjian tersebut dibuat secara lisan maupun tertulis antara guru dan siswa dengan adanya syarat-syarat perjanjian Jenna Strahun, Ann O’Connor Reece L. Peterson, 2013:1. Hal tersebut 32 senada dengan pendapat Maman Rachman 1999: 67 yang mengemukakan bahwa kontrak perilaku merupakan suatu persetujuan antara guru dan peserta didik yang berperilaku menyimpang. Persetujuan tersebut menentukan perilaku yang disetujui oleh peserta didik untuk ditampilkan dan kemungkinan- kemungkinan konsekuensi yang akan diterima apabila peserta didik tidak menampilkan perilaku tersebut. Pembuatan kontrak adalah mengatur kondisi sehingga anak akan menampilkan perilaku yang diinginkan berdasarkan kontrak antara anak dan guru Gantina Komalasari, Eka Wahyuni, Karsih 2011: 172. Lutfi Fauzan 2009 menyatakan bahwa kontrak perilaku behavior contract merupakan perjanjian dua orang ataupun lebih untuk berperilaku dengan cara tertentu dan untuk menerima hadiah bagi perilaku itu. Perjanjian merupakan alat agar anak lebih mengerti dan menghayati kewajiban-kewajibannya dalam rangka mengembangkan kebiasaan hidup sosial yang baik. Dodson Maria J.Wantah, 2005: 226 mengemukakan bahwa surat perjanjian adalah surat persetujuan formal yang tertulis antara pendidik dan anak. Bentuk surat perjanjian tergantung kesepakatan antara pendidik dan anak. Anak berjanji untuk melakukan sesuatu dan pendidik berjanji untuk memberikan sesuatu apabila anak melaksanakan kewajibannya. Berdasarkan berbagai pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa kontrak perilaku merupakan kesepakatan atau perjanjian baik lisan maupun tertulis yang telah disetujui antara dua pihak anak dan guru atau lebih untuk mengubah

Dokumen yang terkait

MENGEMBANGKAN PENGENDALIAN EMOSI MELALUI BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK ABA Mengembangkan Pengendalian Emosi Melalui Bercerita Pada Anak Kelompok B Di TK ABA Tawangmangu, Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 12

PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN KEPINGAN GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK B Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Permainan Kepingan Geometri Pada Anak Kelompok B di TK ABA Jemawan IV Jatinom Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 15

PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN KEPINGAN GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK B Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Permainan Kepingan Geometri Pada Anak Kelompok B di TK ABA Jemawan IV Jatinom Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 0 17

PENINGKATAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL ANAK MELALUI MENGGAMBAR BEBAS PADA ANAK KELOMPOK B TK ABA Peningkatan Kecerdasan Visual Spasial Anak Melalui Menggambar Bebas Pada Anak Kelompok B Tk Aba Sawahan Bonyokan Jatinom Tahun 2012/2013.

0 1 16

PENINGKATAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK PADA ANAK KELOMPOK B DI TK ABA GADING IV Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Permainan Balok Pada Anak Kelompok B Di Tk ABA Gading IV Belangwetan Klaten Utara Klaten Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 15

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI METODE BERCERITA DI TK ABA KELOMPOK B Peningkatan Kemampuan Kognitif Melalui Metode Bercerita Di Tk Aba Kelompok B Nglinggi Klaten Selatan Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 2 16

PENINGKATAN PERILAKU ALTRUISTIK MELALUI BERCERITA PADA ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA BAKTI I SLEMAN.

0 2 147

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH MELALUI TOKEN ECONOMIC PADA ANAK KELOMPOK A TK TAMAN INDRIA DLINGO.

0 1 126

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR ANAK MELALUI TOKEN EKONOMI DI KELOMPOK B TK ABA DUKUH GEDONGKIWO YOGYAKARTA.

0 3 167

LAPORAN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN DI TK ABA PAKIS DLINGO BANTUL TAHUN AJARAN 2015/2016.

0 0 46